PROFIL

Yulius Roma Patandean, S.Pd., lahir di Tana Toraja, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

MENGENALI PLATFORM PENDUKUNG BELAJAR ONLINE

Belajar dari rumah (BDR) merupakan salah satu tindak lanjut anjuran pemerintah untuk memotong rantai penyebaran COVID-19. Sekolah menyelenggarakan BDR artinya sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Bagaimanapun opsi mengumpulkan siswa di sekolah untuk proses pembelajaran masih menjadi pertimbangan serius. Terutama untuk wilayah dengan zona orange, merah hingga hitam pandemi COVID-19.

BDR dan PJJ di Masa Pandemi Covid-19

Di awal tahun 2021, tepatnya pada awal bulan Februari ini, program Belajar Dari Rumah (BDR) masih menjadi opsi pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan. BDR dilaksanakan dalam dua acara, yakni Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) daring (online) dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) luring (offline). PJJ daring mengutamakan ketersediaan sumber daya internet, smartphone dan paket data. Sementara PJJ luring memanfaatkan layanan radio, TV Edukasi, modul, hingga pemanfaatan video pembelajaran dan sumber belajar lainnya di lingkungan peserta didik.

Cara Memanfaatkan Video Pembelajaran di Kelas Digital dan Kelas Terbalik

Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) harus diakui sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis digital. Digitalisasi turut pula mendorong lahirnya konten-konten video pembelajaran yang berkualitas. Tak bisa dipungkiri bahwa di masa akan datang, video pembelajaran akan banyak memuat bahan ajar berbasis real life, seperti video praktik Biologi berbasis virtual reality (VR). Jika saat ini pembelajaran di laboratorium sebatas mempraktekkan teroti yang siswa peroleh di ruang kelas, maka teknologi VR akan menghadirkan kondisi nyata ayng lebih mempermudah eksplorasi siswa.

MENGEFEKTIFKAN BELAJAR JARAK JAUH: MENGENALI MASALAH DAN MENEMUKAN SOLUSI

Mengajar secara jarak jauh telah menjadi salah satu kegiatan utama banyak pendidik saat ini. Seperti yang sementara berlangsung di berbagai negara, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, sekolah-sekolah di Indonesia, lewat kebijakan pemerintah, telah memilih aktifitas pembelajaran dilaksanakan dari rumah dan secara umum pembelajaran berlangsung online.

Kamis, 28 April 2022

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pertemuan dalam Komunitas Praktisi SMAN 5 Tana Toraja


Sebagai upaya penerapan dan implementasi pengambilan keputusan yang berpihak pada murid selaku pemimpin pembelajaran, langkah konkrit yang saya ambil adalah mengintegrasikan bagian dari paradigma dan prinsip dilema etika serta langkah pengujian keputusan pada setiap kegiatan formal maupun kegiatan informal di sekolah. Mengefektifkan peran komunitas praktisi di sekolah sebagai wadah berbagi praktik baik.

Ketika saya berada dalam sebuah situasi yang mengandung unsur dilema etika langkah-langkah yang akan saya ambil antara lain saya akan mengontrol diri saya terlebih dahulu melalui pendekatan sosial dan emosional, mengidentifikasi secara rinci masalah yang ada dengan melakukan coaching pada diri saya. Dengan harapan bahwa melakukan tindakan sosial emosional dan coaching pada diri sendiri akan lebih membuat diri saya fokus dalam menganalisis pokok permasalahan dan rencana tindak lanjut solusinya. Efektifitas keputusan yang saya ambil dapat terukur dari teridentifikasinya empat paradigma dilema etika, tiga prinsip dilema etika, dan 9 langkah pengujian keputusan yang saya ambil.

Sementara yang menjadi langkah awal adalah menguji kemampuan saya dalam menentukan keputusan yang benar berpihak kepada murid dalam aktivitas keseharian mengajar di sekolah. Saya memegang prinsip bahwa ketika sudah baik adanya pada diri saya, maka akan baik pula bagi murid saya. Salah satu tindakan nyata yang saya lakukan adalah pada beberapa waktu yang lalu, guru Bahasa Jerman meminta untuk menggunakan jam mengajar saya. Menurut guru bersangkutan materinya masih sangat banyak. Berat hati untuk memberikan jam mengajar tersebut. Lalu saya menanyakan kebutuhan lain terkait penggunaan jam tersebut. Tak lupa saya juga berkomunikasi dengan murid di kelas. Awalnya juga murid menolak, tetapi setelah menerima semua masukan akhirnya kami sepakat. Dalam proses perbincangan agak lama tersebut diambil keputusan bahwa, jam mengajar tidak diambil tetapi ditukar waktunya. Guru Bahasa Jerman masuk pagi sementara saya masuk siang, bertukar jam mengajar. Dengan demikian kebutuhan belajar murid tetap terlayani. Dalam diskusi kami tersebut saya ikut melibatkan langkah pengujian pengambilan keputusan, dan ternyata sangat membantu.

Saya sudah melakukan praktik-praktik pengambilan keputusan yang berpihak apda murid sebagai pemimpin pembelajaran sejak minggu pertama mempelajari materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Bahkan saya integrasikan ke dalam rapat-rapat komunitas praktisi dalam penyusunan visi dan misi sekolah. Yang intinya dalah rumusan visi dan misi sekolah untuk kepentingan murid. Kemudian, praktik baiknya akan saya upayakan untuk selalu terjadi dalam setiap tindakan saya terutama pada hal-hal yang dilematis, baik di sekolah, keluarga, komunitas dan lingkungan. Dengan demikian pribadi saya senantiasa terlatih.

Komunitas Praktisi menjadi wadah perumusan visi dan misi sekolah dalam bingkai pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.


Cara saya menerapkan pengambilan keputusan tersebut pada lingkungan sekolah saya, pada murid-murid, pada rekan sejawat yaitu melalui pengambilan keputusan yang tidak berpihak pada kepentingan pribadi saya dan kelompok tertentu. Keputusan yang saya ambil lebih tertuju pada keputusan yang benar-benar berpihak pada murid. Walaupun keputusan itu diputuskan dalam kelompok di sekolah tapi tujuannya adalah untuk kebutuhan belajar murid. Sebagai contoh, minggu ini sebagai CGP, saya bersama dua rekan CGP lainnya mendampingi rekan-rekan guru dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah. Mulai dari perumusan visi sekolah, indikator visi, misi sekolah hingga tujuan sekolah berlangsung dalam suasana penuh perdebatan. Banyak kata-kata menarik yang masuk, seperti unggul, kompetitif, disiplin, berprestasi, dll. Semua usulan yang masuk memiliki dasar pemikiran dari masing-masing guru. Di sini saya menganjurkan untuk memperhatikan nilai-nilai kebajikan dan Profil Pelajar Pancasila sebagai dasar penentuan visi dan indikatornya. Pertimbangan-pertimbangan yang ada dan pengambilan keputusannya alot, sebenarnya secara implisit telah melibatkan sembilan pengujian di dalamnya. Nah, pada kondisi-kondisi lainnya ke depan, saya akan menganalisis nilai-nilai yang saling berbenturan terlebih dahulu, lalu menerapkan empat paradigma dilema etika, tiga prinsip dilema etika, dan 9 langkah pengujian keputusan di setiap saat saya mengalami kejadian yang memuat unsur dilema etika.

Orang-orang yang akan membantu saya antara lain murid, rekan sejawat, guru BK, dan kepala sekolah serta siapapun yang terkait dengan kondisi permasalahan. Istri dan anak-anak saya menjadi bagian integral dari kedewasaan saya mempraktikkan metode pengambilan keputusan yang berpihak pada murid sebagai pemimpin pembelajaran ini.


Salam Guru Penggerak

Salam Merdeka Belajar

Share:

Selasa, 26 April 2022

Koneksi Antar Materi 3.1.a.9

Sebagai upaya menghadirkan kebijakan yang benar-benar berpusat pada murid baik di kelas maupun dalam lingkup institusi sekolah, baik guru maupun semua unsur yang terlibat dalam pengambilan kebijakan strategis untuk pendidikan, sudah waktunya mulai membangun itu dengan melakukan hal-hal berikut.

Guru yang mendidik dan profesional harus memaknai kerangka filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam menjalankan tugas pengajarannya. Ia harus tampil di depan, menjadi contoh, menjadi panutan dan menjadi penuntun muridnya. Agar ini maksimal, guru harus memaknai visi, misi nilai dan perannya sehingga Profil Pelajar Pancasila ke depannya akan benar-benar terealisasi padam murid. Sudah waktunya bagi guru untuk benar-benar memaksimalkan keberimanan, ketakwaan dan akhlak mulia; kebhinnekaan global, kegotongroyongan, kreatifitas, kemampuan bernalar kritis dan kemandirian murid dalam menyongsong masa depan murid yang nyaman, selamat dan bahagia. Konsep ini terkait erat dengan nilai dan peran guru.

Appreciative Inquiry (AI) bisa dilaksanakan lewat konsep BAGJA untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan potensi murid. Di sini guru bisa membangun mimpinya tentang seperti apa kelas dan murid-murid yang diajarnya ke depan. Tak lepas dari Profil Pelajar Pancasila.

Setiap permasalahan murid tak serta merta selesai dengan menggunakan ukuran diri. Keyakinan kelas perlu dibangun agar mendasari penyelesaian masalah di kelas yang ditopang oleh pemenuhan kebutuhan dasar murid, memahami posisi kontrol, dan penerapan segitiga restitusi.

Pengambilan keputusan berpadu dengan nilai dan peran pada guru


Sebagai langkah praktik baik pembelajaran yang berpihak pada murid, pembelajaran berdiferensiasi memudahkan guru dalam memetakan layanan belajar yang optimal. Setiap keragaman murid terlayani kebutuhannya dengan penerapan pembelajaran sosial dan emosional. Diperlukan teknik coaching agar setiap masalah yang terjadi pada murid dapat diselesaikan oleh murid itu sendiri sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Tak terlepas dari semua itu,  pengambilan keputusan lewat sembilan langkah akan memaksimalkan layanan yang berpihak pada murid sebagai pemimpin pembelajaran.


Share:

Refleksi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Rapat Perumusan dan Penyusunan Visi Misi SMAN 5 Tana Toraja sebagai salah satu kegiatan Komunitas Praktisi di sekolah.


Komunitas Praktisi SMAN 5 Tana Toraja telah menjadi wadah yang memberi dampak positif dalam melakukan kampanye pembelajaran yang berpihak pda murid. Selain itu, lewat komunitas ini, saya bersama dua rekan Calon Guru Penggerak, menjadikannya sebagai tempat berkumpul bagi rekan-rekan guru di sekolah untuk sama-sama belajar tentang Kurikulum Merdeka.

Menjalankan tugas sebagai guru yang melakukan perubahan tentunya tak lepas dari berbagai kendala. Kesiapan murid dalam melakukan hal-hal yang baru sedikit banyak ikut berpengaruh. Demikian halnya dengan kesiapan rekan sejawat. Tentu tidak semua bisa langsung menerima dan melakukannya.

Bagi siswa, menggunakan ragam aplikasi online untuk pembelajaran tidak selamanya sesuai harapan. Walupun sekolah saya berada di tengah kota Makale, Tana Toraja, bukan berarti bahwa semua murid memiliki akses ke internet. Seperti yang terjadi pada kelas saya di kelas XI Bahasa. Saya mencoba menggunakan aplikasi online Classpoint untuk memberikan suasana baru dalam belajar Bahasa dan Sastra Inggris. Awalnya berjalan dengan baik, namun pada bagian ketiga, jaringan internet bagi sebagian besar murid tidak maksimal sehingga beberapa fitur mengirimkan jawaban singkat dan gambar tidak berjalan maksimal. Akhirnya, mereka menawarkan untuk belajar menggunakan aplikasi yang pernah membuat kelsa gaduh, yaitu KAHOOT!. Saya menyanggupinya, dan murid-murid pun menanggapi dengan positif.

Perumusan dan Penyusunan Visi dan Misi UPT SMAN 5 Tana Toraja kami lakukan minggu ini, tepatnya pada hari Rabu 20 April 2022. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X, Pengawas Satuan Pendidikan, Pengurus Komite Sekolah, dewan guru dan pengurus OSIS. Rapat perumusan visi dan misi sekolah begitu banyak rekan guru yang hadir. Kami selaku CGP mendapat tugas mendampingi tiap kelompok. Saya bangga, ini di laur dari ekspektasi saya. Bahkan kegiatan kami berlangsung hingga hampir magrib dan harus diperpanjang lagi waktunya dalam satu kali pertemuan minggu depan. Dalam rangka mendapatkan rumusan visi yang berpihak pada murid, semua peserta rapat dibagi atas tiga kelompok besar untuk merumuskan visi sekolah. Saya memberikan masukan terkait pengambilan kata-kata kunci untuk visi sekolah. Ada nilai-nilai kebajikan dan Profil Pelajar Pancasila. Ketika pemaparan dari setiap kelompok, ternyata berlangsung alot dengan asumsi dan pandangan beragam. Ada satu kata sakral dalam visi sekolah yang harus kami tiadakan ke depan, yakni kata disiplin. Alasannya adlah visi ini telah ada selama 15 tahun dan disiplin telah tercapai serta telah menjadi budaya positif di sekolah sehingga perlu visi baru yang lebih membangun dan berpihak pada murid. Tidak mudah melakukannya karena sekolah saya menganut sistim pemberian poin pelanggaran. Tapi setelah kami berembuk dan menelaahnya, akhirnya kami sampai pada satu kata visi, yakni kompetitif.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hadir dalam aktivitas ini. Keputusan saya menggunakan Classpoint belum maksimal, jadi tidak baik jika saya paksakan di kelas. Kemudian, ketika menerima saran dari murid saya demi kelancaran pembelajaran dan itu saya laksanakan adalah wujud saya mengambil keputusan untuk kebaikan belajar mereka.

Demikian halnya proses yang terjadi selama rapat perumusan visi dan misi sekolah. Tercapainya kesepakan juga ditopang oleh pemahaman tersirat terkait prinsip pengambilan keputusan. Besar harapan saya kondisi seperti ini selalu terjadi dalam kegiatan di kelas dan komunitas.

Share:

Sabtu, 23 April 2022

MISTERI



Tak ada yang bisa tahu. 

Apalagi ada yang mampu.

Nampak semuanya semu.

Namun hidup ini tak pernah jemu.


Kehidupan ini tak abadi.

Adakah yang mampu memastikan?

Kehidupan manusia penuh misteri.

Sepakatkah kalian?


Kematian pun penuh misteri.

Ia datang tak kenal waktu.

Kadang hadir seperti pencuri.

Dan mengambil insan tak tentu.


Teringat kisah kemarin nan pilu.

Kelam duka segelap langit menangis.

Bagai disayat-sayat hati ini dengan sembilu.

Terdengar kabar dari guruku nan tragis.


Lalu, di manakah kekuatan hidup?

Cukupkah polos jalani pertarungan dunia?

Aku menjawab: percaya padaNya tak redup.

Hidup kita kelak kekal nyata.


Makale, 20 April 2022

Ibadah penghiburan alm. Drs. Ani' (Papa Ika/Nek Revan)







Share:

Senin, 18 April 2022

Refleksi Minggu ke-18 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Refleksi Minggu ke-18, Sabtu 16 April 2022

Kombinasi pemanfaatan Canva dengan materi pembelajaran. Sumber: Dok. Pribadi.


Minggu ini saya menjalani sejumlah agenda penting. Bonusnya adalah ada libur Paskah selama 3 hari. Tapi, walaupun libur tetap ada kegiatan rutin. Kegiatan yang tidak kenal libur adalah pendidikan guru penggerak. Sudah memasuki Minggu ke-18 pada Modul 3.1 dengan topik Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Ternyata mengambil sebuah keputusan itu tidak mudah. Tentunya, semua guru termasuk saya pernah mengambil keputusan-keputusan di lingkungan kerja pada institusi pendidikan. Tidak terpungkiri juga bahwa keputusan tersebut membawa saya pada hal dilematis yang berat untuk dijalani. 

Implementasi pengambilan keputusan yang berpihak pada murid tidak mutlak terjadi dalam kelas secara langsung. Bisa saja keputusan itu lahir melalui strategi pembelajaran yang saya jalankan. Namun sebelum dilakukan, saya perlu menelaah/mempertimbangkan pengaruhnya kepada murid.

Kendala yang saya alami tidak lain adalah saya tidak mempertimbangkan adanya nilai-nilai yang terkait dengan moral di dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya, tidak tersentuhnya nilai-nilai tersebut menjadi kendala yang sering terjadi oleh karena fokus pada satu titik saja, misalnya tata tertib sekolah sebagai acuan mengambil keputusan.

Di modul ini saya belajar beberapa nilai-nilai kebajikan dasar seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup seringkali bertentangan ketika saya mengambil keputusan. Ini jelas pengetahuan baru bagi saya.

Tiga hari waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan di sekolah minggu ini sebelum memasuki Paskah. Dalam pembelajaran saya menerapkan penggunaan Canva for Education sebagai salah satu pilihan murid untuk melakukan kreasi dan pelaporan penugasan. Di samping belajar tentang materi, saya libatkan aplikasi Canva sebagai sarana edukasi di kelas. Sebelum memulai pelajaran, seperti biasa saya dan siswa membuat keputusan kelas. Salah satunya terkait penggunaan smartphone. Kesepakatannya adalah smartphone hanya boleh digunakan ketika guru memintanya dan selama penggunaan smartphone hanya boleh mengakses email dan aplikasi Canva.

Contoh karya murid di Canva. Sumber: Dok. Pribadi


Proses belajar berjalan dan sampailah pada waktu pengumpulan tugas. Puluhan murid bisa menggunakan Canva dan mengirim tugas dengan baik. Namun, sejumlah murid masih mengalami kendala. Pada akhir pelajaran tersebut, semua murid yang berhasil menggunakan Canva dan sukses mengirimkan tugas akan saya berikan sertifikat apresiasi.

Lalu, bagaimana dengan murid yang tidak mampu menyelesaikan tugas menggunakan Canva? Apakah mereka tidak mendapatkan nilai tugas? Apakah mereka tidak berhak atas sertifikat apresiasi? Sebelum mengambil keputusan, saya melakukan analisis sembilan langkah pengambilan keputusan dengan harapan keputusan saya nantinya benar-benar berpihak kepada murid saya.

Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan   

Dalam situasi ini saya menemukan nilai-nilai cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup menjadi nilai yang saling bertentangan dalam keputusan yang akan saya ambil.

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

Murid dan guru terlibat dalam situasi ini.

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini  

Fakta-fakta yang terkait, antara lain: hasil karya murid di Canva, kemampuan menggunakan Canca, tugas yang terkumpul, dan jumlah murid yang mengumpulkan tugas.

Pengujian benar atau salah

  1. Uji Legal: Murid yang tidak menyelesaikan tugas tidak melanggar hukum.
  2. Uji Regulasi/Standar Profesional: Jika saya tidak memberikan nilai dan sertifikat apresiasi kepada semua murid, maka saya membangun kesenjangan antara saya dan sesama murid, sementara jika semuanya saya berikan nilai dan sertifikat apresiasi tanpa melihat tugas dan kemampuan murid, maka sebenarnya saya tidak menuntun murid untuk bertanggung jawab.
  3. Uji Intuisi. Nilai diberikan bagi murid yang menyelesaikan tugas. Sertifikat apresiasi diberikan bagi murid yang memiliki bukti hasil karya tugas di Canva.
  4. Uji Publikasi. Sekiranya keputusan saya terbit di media massa, saya merasa bertanggung jawab atas keputusan saya. Tindakan yang saya ambil benar secara moral sebagai pendidik.
  5. Uji Panutan/Idola. Jika keputusan yang saya ambil ini memiliki manfaat tentunya akan mendorong murid dan guru lain untuk melakukan praktik baik penggunaan Canva, seperti yang trainer Canva berikan kepada saya ketika terlambat mengumpulkan karya oleh karena kendala perangklat teknologi dan jaringan internet.

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

Terdapat dua paradigma dalam situasi ini, yaitu Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) dan Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Melakukan Prinsip Resolusi 

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Investigasi Opsi Trilema

Diberi nilai/sertifikat apresiasi atau tidak keduanya adalah keputusan dilematis manakala saya kaitkan dengan semangat belajar murid. Lalu muncullah tanggapan mereka untuk mencoba kembali mengerjakan tugas dan melakukan kreasi di template Canva.

Buat Keputusan

Keputusan yang saya ambil adalah semua murid akan mendapatkan nilai dan sertifikat apresiasi ketika mereka semua telah menyelesaikan tugas dan mengirimkan hasil karya lewat Canva pada waktu yang telah ditentukan dann disesuaikan dengan kondisi murid.

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Apresiasi pada murid tidak hanya memberikan semangat belajar akan tetapi memompa mereka untuk menguasai keterampilan baru dalam belajar secara lebih kreatif dan inovatif.

Mengacu pada analisis langkah yang saya ambil tersebut, saya merasa memiliki keyakinan dan optimisme bahwa dalam mengambil sebuah keputusan diperlukan pendekatan-pendekatan yang akan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid.

Saya bermimpi jika di kelas-kelas saya ke depan, apapun permasalahan yang hadir, akan saya coba selesaikan lewat pendekatan ini.

Share:

Minggu, 17 April 2022

Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Ilustrasi: Setiap pengambilan keputusan bersumber dari paradigma, prinsip dan langkah pengambilan keputusan dan berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal.Sumber Foto: Dok. Pribadi.


Konsep-Konsep Dilema Etika dan Bujukan Moral

Tiga materi pokok dilema etika dan bujukan moral: 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan saya pahami bahwa dalam sebuah permasalahan selalu terdapat 4 paradigma yang menyertainya, dari paradigma tersebut dianalisa dalam sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang berpegang pada prinsip pengambilan keputusan sehingga tercipta keputusan yang berpihak pada murid. Tentunya hal yang terjadi di laur dugaan saya adalah pentingnya mempertimbangkan pengaruh dari keputusan yang diambil di lingkungan yang lebih luas melalui uji publikasi.

Pengalaman:  Studi Kasus

Tahun 2017, saya menjadi wali kelas. Pada suatu hari, saya masuk mengajar di kelas anak wali saya. Sesaat setelah saya masuk, kelas menjadi gaduh. Sebagian besar siswa menutup hidung mereka sambil tertawa. Saya bertanya, dan beberapa siswa menjawab serentak bahwa ada yang bau. Singkatnya ada salah satu siswi yang mengeluarkan bau tidak sedap dari keringat tubuhnya. Saya cari tahu, ternyata anak yang dimaksud sduah tidak ada di kelas, hanya tersisa tas dan pakaian olah raganya. Menurut teman sekelasnya, anak bersangkutan telah kembali ke rumahnya. Lalu saya telusuri informasinya lebih jauh. Ternyata ada 7 siswa yang memulai informasi itu dan berujung pada menjadi bahan olokan di kelas, sehingga satu temannya tersinggung. Ia merasa sakit hati dan pulang. Menurut tata tertib sekolah, 7 siswa yang melakukan provokasi tersebut masuk kategori perundungan (bullying) di mana poin pelanggarannya 75. Ketika saya cek di rekapan poin kelas ternyata, poin mereka telahn melebihi 100 poin. Jika kasus ini sampai kepada kesiswaan, maka ketujuh siswa tersebut akan segera dipindahbelajarkan atau terkena sanksi Drop Out dari sekolah. Ketujuh siswa tersebut sebenarnya baik perilakunya dan berprestasi. Jika saya berikan sanksi poin maka tentunya mereka dikeluarkan dari sekolah sementara saya tidak sampai hati jika mereka harus keluar.

Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan. Cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.  Siswa, guru, wali kelas, wakasek kesiswaan, guru BK, orang tua dan kepala sekolah terlibat dalam situasi ini.

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.  Fakta-fakta yang terkait, antara lain: satu siswa pulang oleh karena perundungan, 7 siswa sebagai pelaku, tata tertbi sekolah dan rekap poin pelanggaran.

Pengujian benar atau salah.

  • Uji Legal: Tidak melanggar hukum.
  • Uji Regulasi/Standar Profesional: Jika saya tidak mengeluarkan siswa, maka saya melanggar tata tertib sekolah, jika siswa saya keluarkan maka saya melanggar profesionalisme saya selaku guru yakni pendidik. Siswa yang salah langsung saya hukum, maka sebenarnya saya tidak mendidiknya.
  • Uji Intuisi. Tentunya tindakan yang saya ambil tidak mengeluarkan siswa sebenarnya tidak sesuai dengan tata tertib sekolah. Oleh karena saya mengingat pentingnya mendidik, maka saya memilih mendidik 7 siswa yang bermasalah terlebih dahulu.
  • Uji Publikasi. Sekiranya keputusan saya terbit di media massa, saya merasa bertanggung jawab atas keputusan saya. Tindakan yang saya ambil benar secara moral sebagai pendidik.
  • Uji Panutan/Idola. Saya belajar dari masa lalu saya di bangku SMA, kala itu saya dan puluhan teman kelas bermasalah dengan sejumlah guru. Tapi kami tidak dikeluarkan dari sekolah. Kami diberi didikan dari kepala sekolah saat itu yang membuat kami berubah dan dimaafkan oleh guru-guru kami. 

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy); dan Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term).

Melakukan Prinsip Resolusi. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, terdapat dua prinsip pada kasus ini, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Investigasi Opsi Trilema. Masalah ini sangat membingungkan saya. Tapi saya menyayangi semua anak wali saya, sehingga saya meminta 7 siswa yang bermasalah dan seluruh anak wali saya untuk mengunjungi temannya yang terkena perundungan di kelas. Luar biasanya, sore itu juga mereka semua akrab kembali bahkan dalam kunjungan ke rumah temannya, mereka semua menangis ketika menyampaikan permohonan maaf di depan teman dan orang tuanya. Saya masih mengambil opsi mendidik di sini sehingga semua siswa kembali bersatu sebagai anak wali saya. 

Buat Keputusan. Keputusan yang saya ambil adalah tidak memberikan poin pelanggaran kepada ketujuh anak wali saya tetapi mendidik mereka secara moral.

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. Jika saya berada pada posisi ketujuh anak wali saya, maka perasaan saya juga tidak nyaman dan bisa saja pendidikan saya terhenti.  .

Sejujujurnya telah berulang kali saya lakukan. Namun, setelah belajar modul ini, saya lebih bijaksana dan tidak mementingkan ego pribadi dan tekanan lingkungan kerja dalam mengambil keputusan. Saya telah mengenal akan pentingnya nilai-nilai kebajikan. Saya telah mendapatkan sebuah keterampilan baru dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya terbiasa menggunakan perasaan dan berpatokan pada aturan dalam mengambil keputusan, bahkan menggunakan kebutuhan pribadi di dalamnya. Namun, setalah memahami materi-materi yang ada, saya merasa tertantang untuk mempraktikkan bahwa ada serangkaian langkah yang bisa digunakan menganalisis permasalahan sebelum mengambil sebuah keputusan.

Selaku individu, materi pada modul ini membuka cakrawala pemikiran saya untuk melakukan hal-hal bijak dan bertanggung jawab dalam mengambil sebuah keputusan. Materi dalam modul ini menjadi ukuran pribadi saya dalam mendalami sebuah masalah sebelum mengambil keputusan. Sementara sebagai pemimpin pembelajaran, saya semakin menjadi dewasa di depan murid dan rekan sejawat saya. Ternyata, hal-hal sederhana seperti uji publikasi dan uji intuisi sangat mendukung pengambilan keputusan yang bermakna bagi murid.

Rencana

Saya percaya bahwa saya bisa melakukan perubahan di kelas dan lingkungan sekolah saya, secara khusus dalam mengambil keputusan-keputusan yang berpihak pada murid. Perubahan tersebut dapat terwujud melalui penerapan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang mana mampu mengakomodasi nilai-nilai kebajikan yang bertentangan di dalamnya.

Sangat penting untuk menggunakan kearifan lokal dan budaya setempat dalam mengambil keputusan. Ini penting karena keputusan yang diambil sebaiknya berjalan bersama dengan budaya lokal di mana murid atau guru berada.

Nilai Kebajikan Kearifan Lokal

Nilai-nilai kebajikan dalam konteks budaya Toraja dikenal dengan Tallu Bakaa, yakni Kinaa (Bijaksana)/Manarang (Cerdas dan Visioner), Sugi’ (Sejahtera/Kaya) dan Barani (Berani/Percaya Diri). Sebagai seorang guru konsep budaya lokal orang Toraja ini saya jadikan sebagai panduan mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan keputusan. Ketelitian dan kebijaksanaan dalam menelaah permasalahan merupakan tindak lanjut dari kinaa/manarang. Sugi’ di sini tidak saya ukur dari kepemilikan harta benda tetapi dari penguasaan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Dengan memiliki kekayaan informasi, pengetahuan dan sumber belajar, saya dimudahkan dalam mendalami fakta yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya kemampuan menentukan keputusan yang diambil dengan segala efek yang ditimbulkannya adalah tuntunan dari adanya sikap barani


Share:

Sabtu, 16 April 2022

Arti Ragam Warna Perayaan Paskah

 

Simbolisasi warna-warna Perayaan Paskah. Sumber: Twitter @james_visuals_


Umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Paskah tepat pada Hari Minggu. Proses menuju Paskah dimulai dari peringatan rangkaian Minggu Sengsara, Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sunyi. Paskah merupakan salah satu musim yang cantik. Mengapa? Semua orang mengenakan pakaian terbaik mereka di hari Minggu Paskah. Kemudian ada berbagai warna-warna cantik dan menarik yang dihias pada telur. Kemudian semua yang terkait perayaan diatur mengacu pada latar belakang musim semi, ketika rumput kembali tumbuh segar kehijauan dan bunga-bunga mulai mekar lagi.

Namun, hal ini bukanlah sebuah kebetulan. Warna-warna cantik di hari Paskah ini ternyata memiliki maknanya sendiri-sendiri. Dilansir lewat Tempo, berikut arti dari warna-warna yang dijumpai di Hari Paskah :

Putih

Putih merupakan simbol kemurnian dan kepolosan. Selain itu, putih juga merupakan warna Bunga Bakung Paskah, yang memiliki banyak makna keagamaan.

Pink

Sejauh warna liturgi, Pink  memiliki arti sukacita – dipakai hanya dua kali: pada hari Minggu ketiga advent, dan hari Minggu keempat pra-Paskah. Bunga berwarna pink memiliki arti bahagia, melambangkan kegembiraan, kebahagiaan, rahmat, dan kelembutan, menurut Fifty Flowers.

Kuning / Emas

Saat musim semi tiba, kuning dan emas mewakili kembalinya sinar matahari (yang sangat dirindukan). Namun, ketika berbicara tentang bunga, bunga berwarna kuning merupakan simbol persahabatan. Di dalam konteks agama, emas melambangkan kegembiraan, kemenangan, dan kemenangan, seperti dalam kemenangan kebangkitan atas kematian.

Merah

Meskipun merah tidak banyak digunakan untuk dekorasi selama Paskah, merah masih memiliki arti penting untuk liburan: Merah dikenakan pada hari Minggu Palma sebagai simbol darah Kristus dan pengorbanan-Nya untuk kemanusiaan.

Violet

Oleh pendeta sepanjang musim pra-Paskah, Violet dilambangkan sebagai simbol penebusan dosa, kerendahan hati, dan melankolis. Warna ini berfungsi sebagai pengingat penderitaan Yesus.

Hijau

Hijau digambarkan sebagai simbol kehidupan yang abadi, bersama dengan kelahiran kembali dan pembaruan. Ini adalah warna dan makna yang paling tepat untuk mewakili musim semi, ketika semuanya mulai mekar lagi. Demikianlah kehidupan manusia, segar dan penuh semangat hidup kembali di Hari Paskah.


Sumber Video: Daily Veggie Tales Songs on Twitter

Selamat Merayakan Paskah 

Naskah Disesuaikan dari Tempo.co dan sumber lain yang relevan.

Share:

Selasa, 12 April 2022

Studi Kasus Apa Yang Harus Aku Lakukan

Modul 3.1. Studi Kasus Apa Yang Harus Aku Lakukan



Apa keputusan yang Anda ambil?
Saya akan melakukan pengujian benar atau salah melalui uji intuisi, bahwa aktiftas siswa dan para ibu-ibu sebenarnya memuat sesuatu yang keliru. Kemudian, saya juga akan mempertimbangkan diri saya jangan sampai saya dicurigai memperbesar sebuah masalah yang mungkin tidak dipermasalahkan oleh tuan rumah, terlebih menjaga perasaan jangan sampai yang saya tegur adalah anak pimpinan dan anak tuan rumah, yang nantinya justru mempengaruhi kinerja saya. 

Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

Prinsip yang saya gunakan adalah prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli. Hal ini saya ambil karena merokok sangat tidak disarankan, terutama bagi siswa, selain merusak kesehatan juga mempengaruhi manajemen pribadi terkait perilaku sosial dan keuangan.

Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Empati, Suara Hati, Kontrol Diri, Rasa Hormat, Kebaikan, Toleransi, dan Keadilan

Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?

Guru, siswa, pimpinan dan komite sekolah (orang tua/wali siswa)

Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Merokok tidak baik untuk siswa.

Merokok merusak kesehatan dalam hal ini keselamatan.

Enggan menegur.

Dilema.

Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)

Tidak ada.

Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)

Tidak ada.

Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)

Ada. Saya ingin menegur karena aktifitas yagn terjadi tidak sesuai dengan prinsip dalam diri saya. Kemudian, jika saya lakukan, mungkin saja saya akan mendapatkan reaksi negatif.

Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?

Saya merasa baik-baik saja, walaupun itu nadanya mungkin ada yang merasa dirugikan.

Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Ia akan mendukung keputusan yang saya ambil.

Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

Hadirnya dilema etika lewat paradigma individu lawan masyarakat dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang.

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) 

Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ada. Melakukan coaching pada diri saya sebelum bertindak. Kemudian melakukan pendekatan coaching kepada anak-anak yang merokok, termasuk pada ibu-ibu.

Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Berdasarkan moralitas, saya akan menyampaikan pada para ibu pentingnya peduli apda aktifitas negatif anak-anak. Kemudian menghentikan kegiatan merokok anak-anak secara santun.

Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Jika ini terjadi pada diri saya, atau keluarga saya, dan saya biarkan begitu saja tentu akan membawa dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dari kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, apakah ada langkah-langkah yang Anda anggap  lebih penting daripada langkah lainnya, mengapa?

Ya, ada. Uji intuisi, karena ini terkait dengan perasaan, psikis dan emosi.

Selain kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, menurut Anda apa lagi yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dalam memastikan keputusannya adalah keputusan yang tepat?

Melakukan pendekatan sosial dan emosional serta pendekatan coaching.

Share:

Senin, 11 April 2022

The Story of Bau Nyale

 A folk tale from Lombok, Nusa Tenggara Timur.





Once upon a time, in Lombok, there was a kingdom named Kuripan that was led by a wise king. The princess or the daughter of the king was so beautiful. Her name was Princess Mandalika. There were many princes wanted to marry Mandalika. However, the king was confused because too many princes came and proposed. Because of that reason, the king held an arrow competition. He promised that the winner had the chance to marry with his beloved daughter.

Just like expected, on the competition day, many princes came and participated. They had a good skill on arrow, so all of them were perfectly hit the target. The king became more confuse. Because there was no clear decision, the princes started to fight each other.

Princess Mandalika was desperate. The beautiful princess did want to find anyone got killed. So, she then, decided to go to the beach. She cried and thrown her body into the deep sea.

Bau Nyale Festival in Lombok, Traditional Rituals as a sign of missing on Princess Mandalika. Source: Phinemo.com

The beach where princess Mandalika killed herself is in southern Lombok. Up to today, in February or March, people who live near the sea celebrate the moment. On that day, there are thousands of seas worms appear to the surface. People call the worms as Nyale. They believe that the worms are the incarnation of princess Mandalika. The celebration is called “Bau Nyale”.

Exercise 1

Complete the list below based on bold verbs in the text.

A. Regular past verbs:

1.

2.

3.

4.

5.

B. Irregular past verbs:

1.

2.

3.

4.

5.

Exercise 2
In  group of four, retell the folktale above in front of the class.


Share:

Sabtu, 09 April 2022

Pendekatan Coaching untuk Diri - Sebuah Refleksi

Ilustrasi pembelajaran sosial emosioanal dan coaching untuk diri sendiri


Libur awal Ramadhan tahun 2022 memberi warna tersendiri dalam dunia pembelajaran yang saya jalani. Betapa tidak, libur ini memberi banyak kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang tertunda pada minggu-minggu sebelumnya. Ragam tugas tersebut adalah perampungan nilai Ujian Sekolah, nilai Ujian Praktik dan nilai penilaian akhir semester untuk kelas XII serta nilai penilaian tengah semester untuk kelas X dan XI.

Jadi, sebenarnya tidak ada libur, hanya pekerjaan yang dipindahkan ke rumah. Untuk menuntaskan tugas-tugas tersebut saya harus memiliki tujuan yang tepat, komitmen untuk menyelesaikan, mengidentifikasi hambatan dan solusinya serta memetakan kemampuan yang saya miliki, termasuk dukungan internal dan eksternal.

Pada hari Senin, 4 April 2022, mengawali pagi hari, sambil menyeruput kopi panas ditemani putri manis saya, rencana menyelesaikan tugas-tugas seputar ujian sekolah saya prioritaskan. Di benak saya, sudah saya atur bahwa paling lambat malam ini nilai-nilai kelas XII rampung dan saya kirimkan ke panitia Ujian Sekolah. Keesokan harinya, saya fokus untuk menyelesaikan input e-rapor kelas XII.

Ini adalah tujuan coaching model TIRTA untuk diri saya. Sebelum bekerja, saya bertanya pada diri saya, apa tujuan yang akan saya capai sehingga tugas itu maksimal penyelesaiannya.

Selanjutnya, saya memetakan beberapa calon hambatan yang akan mengganggu penyelesaian tugas-tugas itu. Pertama, tentunya tugas menjaga putri manis saya, yang usianya menginjak 7 bulan. Balita pada umur tersebut tentunya tak bisa diam lagi, sehingga butuh pengawasan ekstra. Saya memanfaatkan momen ia tidur untuk memaksimalkan waktu. Di sela-selanya saya mengantar dan menjemput anak pertama di salah satu Sekolah  Dasar.

Hambatan berikutnya adalah konsentrasi pada satu tugas. Di pikiran saya masih mengaum dengan nyaring tugas penyelesaian dua buah naskah buku. Satu naskah yang sebenarnya sudah lewat deadline pengiriman ke penerbit dan satu naskah lagi adalah modul untuk Universitas Terbuka. Kadangkala sementara mengedit nilai, ketiganya saya buka. Saya kerjakan di mana pikiran tertuju atau ide tiba-tiba muncul untuk naskah buku. Tentunya ini sangat mengganggu konsentrasi saya. Sehingga saya memutuskan untuk fokus menyelesaikan nilai siswa. Nilai ini penting bagi mereka untuk kebutuhan lanjut di perguruan tinggi. Jadi, ini  adalah skala prioritas.

Jadwal ibadah rumah tangga untuk saya pada hari Selasa, 5 April 2022 sebenarnya turut menjadi rintangan. Tambahan pula saya harus kembali ke kampung sejauh 30 km di perbatasan Enrekang-Tana Toraja. Setengah hari saya lepas dari pekerjaan sekolah untuk melaksanakan ibadah. Puji Tuhan, berjalan dengan baik. Satu jam setelah ibadah, saya pamit pada ibu saya dan kembali ke Makale bersama anak dan istri saya. Malamnya saya lanjut menginput nilai untuk upload ke e-rapor.

Saya menarik nafas panjang, kadang hadir rasa lelah dan dibumbui jenuh sejenak. Tapi saya merasa bersyukur di tengah padatnya kegiatan di hari libur, saya masih sehat dan mampu menjalani semuanya secara simultan.

Satu hal yang paling berkesan untuk saya minggu ini adalah post test modul 2. Saya melakoninya hari Rabu, 6 April 2022, sekitar pukul 13.00 wita di lab bahasa. Dari pagi hari saya sudah ada di lab untuk upload nilai e-rapor. Lagi-lagi saya ditemani sang putri mungil. Untungnya, salah satu rekan kerja, ibu Olyvia datang juga ke lab untuk mengelola e-rapornya.

Salah satu pendukung dalam menyelesaikan hambatan

Ketika saya sementara mengerjakan post test, tiba-tiba anak saya terbangun dari tidur siangnya. Wah, konsentrasi pecah....Jam menunjukkan pukul 12.30, jam lapar untuk balita. Saya mencoba menenangkan anak beberapa menit sambil bermain dengannya. Tanpa saya sadari waktu di LMS berjalan terus. Saya gendong anak ke depan komputer, ia tidak bisa tenang. Lalu, ibu Olyvia menawarkan diri sejenak menajganya. OK, lanjut kerja post test. Karena terbawa suasana, saya hanya sempat membaca soal dengan baik sekitar 6 soal. Selebihnya tidak pakai perasaan. Dan luar biasanya, hasil post test lebih rendah dari hasil pre test.

Saya tertawa. Saya terima hasilnya.  Di sini saya belajar bahwa tanpa konsentrasi pada waktu yang mendesak hasilnya tidak akan optimal. Kekurangannya di mana? Saya kurang tepat dalam memilih waktu mengerjakan post test. Setelahnya saya berpikir, kenapa tidak saya tunggu istri pulang dulu di sore hari baru saya kerjakan post test? Tentu hasilnya mungkin lebih baik.

Nah, barangkali ini adalah kombinasi diferensiasi konten, pembelajaran sosial emosional dan coaching untuk diri saya.  Topik-topik tersebut telah banyak berperan mendewasakan pikiran saya untuk mampu mengambil keputusan-keputusan bermanfaat.

Kekuatan yang saya miliki pada 3 hari libur menyelesaikan tugas ini adalah adanya komitmen menyelesaikan terlepas dari tugas tambahan menjaga anak. Oya, saya berperan sebagai baby sitter untuk anak saya karena istri juga bekerja selaku ASN dan kantornya tidak mengenal libur awal Ramadhan. Menjaga balita sambil bekerja membutuhan kesabaran ekstra. Kesabaran saya benar-benar menjalani ujiannya. Saya dikunjungi salah satu kepala sekolah TK PGRI untuk kepentingan pengangkatan kepala sekolah di sana. Ini wajib saya selesaikan hari itu juga. Tak berapa lama, saya mendapat konfirmasi lagi dari guru YPLP PGRI untuk dibuatkan SK honor. Wah, benar-benar padat hari Selasa ini. Ini adalah ujian pembelajaran sosial emosional untuk saya. Di samping fokus pada tugas pokok selaku guru, tugas sosial dan pribadi juga yang semuanya prioritas harus dijalani.

Saya bersyukur bahwa orang-orang di sekitar saya selaku mendukung. Istri dan putra saya paham kondisi yang saya jalani tiap hari. Ibu saya, pendeta dan rekan-rekan majelis gereja sangat memahami dan memberikan dukungan yang luar biasa untuk saya.

Di sini, saya menyimpulkan bahwa coaching ternyata juga perlu untuk diri sendiri. Model TITRA secara tersirat berlaku untuk diri saya dalam menjalani tugas hari ini dan akan datang.


Salam Guru Penggerak

Share:

Senin, 04 April 2022

Pendekatan Coaching dalam Percakapan Online

 

Pendekatan coaching dapat berlangsung dalam percakapan online dengan siswa.

Minggu ke-16 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Tana Toraja ditutup dengan perpisahan siswa kelas 12 di UPT SMAN 5 Tana Toraja. Saya tidak sempat mengikuti acara ini karena pada waktu yang sama saya mengikuti acara pemakaman salah satu keluarga di kampung. Saya memilih untuk ikut kegiatan kedukaan oleh karena menurut saya pendidikan tidak semata kehadiran di sekolah melainkan juga terkait dengan kompetensi sosial di lingkungan masyarakat.

Kehadiran pendekatan coaching dalam pembelajaran membuat saya secara tidak langsung telah mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah saya, SMAN 5 Tana Toraja, minggu ini tidak ada pembelajaran tatap muka di kelas. Selain penyelesaian Ujian Sekolah bagi siswa kelas 12 secara tatap muka di kelas pada hari Jumat kemarin, pembelajaran dilakukan secara online bagi kelas 10 dan kelas 11.

Saya masih ingat, pada jam pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris di kelas 10, saya mengawalinya dengan membuka percakapan di grup WhatsApp. Percakapan saya buka seperti ini : Untuk sastra Inggris pagi ini....mau belajar live zoom, video YouTube atau lewat Google Classroom?

Tak berselang lama, respon siswa pun hadir.

“Google classroom kalau saya pak, soalnya kuota saya tinggal beberapa MB pak.”

“Google classroom pak, soalnya dataku tinggal sedikit.”

“Google classroom.”

“Google classroom, pak.”

Intinya, sebagian besar memilih Google Classroom dengan latar belakang permasalahan yang identik, yakni terbatasnya kuota data internet.

Saya merasa bahwa percakapan saya dengan siswa, sebenarnya telah mewakili sedikit tentang pendekatan coaching model TIRTA. Walaupun, tidak semua tahapan TIRTA ini terealisasi di percakapan kami. Namun, sedikitnya, sejumlah kalimat yang saya ajukan telah mendorong siswa untuk menyampaikan keadaan mereka saat itu.

Lalu ada pula siswa yang menyampaikan begini.

“Mohon maaf pak, saya tidak ada di Classroom.”

Saya kemudian bertanya, “Apa kendalanya sehingga tidak ada di classroom?”

Siswa membalas, “Saya lupa password email saya pak, bisakah saya diundang kembali ke kelas dengan mengirimkan kode kelas?”

Sampai di sini, saya teringat kembali jika siswa tersebut sebenarnya telah menyelesaikan kendalanya belajar dengan solusi dari dirinya sendiri. Dan ini saya percaya bagian dari coaching.

Pada akhirnya saya berpendapat bahwa coaching bisa diterapkan setiap saat tanpa harus mengikuti uraian tahapan TIRTA. Percakapan dengan siswa bisa terintegrasi model ini di dalamnya.

Share:

Koneksi Antar Materi: Pembelajaran Berdiferensiasi-Sosial Emosional dan Coaching

Integrasi Pembelajaran Berdiferensiasi-Sosial Emosional dan Coaching

Diferensiasi layanan pembelajaran dipadukan dengan pendekatan sosial emosional dan coaching mendorong terwujudnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.


Menjadi pendidik tidak semata sebagai sebuah tugas rutin di sekolah. Seorang guru profesional menjadikan perannya sebagai pendidik yang mulia dengan memandang tanggung jawabnya sebagai sebuah pelayanan tanpa batas bagi bangsa. Guru bukanlah profesi yang terikat akan durasi waktu mengajar dalam seminggu. Guru adalah profesi sepanjang hayat yang senantiasa menyuarakan perubahan melalui pendidikan.

Saya mengalami dan menjalani bahwa peran seorang guru bukan peran yang mudah. Tantangan pertama adalah memahami diri-sendiri apakah layak menjadi seorang guru. Mengapa ini penting? Peran guru bukanlah penyampai materi pelajaran ke siswa semata. Jauh dari itu, selaku guru saya menyadari bahwa apa yang ada pada diri saya, setiap hari haruslah selalu dibenahi. Ketika saya tidak berbenah, tidak belajar dan tidak mempersiapkan diri dengan optimal, niscaya tujuan pembelajaran akan tercapai. Saya juga memandang bahwa apa yang ada pada diri saya merupakan titipan yang harus saya sampaikan kepada ribuan dan bahkan jutaan anak-anak negeri yang membutuhkannya. Dengan demikian perubahan hanya akan ada ketika dimulai dari perubahan seorang guru dalam melakukan layanan pendidikan.

Setiap siswa memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka memiliki gaya, cara, dan metode belajar serta profil belajar yang berbeda. Mereka pun ditunjang oleh keragaman latar belakang budaya yang mereka miliki. Di sini peran saya sebagai guru adalah melakukan pendekatan pembelajaran yang bisa mengakomodasi setiap karakteristik dan kebutuhan belajar siswa.

Rancangan dan penerapan strategi pembelajaran penting di sini. Namun, sebagai penuntun yang mendukung pembelajaran berpusat pada siswa, guru juga harus mengakomodasi cara siswa merefleksikan hasil belajarnya. Saya tidak harus mematok satu cara bagaimana siswa mengumpulkan tugas mereka. Siswa saya beri kesempatan untuk berekspresi sesuai kamampuan yang mereka miliki. Misalnya, dalam belajar bahasa Inggris pada teks prosedur, siswa tidak harus melakukan praktik pada satu masakan saja. Mereka bisa berekspresi dengan metode memasak yang mereka kuasai yang kemudian memudahkan mereka dalam menyampaikan bahasa Inggris.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar siswa, saya harus memahami pula setiap siswa saya secara sosial dan emosional. Pendekatan ini sangat terkait erat dengan diferensiasi pembelajaran. Diferensiasi pada siswa akan teridentifikasi dan terlayani manakala secara mendalam saya telah mengenal aspek sosial dan emosional siswa saya.

Tentunya tak mudah mengenal mereka secara tuntas. Sehingga peran saya sebagai coach sangat membantu mengenal mereka. Sebagai coach, saya lebih banyak menuntun siswa untuk mengenali hambatan belajar merea, menuntun mereka untuk menyelesaikan hambatan itu dan membangun optimisme mereka atas kekuatan belajar yang dimiliki.

Share:

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia