PROFIL

Yulius Roma Patandean, S.Pd., lahir di Tana Toraja, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

MENGENALI PLATFORM PENDUKUNG BELAJAR ONLINE

Belajar dari rumah (BDR) merupakan salah satu tindak lanjut anjuran pemerintah untuk memotong rantai penyebaran COVID-19. Sekolah menyelenggarakan BDR artinya sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Bagaimanapun opsi mengumpulkan siswa di sekolah untuk proses pembelajaran masih menjadi pertimbangan serius. Terutama untuk wilayah dengan zona orange, merah hingga hitam pandemi COVID-19.

BDR dan PJJ di Masa Pandemi Covid-19

Di awal tahun 2021, tepatnya pada awal bulan Februari ini, program Belajar Dari Rumah (BDR) masih menjadi opsi pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan. BDR dilaksanakan dalam dua acara, yakni Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) daring (online) dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) luring (offline). PJJ daring mengutamakan ketersediaan sumber daya internet, smartphone dan paket data. Sementara PJJ luring memanfaatkan layanan radio, TV Edukasi, modul, hingga pemanfaatan video pembelajaran dan sumber belajar lainnya di lingkungan peserta didik.

Cara Memanfaatkan Video Pembelajaran di Kelas Digital dan Kelas Terbalik

Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) harus diakui sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis digital. Digitalisasi turut pula mendorong lahirnya konten-konten video pembelajaran yang berkualitas. Tak bisa dipungkiri bahwa di masa akan datang, video pembelajaran akan banyak memuat bahan ajar berbasis real life, seperti video praktik Biologi berbasis virtual reality (VR). Jika saat ini pembelajaran di laboratorium sebatas mempraktekkan teroti yang siswa peroleh di ruang kelas, maka teknologi VR akan menghadirkan kondisi nyata ayng lebih mempermudah eksplorasi siswa.

MENGEFEKTIFKAN BELAJAR JARAK JAUH: MENGENALI MASALAH DAN MENEMUKAN SOLUSI

Mengajar secara jarak jauh telah menjadi salah satu kegiatan utama banyak pendidik saat ini. Seperti yang sementara berlangsung di berbagai negara, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, sekolah-sekolah di Indonesia, lewat kebijakan pemerintah, telah memilih aktifitas pembelajaran dilaksanakan dari rumah dan secara umum pembelajaran berlangsung online.

Senin, 29 Juni 2020

Pelepas Penat

Selesai juga satu per satu pekerjaan hari ini. Puas walaupun capek menggeluti. Sesaat setelah membereskan benda-benda berantakan di lab, beranjaklah pulang. Di pertigaan gerbang sekolah menyempatkan diri membeli roti khas Bandung. Gurih bau roti yang diolesi keju lalu dibakar. Mengundang selera makan. Ternyata antrinya lama juga, hampir 30 menit. Roti ini memiliki pelanggan setianya. Mereka berdatangan seperti semut menggerayangi gula merah. Gerobak mas pun sesak dikelilingi pengunjung. Makin sesak karena pengunjung mengenakan masker. Tapi saya tidak sempat dokumentasi. Saya diburu waktu, ingin segera dapat rotinya dan bawa pulang.......

Belum sempat ganti baju, HP berdering. Ada panggilan dari bapak Agus Sito. Malam ini ada janjian menikmati kepenatan hari ini. Saya sepakat saja, hitung-hitung tidur nyenyak nanti malam. Bangun bisa pagi-pagi juga. Cerita singkat dengan istri, pamitlah saya menuju SMAN 1 Tana Toraja. 


Inilah keseruan kami malam ini. Gelas-gelas kami menari diantara nyanyian mulut kami yang komat kamit menikmati legitnya daging ikan bandeng bakar. Semua cerita aktifitas hari ini berbaur dengan canda tawa. Suhu dingin tidak terasa seiring makin hangatnya tubuh efek cairan putih lokal ini menyebar ke pori-pori tubuh.

Segelas dua gelas, angkat terus gelasnya. Nikmati malam santai malam ini. Satu hal yang luar biasa bagi kami pada malam ini, keakraban yang tidak bisa digantikan dengan materi. Persahabatan dan persaudaraan adalah hal tak tergantikan. Gelas-gelas ini hanyalah simbol perekat bagi kami. 

Nikmati hidup Anda hari ini. Syukuri karuniaNya. Berbicaralah pencapaian hari ini. Bahagiakan diri atas hasilnya. Mimpikan hari esok dan reguk kehangatan pelepas penat malam ini.

Share:

Jumat, 26 Juni 2020

Percayakah Anda?



Percayakah Anda dengan setiap hal yang dilihat oleh mata Anda? Apakah seketika Anda mempercayai setiap objek yang dilihat? Ataukah Anda masih berpikir sejenak?  Membuat analisa sederhana, menelisik fakta dan informasi terlebih dahulu. Cepat tanggap, fast response atau slow response tergantung pada daya imaginasi dan kemanpuan mengolah gambar menjadi informasi.

Seperti pada gambar di atas, percayakan Anda dengan apa yang saya minum dan isi jerigen? Saya pun tidak tahu, terserah Anda jawabannya seperti apa. Demikian pun halnya dengan setiap jengkal kegiatan kita. Banyak hal yang ditemui mata, dikirimkan ke otak. Otaklah penentu pengolah informasi itu. 

Bagaimana agar otak kita mampu mengolah informasi dengan tepat dan bijak? Menurut saya, pertama, perbanyak tabungan informasi ke otak. Belajar dari setiap pengalaman, baik pengalaman pribadi, maupun pengalaman orang lain. Setiap objek bisa menjadi sumber informasi untuk memperkaya tabungan ilmu. Jika wawasan sedikit atau pikiran terhimpit di antara dua lembah, sukarlah untuk berpikir dengan logis. 

Kedua, pikir dulu baru bertindak. Pastikan informasi terkait objek yang dilihat tidak merugikan orang lain, apalagi memuat SARA, sangant tidak diizinkan. Sarah si cantik di sana tak apalah. Namun, di sini objek yang dilihat harus dipandang sebagai hal positif, agar informasi yang dirilis juga positif. Bermakna bagi orang lain, bukan merugikan.

Ketiga, takut malu. Informasi yang salah terhadap sebuah objek tentunya bisa menjadi kontras bagi orang lain. Jika ada kontradiksi, tentu membawa rasa malu dalam diri.

Keempat, perbanyak membaca untuk memperkuat perbendaharaan kata-kata. Terutama dalam menyusun cerita terhadap objek yang dilihat. 

Kelima, jangan menjadi orang penasaran. Orang kepo bisa membawa blunder karena kesalahan mengolah informasi. Saking inginnya merilis berita, baru dipandang langsung tancap gas. 
Share:

Selasa, 23 Juni 2020

Coretan Ala Kadarnya



Jam 8 malam baru pulang sekolah. Rencana mau beli roti bakar khas Bandung di depan sekolah. Pas ke toilet piknik buang air kecil, saya tengok ke seberang jalan, lampu gerobak mas sudah padam. Artinya roti bakarnya sudah habis, mas pulang. Batal beli roti bakar, padahal anakku tadi menelfon, "Papa jangan lupa beli roti bakar."

Sampai di rumah, capek sekali terasa. Sudah ada suguhan sepotong pizza made at home. Ditambah segelas susu coklat hangat. Langsung tancap gas, habiskan. Saya merasakan keletihan yang luar biasa. Duduk seharian ternyata sama capeknya dengan nguli panggul. 

Mantap benar malam ini. Mandi tak pernah. Tak pernah mandi tengah malam ya. Jadi malam ini saya cuma cuci muka dan kaki. Tidak mandi. Aroma tetap wangi kok, parfum Paris semerbak...... Hihihihi

Jadinya ngantuk nih..... mau tidur..... My bed...saya mau tidur, beri aku kenyamanan istirahat malam ini. 

Semoga otak rileks dibalik tidur saya malam ini. Antrian tugas masih banyak. Satu-satu wajib dilakoni.....

Share:

Untukmu Petarung



Masih tersimpan memoriku masa itu
Ketika alam sekitarku masih terdiam 
Ketikan langit  atasku masih memandang sendu
Saat riak liku hidupku memendam

Kala kau hadir saat itu
Langkahku dimanja olehmu kemana arah berlalu
Tak kenal terik, sahabat dingin dibalik balutan tetesan
Seolah kau bertutur, "Aku selalu ada kawan" 

Masih kau gagah tak kenal layu
Masih kau tak bergeming kala rapuh sendimu
Masih tersenyum kau di kala jauh sentuhanku 
Masih setia kau bertumpu dibalik asamu

Jiwaku gelisah kala hujan menyapa
Adakah dikau hangat di antara kerlap-kerlip dunia
Atukah hanya aku yang merasa
Bilakah simfoni memori saling merenda asa 
Share:

Senin, 22 Juni 2020

Mata Cadangan


Mata ternyata bisa lelah juga. Perih kelamaan menatap monitor komputer. Pada akhirnya pakai mata cadangan.


Share:

Sabtu, 20 Juni 2020

JANGAN BATAL HARI SABTU



Weekend menyapa kembali. Selamat pagi hari Sabtu, semoga hari Sabtu-nya tidak batal ya. Loh, kok mau batal, pastinya tidak lah. Sejumlah agenda yang wajib selesai hari ini tak mungkin dibatalkan. Tanya kalender, apakah hari Sabtu mau dibatalkan. Jawabnya tentu tidak, sudah tercetak paten. Hari Sabtu tetap istimewa, sebagai akhir pekan. Banyak yang merindukannya. Suasana SAbtu malam=malam minggu. Hari paling dinanti para sejoli. Konferensi infromal bagi mereka. Hujan tak akan menunda konferensinya. Fasilitas teknologi informasi senantiasa siap menjadi sarana tatap muka maya. Dengan ketentuan ada smartphone, ada dukungan daya data. 

Hmmmmm...Kalau tidak ada. SMS bertindak, atur jadwal ketemu di pos ronda, warung sarabba, pertigaan jalan, pondok di pinggir kolam Makale, atau mungkin ada yang janjian di acara sosial masyarakat.

Atur saja...nikmati hari ini. Syukuri hari Sabtu. Hari ini tidak akan batal.

Seperti dua hari terakhir, bumi Lakipadada, Tana Toraja menikmati dinginnya cuaca. Hujan turun tiada hentinya. Hari Sabtu pagi, suasananya sama dengan hari kemarin. Diguyur hujan deras. Limpahan air dari langit kali ini benar-benar tak kenal lelah. Genangan air sudah nongol di mana-mana. Jika semuanya menuju sungai, menjadi satu kesatuan yang membentuk volume luar biasa. Volumenya inilah yang membuat kita waspada. Jangan sampai meluap menelan semua yang digapainya.

Apa kabar Nusantara Motor, saudaraku Daeng Herman pagi ini. Apakah masih bertekuk lutut dibalik selimut? Hehehe. Mengelus-elus lutut mencari kehangatan di tengah kondisi hujan pagi ini. 

Bagaimana kondisi kolam renang terpanjang di belakang bengkel? Pasti airnya berwarna kuning pekat gelap. Saya berharap tidak menggapai lesehan tempat ngopi pagi ini. Intensitas hujan yang begitu tinggi dalam beberapa hari terakhir senantiasa memberi kode kewaspadaan bagi semua penghuni sekitar bantaran sungai Sa'dan. 

Jangan lupa angkat secangkir kopi panasnya. Bungkus badan dengan sarung Mamasa, pa'tannun Toraya, sarung belalang (dodo bate'), atau selimutlah. Seruputlah kopi panas....menghangatkan suasana yang dingin ini. Selipkan sesuatu dibalik bibir jika dibutuhkan pendamping kopi. Pagi ini saya comot coklat Apollo anak saya. Coklat + kopi = blended. Rasanya kira-kira bagaimana ya? Pahit. Perpaduan kopi dan coklat membawa rasa pahit. Berharap pisang goreng pagi ini, bahan baku tidak ada. Tidak sempat ke pasar, hujan belum mengizinkan. 


Agar tidak sunyi, putarlah musik pemberi semangat pagi. Memecah kesunyian. Mengimbangi terjangan kaki-kaki hujan di atap. 

Have a nice weekend. Mari menikmati akhir pekan dengan suasana romantis versi kita masing-masing.

Share:

Jumat, 19 Juni 2020

Hujan, Sarung plus Kopi


"Tarik sarungmu, nikmati aroma kopi, bersyukur buat pagi hari ini"

Selamat pagi guru blogger Indonesia. Kota Makale dan secara umum seluruh wilayah Tana Toraja hingga Toraja Utara sejak tadi subuh hingga pagi ini masih menikmati guyuran air melimpah dari langit. Tak terhitung volumenya, berkumpul di satu titik, di satu tempat luas bagi mereka, sungai Sa'dan. Semoga saja intensitas hujan ini tidak menghadirkan dampak negatif lagi. Luapan air sungai yang merendam hunian sepanjang aliran sungai Sa'dan.

Dingin suasana, bukan berarti menikmati pelukan di peraduan bersama si guling atau 02. Hari kemarin dan hari ini memiliki kewajibannya sendiri. Selesainya program kemarin, maka hari ini ada kelanjutannya. Mungkin saja ada aktifitas baru di luar perkiraan. 

Bungkus badan dengan sarung andalan Anda, bagi yang terbiasa. Boleh memulai mimpi-mimpi tanpa tutup mata. Sambil sesekali sentuh lutut dan siku buat merasakan kehangatan. Nyatakan kehangatan itu pagi ini dengan mereguk kopi hangat....Sruuuuupppppppp...ahhhhh... nikmat. Tak perlu ada si cantik atau si ganteng di samping. Kenikmatan kopi bisa terganggu. Biarkanlah kopi itu menyatu dengan pikiran Anda pagi ini. 

Waduh...hujan makin deras seiring jarum jam merangkak menuju pukul 08.30 wita. Makin kuat sarung ini menghimpit badan. Makin nyaman kopi terjun ke leher. 


Teringat kembali kalimat pak Namin, "Jadilah guru di atas rata-rata." Bagi saya, menjadi guru bukan sekedar berdiri di depan kelas, memberi tugas, memeriksa dan memberi nilai. Jika demikian, ini artinya masih standar. Harus ada yang dilakukan agar profesi guru ini dinamis. Dan memang seharusnya dinamis. Guru adalah insan profesioanal dengan kemampuan mumpuni di atas rata-rata. Jadi harus menjadi guru di atas rata-rata. Coba ingat,sudah berapa banyak alumni hasil karya Anda selaku guru. Ratusan? Ribuan? Bukankah jumlah ini menandakan bahwa kita selaku guru diberi kemampuan luar biasa dalam membentuk beragam murid kita yang variatif. Inilah pesan bahwa guru harus di atas rata-rata. Guru bisa membentuk pribadi-pribadi beragam, demikian pun halnya karya seharusnya bisa dihasilkan oleh guru.

Membaca dan menulis. Padukanlah kedua hal ini untuk menghasilkan karya. Tak perlu mewah, minimal karya dalam bentuk tulisan di blog, atau di laman facebook, twitter, IG, dll. Di mana karya itu nantinya disebarkan kepada orang banyak. Biarkan karya-karya itu melanglang buana di dunia maya. Mencari sasaran yang bisa menerima manfaat dari karya Anda. Nikmati saja prosesnya, seperti saya di balik sarung, di depan secangkir kopi. Ckckckckckck........

Nikmatilah membaca dibalik sarung Anda. Tulislah ide Anda sambil mereguk kopi. Apresiasi gadget Anda dengan menghasilkan tulisan.

Pagi ini beranda medsos dihiasi berita duka. Selamat jalan kandaku, sahabatku. Sampai bertemu di Yesusalem baru. Tuhan telah mengangkat penyakitmu dan kini kau bersamaNya.


RIP. bapak Andarias Peri Patandean, S.Th. Guru di SMAN 3 Tana Toraja. Saya mulai bersama dengan beliau sejak 2007 di SMAN 9 Tana Toraja. Kemudian sama-sama lagi di SMAN 3 Tana Toraja.

PGRI Kab. Tana Toraja menyatakan duka cita mendalam.

Kini senandung ini menemani di sana: 
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru. 
Terbang dengan sayap-MU
Sungguh indah bersama-MU"

Selamat pagi.


#DinginToraja #HangatTulisan
Share:

Guru Di Atas Rata-Rata


Konferensi Blogger PGRI melangsungkan webinarbvia zoom dengan topik Peran Guru Blogger PGRI Dalam Mensukseskan PJJ. Dilangsungkan tadi sore. Digagas guru blogger Indonesia, Wijaya Kusumah, Omjay. Saya mengikutinya di sela-sela kesibukan hari ini. Banyak pembicara yang membawakan materi. Saya paling familiar dengan dua sosok, walaupun tak pernah tatap muka langsung. Mereka adalah bapak Yahya dari Rumah Belajar dan mentor blogger bapak Dedi Dwitagama. Nama pertama adalah sosok yang melibatkan saya dalam Program Guru Tanggap Korona. Sedangkan pribadi yang kedua saya ingat persis karena beliau pernah beberapa kali ke Toraja. 

Kalimat paling terngiang di telinga saya adalah "Kita harus jadi guru di atas rata-rata. Guru yang bisa menghasilkan karya dan berbagi dengan yang lain." Sebuah kalimat super hari ini. Disampaikan oleh bapak Namin AB Ibnu Solihin.

..... Lain kali disambung...ngantuksssssss....

Selamat malam.
Share:

Kamis, 18 Juni 2020

Tetesan di Sore Hari

Hujan membasahi tanah dan semua yang ada di atasnya tiada henti. Tidak lebat, namun berlangsung dari kemarin hingga tadi pagi. Airnya menyegarkan kembali yang layu dan mengobati dahaga yang kekeringan. Hujan bukan hanya membuat basah yang ditimpanya. Hujan memberi keindahan dan kesejukan. Seperti yang nampak di bagian belakang rumah. Kabut tipis menghias pandangan, memberi sentuhan lembut untuk menikmati karya sang Pencipta.

Kadang kala kita menikmati hari tanpa hujan. Ini biasanya terjadi ketika kita banyak tugas di luar rumah. Cuaca cerah mendukung mobilnya. Pikiran terbantu oleh kurangnya hambatan cuaca. Kecuali macet, tidak kenal hujan.

Hujan dirindukan mana kala kondisi terlalu panas. Namun panasnya suasana memandangmu tak perlu dinginnya hujan. Sepanas hati ini saat melihatnya bersama yang lain. Kasihan......

Sekian kalinya hujan sore hari. Inilah yang terbaik suasananya. Cerah memandang ke seberang Buntu Burake. Di ujung sana patung Yesus seolah menyapa kota Makale. Makin memperindah tetesan air hujan yang tak mampu menutupi pandangan. Makin deras hujan, makin indah pandangan. Hijau lambaian daun pisang, melukis indah membelah hamparan padi yang mulai bunting. Padi-padi itu seperti mandi kembang, ceria dan ayu. Mungkinkah mereka berteriak ke saya, "Pak guru, ayo main hujan bersama kami, hujannya adem loh."

Pemandangan ini seolah-olah bukan di kota. Padahal di sekitar saya berderet padat hunian. Terlebih di balik hijaunya bambu di sana, merupakan bagian pusat kota Makale, ibukota Tana Toraja. Saya berharap suasana hijau ini bertahan dari kerakusan manusia membangun pemukiman. Air melimpah, hujan bermakna kala permadani hijau ini terpelihara. Indahnya semesta karya Ilahi.

Hujan sore hari makin sempurna ditemani pisang goreng hangat. Terasa sakit ujung jari, ternyata baru keluar dari minyak goreng panas. Efek kurang sabar kali ya. Sambil menikmati secangkir kopi panas. Kopi Toraja andalan. Wangi aromanya, khas kopi pegunungan Toraja. Hari-hari saya kurang lengkap tanpa kopi. Cinta menemukan jalannya sendiri. Kopi menemukan penikmat setianya. Lalu...... jomblo menikmati takdirnya yang enggan pacaran.....

Nikmatnya sore, indahnya momen hujan, nyamannya hidup di kala senantiasa mengucap syukur. Amin.


Share:

Rabu, 17 Juni 2020

Kentut, pria Austria didenda Rp8 juta

Kentut di muka umum adalah sesuatu yang tabu di banyak negara, namun apakah Anda pernah mendengar seseorang didenda jutaan rupiah karena buang angin?
Itulah yang terjadi pada seorang pria di Austria yang didenda 500 euro atau sekitar Rp8 juta karena melakukannya di hadapan polisi di Wina, awal bulan ini.
Kepolisian Kota Wina mengamini kejadian itu, tapi institusi tersebut berdalih bahwa sang pria tidak sekadar buang angin.
"Tentu saja tidak ada yang akan dilaporkan karena tidak sengaja 'buang angin' sekali," sebut kepolisian Kota Wina di Twitter.
Dalam tanggapan terhadap foto lembar tuntutan "pelanggaran ketertiban umum"—yang tersebar di media sosial—kepolisian Kota Wina mengatakan sang pria "sudah bersikap secara provokatif dan tidak kooperatif" ketika dihampiri polisi pada pagi hari, 5 Juni lalu.
Menurut kepolisian, sang pria bangkit dari bangku taman, "menatap para petugas dan tampaknya melepaskan gas besar dari perut dalam jarak yang dekat dengan para petugas".
Para petugas, tambah kepolisian Kota Wina, "memilih tidak dikentuti".
Buang angin pernah menjadi perkara hukum pada 2019 lalu di Australia, yang berjarak sekitar 14.000 km dari Austria.
Seorang pria menggugat perusahaan tempat dia pernah bekerja di pengadilan setelah dia mengklaim mantan atasannya sering buang angin di depannya.
Dia mengatakan pria yang pernah menjadi penyelianya, "mengangkat bokong dan kentut" ke arahnya paling tidak sebanyak enam kali dalam sehari.
Dia lantas melayangkan gugatan terhadap perusahaan sebesar A$1,8 juta atau setara dengan Rp18,2 miliar. Namun, Pengadilan Negara Bagian Victoria memutuskan sang mantan atasan tidak melakukan perundungan.
Share:

Selasa, 16 Juni 2020

"Terbalik"

Jarum panjang jam dinding mulai merangkak seiring berlalunya mentari ke peraduannya di ufuk barat. Rona kuning bercampur oranye keemasan menghiasi langit sore ini. Waktu berlalu begitu cepat hari ini. Seolah-olah gelas terbalik menumpahkan isinya. Ketika terbalik masih bisakah diisi kembali? Pastinya ia, jika jika didudukkan pada posisinya, selanjutnya diisi kembali.

Sudah tiga bulan siswa belajar dari rumah. Belajar secara daring dan mandiri. Entah terisikah pikiran mereka secara mandiri atau tidak. Selain tergantung siswanya, apakah belajar dengan sungguh atau tidak, inipun terkait kapasitas gurunya. Apakah gurunya aktif membisikkan ilmu ke pikiran para siswa. Bukan perkara mudah, memang. Butuh strategi, kreatifitas dan usaha tersendiri agar siswa dapat belajar dengan maksimal.

Mungkin harus ada yang terbalik. Ada sesuatu yang perlu dibalik. Berharap normal, namun hingga kini, sekolah, guru, siswa hingga orang tuanya belum bisa melakukannya. Lebih jauh lagi pemerintah tidak membolehkan hingga kini. Warna hijau belum menjamin anak sekolah dan gurunya aman. Kuning dan oranye apa lagi, lebih was-was. Baguslah kalau kuning beringin dan orange hati nurani. Apalagi merahnya pak de.... tak boleh sama sekali proses pendidikan dilangsungkan. Syukur-syukur sekiranya merah rona pipimu....artinya kau tersipu malu memandang kemisteriusan saya, atau merah hatimu kutancapkan panah cintaku wkwkwkwk....... ,Jadi, kira-kira apa yang harus dibalik, ya?

Bolehlah tempat belajarnya perlu terbalik. Pola pikir semua pemangku kepentingan dibalik. Cara belajarnya harus terbalik. Metode mengajar guru perlu terbalik pula. Kantin terbalik? Jangan, kasihan menunya tumpah semua.....Yang tidak boleh terbalik adalah gedung sekolahnya, gurunya hingga siswanya. Karena kalau gedungnya, gurunya dan siswanya terbalik, ya pusing dong....hehehe.


Kembali ke tempat masing-masing dan lakukan. Jangan direnungkan apalagi dihayalkan. Nanti bisa terbalik betul, seperti senandung kepala di kaki, kaki di kepala........
Share:

Senin, 15 Juni 2020

PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN & AKADEMIK BARU DI MASA PANDEMI COVID-19


Sore ini, Kemendikbud mengumumkan secara resmi, melalui keterangan pers tentang penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran & akademik baru di masa pandemi covid-19. Siaran pers diwakili Kemendikbud, Kemendagri, Menkes, Kemenko PMK, Kemenag dan ketua Komisi X DPR RI. Siaran pers dilakukan menggunakan Zoom dan disiarkan langsung via YouTube KEMENDIKBUD RI.

Kemenko PMK menyampaikan sejumlah poin utama gambaran penyelenggaraan pendidikan di tahun ajaran baru ini.

Selama masa pandemi, proses pendidikan mengalami perubahan. Perubahan ini menjadi momentum meningkatkan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan teknologi sebagai fasilitas pembelajaran sehingga masyarakat dapat belajar apa saja, kapan saja, dan di mana saja mereka berada. Pemerintah telah memutuskan bawa tahun ajaran baru 2020/2021 tetap dimulai pada bulan juli 2020.

Dalam rangka memberikan rasa aman bagi masyarakat berkenaan dengan pembukaan satuan pendidikan untuk pembelajaran tatap muka, pemerintah telah menyusun draft Surat Keputusan Bersama Menkes, Mendikbud, Menag dan Mendagri, sebagai panduan pelaksanaan pendidikan di daerah.  SKB ini merupakan panduan penyelenggaraan tahun ajaran baru di masa pandemi Covid-19 bagi satuan pendidikan formal dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan tinggi dan pendidikan non formal. Ada beberapa teknis pendidikan pesantren dan pendidikan keagamaan akan diatur lebih lanjut bersama dengan Kemenag.

SKB ini merupakan wujud sinergi kebijakan dari berbagai sektor dan urusan pemerintahan. Panduan ini menjadi acuan pemerintah daerah dalam mengatur satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka berdasarkan protokol kesehatan. Prinsip pembelajaran tatap muka adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan bagi semua warga satuan pendidikan. Pembelajaran tatap muka diprioritaskan pada zona hijau dan dimulai dari SMA sederajat, SMP sederajat, dan disusul kemudian SD dan PAUD.

Pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan harus mengacu pada rekomendasi dari pemerintah daerah, Gugus Tugas Covid-19 di daerah, Kanwil Kemenag Provinsi ataupun kantor Kemenag di daerah sesuai dengan kewenangannya.  

Sementara Kemendikbud melalui mas Nadiem Makarim menyampaikan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan ke depan yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan para murid, para guru dan keluarga mereka. Dan ini menjadi prinsip dasar yang digunakan dalam paparan kebijakan. Relaksasi dalam pembukaan sekolah ini dilakukan dengan cara yang paling konservatif. Artinya langkah ini merupakan cara “terpelan” membuka sekolah sehingga keamanan itu diprioritaskan.

Prinsip Utama Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19
Kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran.

Banyak yang dikorbankan selama pembelajaran dari rumah, misalnya kualitas pembelajaran, lalu kualitas pembelajaran daring tentu tidak semuanya sama dan banyak sekali yang mengalami kesulitan. Tapi dalam masa pandemi ini, Kemendikbud mengambil sikap bahwa kesehatan dan keselamatan adalah yang paling utama.

Poin penting penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran 2020/2021 di masa pandemi.

Mas Menteri, Nadiem mengatakan bahwa kalender pendidikan tidak akan diubah.

Untuk daerah yang berada di zona kuning, orange, dan merah, dilarang melakukan pembelajaran  tatap muka di satuan pendidikan. Satuan pendidikan zona-zona tersebut tetap melanjutkan Belajar dari Rumah (BDR). 

Zona hijau akan tetap melakukan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat.

Orang tua harus setuju untuk anaknya pergi sekolah. Jadi walaupun pemda sudah menginjinkan, sekolah siap, namun orang tua tidak mengijinkan anaknya pergi ke sekolah, maka tidak boleh dipaksakan. Tetap harus seizin orang tua murid. Orang tua harus merasa nyaman mengizinkan anaknya ke sekolah.

Bulan Juli, pembelajaran akan dimulai secara bertahap, mulai dari SMA, SMK, MA, MAK, SMTK, SMAK, Paket C ....


Beberapa checklist yang harus dipenuhi satuan pendidikan sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka.

FASE PEMBELAJARAN TATAP MUKA




Hampir 100% fleksibilitas dana BOS untuk mengalokasikan anggaran pembelajaran tetap mendukung protokoler kesehatan.

 


Penting untuk dipatuhi panitia PPDB: tidak ada masa pengenalan sekolah.

Selanjutnya keputusan akhir ada pada orang tua. Jika para orang tua tidak nyaman, anak diperbolehkan belajar di rumah. 

Kebijakan ini berdasarkan masukan-masukan/input yang ada.

Share:

Minggu, 14 Juni 2020

Puas dan Bahagia

Saya sangat beruntung dan bahagia. Beruntung karena saya masih bernafas. Bahagia sebab masih bisa menikmati sambal terasi. Saya masih melahap menu makan malam ini ditemani sayur bening sawi plus bayam. Gembira oleh karena masih tersisa seteguk kopi Toraja dalam cangkir. 

Sangat tidak fair jika cepat merasa bosan dalam hidup ini. Hidup penuh warna-warni seperti pelangi sehabis hujan. Hari kemarin ayam crispy saus tomat, hari ini sayur bening sambal terasi. Semuanya menghadirkan warna warni di mulut, di hidung, dan di tangan yang menyimpan aroma khas terasi. 

Rasakan bahwa setiap sentuhan yang dialami setiap saat membawa rasa puas dan rasa bahagia. Ada kepuasan saat bisa bangun dari tidur dan bisa kembali lagi merasakan nikmatnya tidur malam ini. Merasa senang saat bisa membantu orang lain. Walaupun bantuan itu tanpa tenaga yang berarti secara fisik. Bantuan itu boleh jadi hanya sebatas untaian kata tanpa makna. Misalnya, ada seorang ibu guru muda menanggapi:  "na edit, baru kuperhatikan." Intinya ibu guru itu sebenarnya bertanya, apakah foto ini diedit? 

Dan saya menjawab: saya tidak apa-apakan orangnya, hanya backgroundnya yang saya sentuh...... 😂 😅 🤣.

Saya puas karena sudah memberi tanggapan. Apakah diterima oleh ibu guru tadi atau tidak, tidak masalah. Saya bahagia karena berhasil memancing si ibu guru setidaknya tertawa sendiri di kamar kostnya. Ya, mungkin saja para cicak dan nyamuk menonton gratis.  Lakon ibu guru muda tertawa sendiri ke HPnya.

Tapi itulah puas dan bahagia, sederhana saja. Malam ini mendecap lagi penganan khas orang Rano, Toraja Barat, "Ba'te Laun'. Dibawa istri saya yang pulang melayat dari kampungnya itu.

Makanan istimewa ini diolah dari jagung kering yang ditumbuk halus kemudian disangrai bersama gula merah dan parutan kelapa. Puas menelan makanan yang oleh anak saya disebut makanan pasir. Iya, saat makan makanan ini tidak boleh bicara apalagi tertawa. Bisa-bisa terhambur keluar dari mulut.

Puas dan bahagia saat membaca informasi di channel National Geographic bahwa tuna sirip biru telah dilindungi dari perburuan besar-besaran sejak 1950-an. Lalu puas saat ikut merasakan ketegangan Pinwheel memenangkan pertarungan dengan seekor ikan tuna diujung pancing. 

Menjadi puas hari ini setelah permohonan perubahan pagu kuota PPDB untuk SMAN 5 Tana Toraja telah terpenuhi. Terima kasih pihak Panitia PPDB Disdik Sulsel dan PT Telkom selaku penyelenggara atas responnya. Proses pendaftaran untuk Boarding School dimulai esok hari. Sementara pendafaran untuk SMA negeri akan dimulai tanggal 22 Juni mendatang. Pikiran rileks, satu tahap penting telah tercapai. Andaikan kuota tak sesuai dengan permintaan, maka banyak guru bisa menjerit TPG dan TPP tidak dibayarkan karena tidak terpenuhinya jam mengajar....hehehehe.


Sungguh puas dan bahagia hari ini. Di tengah letihnya badan dan pikiran, istri tercinta berhasil menyegarkannya kembali. Dihadirkan menu penutup hari ini. Sebuah suguhan minuman segar. Saya  sendiri tidak tahu namanya, tapi my pretty boy menyebutnya sebagai Caffino rasa daun X.

Jadi, puaslah dan bahagialah dengan setiap apa yang Anda alami dan jalani hari ini.


Share:

Sabtu, 13 Juni 2020

Apresiasi = Value

Menjalani beragam aktifitas pekerjaan dalam sehari bisa dikatakan ngeri-ngeri sedap. Demikian ungkapan khas alm. bapak Sutan Batoegana. Ngeri karena menumpuknya tugas seperti tumpukan buku-buku. Dipandang sejenak, kapan selesainya dalam waktu terbatas. Sedap karena memberikan keunikan tersendiri. Ada semacam rasa puas ketika berhasil menyelesaikan. Ada kebanggaan ketika berhasil lolos dari lobang sempit yang telah menguras tenaga dan pikiran. Ada rasa plong ketika pikiran bisa rehat dari tugas panjangnya berjam-jam.

Tentu saja, ada bekas kekecewaan ketika tak mampu menyelesaikan. Namun jangan disesali. Menyesal berarti mundur dari perjalanan. Perjalanan masih panjang. Ketidaksempurnaan hasil kerja adalah proses untuk berbuat lebih baik. Baik atau tidaknya hasil usaha dan kerja kita harus dihargai. Siapa yang menghargai? Kita, Anda dan siapapun pelaku kerja itu. Menghargai hasil usaha sendiri adalah obat paling manjur untuk rasa letih dan rasa capek yang telah dialami. 

Peluh yang menetes membasahi tubuh tak bisa ditarik lagi ketika berkecil hati saat hasil karya tidak diapresiasi. Tekanan atas kinerja tak bisa ditarik kembali. Apresiasilah kerja Anda, sebab itulah prestasi tertinggi dalam hidup Anda saat ini. Itulah yang akan menjadi pemberi semangat Anda di kemudian hari. Perjalanan masih panjang, tak ada yang bisa memberikan prediksi, layaknya prakiraan cuaca. Pada satu titik di masa depan, ada kalanya kita jatuh. Ingatlah prestasi Anda hari ini. Prestasi menyelesaikan sebuah tugas yang telah memberi Anda tekanan berton-ton. 

Apresiasi atas kinerja sendiri adalah prestasi. Prestasi itu adalah wujud dari value. Value dari hasil kerja tak ada yang bisa memvonisnya. Seratus pasang mata yang menyaksikannya, maka bisa dua ratusan persepsi yang menyertainya. Jadi, value yang sesungguhnya ada pada diri sendiri. Ketika Anda merasa bahagia saat Anda berhasil lari pagi sejauh 100 m, maka itulah value yang Anda peroleh. Itulah kemampuan Anda saat itu. Mau dipaksakan 1000 m, jangan dulu. Anda bisa koit. Kemampuan berlari jangan dipaksa ketika fisik belum mumpuni mendukung. 

Semangat dan motivasi yang luar biasa memang penting, tapi kesehatan fisik juga penting. Mens sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Fisik prima, pasti otak prima. Keduanya prima dan siap tempur, apapun tantangan pekerjaan di depan Anda pasti bisa dilalui. Jika ada salah satu yang kurang fit, pekerjaan pun akan kurang baik.

Namun sekali lagi, apresiasi setiap kerja kita. Hargailah tubuh, urat-urat, dan otak kita yang telah bekerja layaknya mesin babat rumput. Menebas segala hal yang bisa ditebas, tak pandang bulu, kecuali bulu kaki. Kaki terpotong tak bisa stabil lagi, ya.

Apresiasi sisi terkecil dalam hidup Anda yang pernah membuat Anda sangat bahagia. Anggaplah Anda telah bersatu dalam mahligai pernikahan dan membina rumah tangga. Suatu waktu Anda dan pasangan berperang sengit, hingga lupa bikin teh. Konser musik kontemporer ala perabot berlangsung. Stop dululah, coba ada yang berkata begini, "Honey, masih ingatkah waktu pertama kali kita bertemu, di pojok samping toilet di antara kandang ayam. Tiada banding aromanya, namun bisikan lembutmu di telingaku mengalahkan semuanya." 

Memberi penghargaan atas apa yang telah membuat kita bahagia adalah kunci mendapat rela value dalam hidup ini. Berjalanlah dalam koridor di mana Anda memiliki value atas hidup Anda. Hargai usaha sendiri, apresiasi pencapaian maksimal Anda hari ini. Jangan mendengar bisikan apapun, kecuali bisikan di antara kandang ayam.  Anjing menggongong kafilah berlalu. Dalam pikiran saya, anjing menggongong artinya ada tamu tak  dikenal..........

Selamat sore. 


Share:

Jumat, 12 Juni 2020

M2B


Menulis, membaca, belajar, three in one. Saya memilih tidak menempatkan belajar pertama. Kalau dia yang pertama, kurang pas. Bisa berarti baru belajar mulai menulis. Intinya kita sudah bisa menulis sesuatu. Menulis huruf, angka, kata dan kalimat. Tapi menulis kan bukan sekedar tulis. 

Kita menulis artinya memiliki suatu tujuan. Tujuan itu bisa sebagai sarana curhat. Ya, siapa tahu ada yang butuh. Butuh tempat curhat yang paling strategis. Selain itu paling nyaman untuk mencurahkan. Mencurahkan semua isi hati yang berserak. Berserakan karena tidak ada yang mengumpulkan. 

Lewat menulis, yang berserakan bisa dikumpulkan. Saya katakan tempat menulis  paling sabar. Silahkan marah, sedih, menangis, tertawa, dll. Ia akan selalu  setia dalam penantian. Penantian kapan lagi yang curhat menulis. Ia tidak peduli berapa panjang tulisan. Justru ia senang jika tulisan berlanjut. Terus menerus hingga tak mampu lagi. 

Ya, itulah menulis, tiada kata stop. Berhenti, itu artinya Anda sudah mati. Mati dalam ide karena tidak membaca. Supaya tidak mati, maka harus membaca. Dengan membaca kita akan mengenal dunia. Dan dunia mengenal kita ketika menulis. 

Kata Omjay, jangan pelit membeli buku. Itu benar, menulis butuh asupan gizi. Susu balita, dibeli ketika belum habis. Ini dimaksudkan agar ada persediaan secepatnya. Stok habis,  dan belum ada persediaan? Bisa menderita balitanya, kekurangan asupan gizi. Demikianpun halnya dengan menulis, butuh buku. Buku adalah asupan gizi kita menulis. 

Kita membaca, itu artinya kita belajar. Belajar menambah ilmu, sekaligus belajar membaca. Kok belajar membaca, kan sudah bisa? Iya, sudah bisa, tapi selalu ngantuk. Baru membaca satu halaman, tidur mengundang. Kita semua mengalami fenomena membaca: mengantuk. Oleh karenanya, membaca harus kita pelajari.

Jadi, beli buku sambil belajar membaca. Inilah sebabnya belajar menempati kursi ketiga. Kursi ketiga menurut ukuran otak saya.

Ijinkan saya menulis lewat belajar membaca.



Share:

Kamis, 11 Juni 2020

46, K2 dan Kopi


Helm itu membelakangi saya dengan santainya. Pikirnya hari ini tuannya tidak keluar. Jadi ia merasa santai saja dulu. Mungkin juga ia sedang mengatakan sesuatu. Mencoba mengatakannya padaku dengan tapi malu.

Tiga bulan lalu ia sibuk menemani. Kemana saja saya pergi ia setia. Tempatnya pun selalu strategis bersama saya. Di kantor ia bertengger di meja. Jarang ia kulepas santai di motor. Nanti dia raib lagi seperti pendahulunya.

Masih saya ingat, pernah suatu waktu. Ikut ibadah syukur di satu keluarga. Sebelum doa kala itu, sempat kutengok. Helm merah di depan saya  menatap. Doa dimulai, terus, hingga kata amin. Buka mata, eh helm tak kelihatan. Belajar dari sana, helm selalu menemani. 

Hmmm. Kutatap lagi, ia masih pada posisinya. Tak bergeming. Nomor 46 yang mencoba menggelitik pikiranku. The Doctor, Valentino Rossi, pembalap legendaris. Pembalap yang mulai terkenal sejak Sentul. Ia eksklusif merajai kelas 125 CC. Julukannya kala itu masih titel Norifumi. Ia mengagumi pembalap Jepang Norifumi Abe. Saya lupa pastinya The Doctor melekat.

Sudah lama tak melihatnya di lintasan. Jalanan aspal moto GP akhir pekan. Beberapa tahun terakhir ia senang diasapi. Marc Marquez lah yang terhebat sekarang. Tapi tetap Rossi, the Italian master. Walau ia tak sejago dulu lagi. Tetap ia yang terbaik di mata. 

K2 samar-samar mengintip di samping. Mengingatkan teman-teman guru dan tendik. Mereka yang berstatus K2 apa kabarnya. Semoga pemerintah daerah tidak memberi angin. Angin surga yang justru mematahkan semangat. Motivasi melayani pendidikan dari mereka penting. K2 memiliki hak yang sama juga. Hak untuk hidup sejahtera dan layak.

Perjuangan K2 menuntut nasib lebih baik. Perlu diapresiasi oleh semua pemangku kepentingan. Pilkada serentak sementara ditunda karena pandemi. Pilkada berpesta, jangan sampai K2 merana. Kembali kena PHP, jodoh tak jelas. 

Duh, secangkir kopi melempar senyum manis. Semanis rasa dan aromanya saat kuteguk. Dari tadi juga ia telah menunggu. Mungkin juga ia sudah bertanya-tanya. Kok tuanku belum menyentuh bibirku ini. Padahal aku mulai merasa dingin lagi. 

Sruupppp ahhhh, wangi dan nikmat kopi. Terima kasih memberi setitik kecerahan pikiran. Seharian kau selalu setia menanti saya. Hingga malam beranjak menggapai tempat tidur.

Nikmati kopi, nikmati hari ini.

Selamat pagi
Share:

Rabu, 10 Juni 2020


Harum aromanya. Nikmat rasa kopi Toraja. Merangsang pikiran untuk memulai hari ini. 

Suasana dingin pagi ini membuat badan ini hangat dibalut sarung tenun Mamasa. 

Kondisi cuaca mendukung pergerakan masyarakat pagi ini ramai. Aktif kembali menatap perputaran ekonomi. New normal memberikan harapan untuk produktif kembali. Ya, walaupun kemarin jubir satgas covid-19 mengumumkan Tana Toraja sebagai salah satu zona kuning.

Terlepas dari itu, kita memang harus berpikir lebih maju. Terutama dalam kondisi seperti saat ini. Tidak eloklah pasif sembari menunggu uluran tangan orang lain. Bantuan pemerintah, lembaga atau kelompok tertentu hendaknya menjadi pelecut semangat. Berbuat hal baru yang bermanfaat. Terutama untuk diri sendiri dan keluarga.

Ada informasi menarik yang saya baca di video Twitter. Tentang ratusan gajah pekerja di Thailand. Gajah-gajah pekerja di kebun binatang dan objek wisata. Mereka meninggalkan Bangkok untuk kembali ke kampung. 

Bagi gajah-gajah ini, kota bukan tempat yang baik lagi. Khususnya untuk cari nafkah. Ini diakibatkan oleh tidak adanya wisatawan yang memberi mereka makan selama ini karena pandemi.

Menurut salah satu pawang yang menemani perjalanan gajah-gajah ini, pilihan kembali ke kampung adalah langkah terbaik. Di kampung mereka bisa bertani, bercocok tanam, untuk memberi makan gajah-gajinya.

Ratusan gajah yang berjalan kaki menempuh jarak sekitar 130 km ke Chiang Mai ini sangat bersemangat. Bahkan terpancar raut muka bahagia kembali ke kampung. Ingatan mereka kuat sekali terhadap jalan yang dilalui. Demikian kata sang pawang perempuan.

Diantara gajah-gajah ini, terdapat seekor anak gajah berusia 4 bulan. Ia mulai terhuyung-huyung jalannya. Namun, di suatu desa mereka diusir karena para pawang dianggap membawa virus korona.

Mereka menyingkir ke sebuah sungai. Di sana semangat berkorbar lagi menemukan air. Si anak gajah bermain dengan riangnya. Siram sana siram sini dengan velalai mungilnya.

Waktu tempuh perjalanan diperkirakan 4 hari. Namun, para gajah seolahbtak peduli. Intinya tiba di kampung asal, negeri tercintanya untuk memulai hidup baru. Bercocok tanam, bertani.

Gajah saja semangatnya luar biasa. Kenapa kita tidak seperti mereka. Kondisi yang tidak bersahabat pasti memberikan jalan. Jalan untuk berbuat sesuatu. Memulai hak baru. Terutama bagaimana bertahan hidup. Biarkanlah hidup ini bernilai di setiap kondisi.

Seruput kopinya.

Selamat pagi.


Share:

TANPA TOPIK TULIS SAJA TANPA JUDUL


Malam makin merayap melewati setengah perjalanannya. Jari-jari saya masih menari-nari di atas tombol-tombol bertuliskan huruf dan simbol keyboard komputer. Menuliskan setiap hal yang terlintas di pikiranku.

Hampir 20 jam komputer tua ku ini menmani hari ini. Dia pasti letih juga, telinganya kepanasan. Bagaimana tidak dari jam 8 pagi ia sudah diperhadapkan dengan meeting via Zoom hingga tengah hari. Jeda sejam disambung lagi dengan empat meeting sekaligus. Agar konsentrasi maka laptop pun kunyalakan. Handphone difungsikan.

Kuliah saya hari ini tergolong berat. Namanya kuliah matrikulasi. Bukan berat karena dosen-dosennya. Tapi mata kuliahnya yang benar-benar baru kali ini saya bertemu. Tantangannya menafsir berdasarkan ilmu teologi. Sangat bertolak belakang dengan basic keilmuan saya. Tapi, itulah belajar, selalu ada hal baru dan menantang. Ketika dosen memberikan pilihan tugas akhir, saya memilih menulis paper dari pada tugas menjawab soal essay. Tugas paper lebih menantang mengasah keahlian menulis. Merangsang otak untuk mencari gagasan baru dan mengajak diri ini untuk lebih banyak membaca. Semoga lancar jaya hingga akhir bulan ini.

Hmmm.. Pasti yang paling capek adalah handphne saya sendiri karena ia harus berbagi daya hotspot dengan alat-alat yang ada. Paling heboh jika lagi enak-enaknya presentasi tiba-tiba ada panggilan masuk. Otomatis jaringan hilang..ternganggu semuanya......Duhhhh..... mau marah boleh...jengkel tumpahkan lewat tulisan saja... hehehe.

Terima kasih alat-alatku, keberadaan kalian sungguh bernilai. Kalian telah menjadi sarana tuanmu untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari berbagai orang berhati baik. Semoga ilmu yang didapatkan tuanmu, kelak akan menjadi ilmu berguna juga bagi orang lain. Amin.

Terima Kasih Omjay, telah memancing jari-jari ini untuk senantiasa meninggalkan jejak di internet. Masih tahap belajar dan belajar. Tapi manfaatnya laur biasa. Banyak isu bisa diselesaikan, banyak tugas bisa dikerjakan karena mulai terbiasa tahan membaca dan menulis.

Ya, harus saya akui, kualitas tulisan ini belum ada apa-apanya. Masing sering tumpang tindih satu sama lain. Bahkan tidak berkaitan dengan kalimat lainnya. Namun, seperti kata Omjay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Prof Eko berujar jangan tidur sebelum menulis minimal satu halaman. Memang betul, tidak menulis sebelum tidur, seperti ada utang yang menghantui saya.

Supaya tidak ada hantu utang mengejar dalam mimpi, maka tulisan ini pun jadi. Terbayar sudah. Waktunya memberi kesempatan pada semua unsur pada badan ini untuk istirahat agar fit menjalani hari super sibuk meeting berikutnya esok hari. 


Selamat malam. 
Share:

Selasa, 09 Juni 2020

Lupa Beri Judul

Sepanjang hari ini kegiatan saya duduk di depan komputer. Dari pagi hingga sekarang.  Bagusnya lagi, cuaca mendukung, hampir seharian hujan datang menari-nari. Suaranya memekakkan telinga. Maklum atap rumah terbuat dari seng. 

Kegiatan utama hari ini kuliah. Kuliah pascasarjana secara virtual menggunakan Zoom. Ada dua progdi yang digabung kuliahnya hari ini. Digabung oleh karena mata kuliah yang sama. Ada uniknya juga, bertemu dengan kawan-kawan baru yang sebelumnya tak dikenali di kampus. Sayangnya, karena kualitas jaringan internet yang tidak maksimal, maka saya cuma kenal nama di layar Zoom, orangnya tidak kelihatan. 

Terdapat dua kali sesi kuliah. Setengah hari di sesi pagi dan disambung lagi sore harinya. Itu artinya juga saya sudah dua kali mengirimkan tugas refleksi kuliah. Hari ini saya sudah presentasi sebenarnya. Tapi sebatas presentasi materi saja. Saya tidak menjelaskan apa-apa. Kok bisa? Ya, karena saya membantu teman untuk share materi.  Berhubung ada kendala jaringan internet di tempat tinggalnya. Giliran saya dijadwalkan besok pagi. Puji syukur, materi sudah siap tampil.

Kualitas jaringan internet di hampir seantero wilayah Tana Toraja dan Toraja Utara memang belum baik. Apalagi hari ini ditemani hujan dengan pasukannya yang berlarian tiada henti di atap. Kalau mendung sudah ngintip dan ada kuliah online, maka siap-siap saja masuk dalam kondisi loading atau on off dan on off lagi. 

Esok hari kuliah akan tiga sesi. Ada satu mata kuliah matrikulasi yang harus saya ikuti kuliahnya. Malam ini dosennya sudah kirim materi via podcast dan sekaligus memberitahukan tugas besok. Entah bagaimana proses kuliahnya besok, dijalani saja. Kan semua tentang ilmu pengetahuan. Semua ada faedah dan manfaatnya. 

Besok sore juga ada undangan webinar dari Cambridge University tentang Assessing Reading and Listening Online. Persis waktunya dengan dua mata kuliah. Saya urut jamnya: mata kuliah 1 pukul 14.00, Mata kuliah 2 mulai sekitar sejam kemudian. Sementara webinar dari negerinya Ratu Elizabeth pukul 15.30. Eh, hampir lupa, ada yang selalu setia mengingatkan, kuliahnya Prof. Eko, pukul 14.00. Hmmmm pertempuran sengit suara besok hehehe.

Lagi-lagi tetap dijalani semuanya dengan penuh semangat. Semangat untuk mendapat pengetahuan dan ilmu baru. Mengumpulkan ilmu-ilmu kehidupan yang bermanfaat. Semua sumber daya akan dimaksimalkan besok. Komputer, laptop dan HP. Hotspot HP akan diuji ketangguhannya besok mengangkat 3 kegiatan berbasis web meeting.

Dan penutupnya malam ini, rangkuman resume saya selesai. Omjay, saya kirimkan file PDFnya ya. Tidak banyak Omjay, sekitar 180 halaman saja. Mohon maaf jika hasilnya tidak maksimal. Tapi bagi saya, itu sebuah mata kuliah juga. Bahkan menjalaninya mengalahkan kuliah resmi saya di kampus. Semua tulisan itu rata-rata 10 kali telah saya baca. Yes, satu mata kuliah selesai. 
Pandemi  korona bukan berarti kita tidak aktif. Justru membuat saya lebih aktif dari hari-hari biasanya. Contohnya belajar menulis binaan Omjay ini sebenarnya membantu banyak dalam kuliah saya. Terutama dalam membuat tulisan makalah, artikel, resume, refleksi, dan laporan. Saya lebih mudah merangkai kalimat. Jadinya lebih cepat juga kumpul tugas. Tugas-tugas itu juga sudah ada yang saya posting di blog. Asal sudah dikirim ke dosen, saya simpan di blog. 

Di depan komputer menambah keluarga baru dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri. Setiap situasi ada sisi positifnya. Selalu ada hal lain yang dibawanya. 

Semua yang berproses hari ini, patut disyukuri. Bisa dijalani karena pertolongan-Nya. Hingga kini masih tetap sehat.

Selamat malam.


Share:

Senin, 08 Juni 2020

24 x 7 Terasa Singkat



Menulis, menulis dan menulis telah menjadi rutinitas harian saya. Ini saya lakoni sejak bulan April lalu hingga detik ini.

Kenapa saya bisa tiba-tiba rutin menulis? Ya, semua berawal dari keikutsertaan saya di Rakornas Virtual PGRI. Ketemu postingan Omjay, belajar menulis dan menerbitkan buku. Dari sanalah awal mulanya.

Ya, menulis apa saja di blog. Paling banyak materi resume belajar menulis di WA.

Beberapa hari terakhir, sibuk ngedit resume buat dijadikan naskah buku. Semakin dibaca makin lama. Ada yang ditambah, diedit dan ada yang dieliminasi.

Kegiatan menulis ternyata membuat waktu seolah berlalu begitu cepat. 24 jam sehari terasa singkat. 7 hari seminggu rasanya 7 jam. Menikmati menulis seperti menikmati slunan musik hingga lupa waktu.

Masih banyak yang ingin diremas-remas oleh otak. Apa daya mata dan badan minta rehat. 

Menulis di blog, ternyata membantu saya lebih produktif mengerjakan tugas kuliah. Seperti hari ini. Bahkan besok lebih padat lagi. Pagi dan petang kuliah onlinenya. Mau ditolak kebutuhan. Semuanya skala prioritas. Nikmati saja....menulis terlanjur nikmat. Konten menulis buku bahan bakunya. Tulisan di blog kuahnya. Tugas kuliah jadi bumbunya. Kuliah AISEI jadi icip-icipnya. Waktu berputar terus. Kursiku tetap empuk.

Inginnya 24x7 ini dijadikan setahun tanpa malam hari 😁😁😁. Keenakan pada konten tulisan, waktu tidak diperhitungkan lagi. Bangun tidur menulis hingga tidur lagi. Ingat alm. Mbah Surip... Bangun tidur tidur lagi.....bangun tidur lagi.... Selesai 24 jam. Tutup lagi sehari. Belum mencapai klimaks, peluit panjang menjerit minta berhenti.

Jari-jari masih mau menari, mata memohon berhenti. Samar-samar suara berisik Dunia Terbalik menggelitik telingaku. Mata sejenak rileks, efek otak disegarkan gaya bicara tidak nyambung su poni, Idoi. Seperti tulisan ini, 24x7 kok larinya ke Dunia Terbalik. 😂😂😂

Selamat malam.
Share:

Sabtu, 06 Juni 2020

Judulnya Apa ya.....

Menjelang jam setengah 4 sore, rasanya ngantuk, sangat. Rebahan punggung dulu ah. Sambil nyalakan TV. TVwan menayangkan headline lonjakan kasus korona di Kalsel.


"Monyet, monyet ada monyet, " tiba-tiba my pretty boy datang teriak-teriak melompat ke perutku. Ah, ternyata dia nonton FTV SCTV di sebelah yang entah apa judulnya.

Jengkel sih ada....ketawa iya.... Monyet, monyet... Datang lagi ia menertawai saya. "Di mana monyetnya?", tanyaku. 
"Ini, eee...." Sambil nunjuk perut saya.

Waduh, kena deh saya. 

Buyar rasa ngantuk. Tak ada niat tidur lagi. 

Tit tit....notifikasi WA bunyi.... Ibunya anakku minta dijemput di kantornya. 

Tapi bantal ini masih mengelus punggungku. Agak berat sih tinggalkan dia. Mendung di langit plus hujan rintik-rintik menggoda lagi.

Wah, tapi harus menjemput sih. Bisa panjang cerita nanti. Apalagi ini akhir pekan. Bisa jadi malam minggu spesial.

Selamat sore.


Share:

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia