Ilustrasi: Setiap pengambilan keputusan bersumber dari paradigma, prinsip dan langkah pengambilan keputusan dan berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal.Sumber Foto: Dok. Pribadi. |
Konsep-Konsep Dilema Etika dan Bujukan Moral
Tiga materi pokok dilema etika
dan bujukan moral: 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan saya pahami bahwa dalam
sebuah permasalahan selalu terdapat 4 paradigma yang menyertainya, dari
paradigma tersebut dianalisa dalam sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan yang berpegang pada prinsip pengambilan keputusan sehingga tercipta
keputusan yang berpihak pada murid. Tentunya hal yang terjadi di laur dugaan
saya adalah pentingnya mempertimbangkan pengaruh dari keputusan yang diambil di
lingkungan yang lebih luas melalui uji publikasi.
Pengalaman: Studi Kasus
Tahun 2017, saya menjadi wali
kelas. Pada suatu hari, saya masuk mengajar di kelas anak wali saya. Sesaat
setelah saya masuk, kelas menjadi gaduh. Sebagian besar siswa menutup hidung
mereka sambil tertawa. Saya bertanya, dan beberapa siswa menjawab serentak
bahwa ada yang bau. Singkatnya ada salah satu siswi yang mengeluarkan bau tidak
sedap dari keringat tubuhnya. Saya cari tahu, ternyata anak yang dimaksud sduah
tidak ada di kelas, hanya tersisa tas dan pakaian olah raganya. Menurut teman
sekelasnya, anak bersangkutan telah kembali ke rumahnya. Lalu saya telusuri
informasinya lebih jauh. Ternyata ada 7 siswa yang memulai informasi itu dan
berujung pada menjadi bahan olokan di kelas, sehingga satu temannya
tersinggung. Ia merasa sakit hati dan pulang. Menurut tata tertib sekolah, 7
siswa yang melakukan provokasi tersebut masuk kategori perundungan (bullying)
di mana poin pelanggarannya 75. Ketika saya cek di rekapan poin kelas ternyata,
poin mereka telahn melebihi 100 poin. Jika kasus ini sampai kepada kesiswaan,
maka ketujuh siswa tersebut akan segera dipindahbelajarkan atau terkena sanksi Drop
Out dari sekolah. Ketujuh siswa tersebut sebenarnya baik perilakunya dan
berprestasi. Jika saya berikan sanksi poin maka tentunya mereka dikeluarkan
dari sekolah sementara saya tidak sampai hati jika mereka harus keluar.
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan. Cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup
Menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi ini. Siswa, guru, wali
kelas, wakasek kesiswaan, guru BK, orang tua dan kepala sekolah terlibat dalam
situasi ini.
Kumpulkan fakta-fakta yang
relevan dengan situasi ini. Fakta-fakta
yang terkait, antara lain: satu siswa pulang oleh karena perundungan, 7 siswa
sebagai pelaku, tata tertbi sekolah dan rekap poin pelanggaran.
Pengujian benar atau salah.
- Uji Legal: Tidak melanggar hukum.
- Uji Regulasi/Standar Profesional: Jika saya tidak mengeluarkan siswa, maka saya melanggar tata tertib sekolah, jika siswa saya keluarkan maka saya melanggar profesionalisme saya selaku guru yakni pendidik. Siswa yang salah langsung saya hukum, maka sebenarnya saya tidak mendidiknya.
- Uji Intuisi. Tentunya tindakan yang saya ambil tidak mengeluarkan siswa sebenarnya tidak sesuai dengan tata tertib sekolah. Oleh karena saya mengingat pentingnya mendidik, maka saya memilih mendidik 7 siswa yang bermasalah terlebih dahulu.
- Uji Publikasi. Sekiranya keputusan saya terbit di media massa, saya merasa bertanggung jawab atas keputusan saya. Tindakan yang saya ambil benar secara moral sebagai pendidik.
- Uji Panutan/Idola. Saya belajar dari masa lalu saya di bangku SMA, kala itu saya dan puluhan teman kelas bermasalah dengan sejumlah guru. Tapi kami tidak dikeluarkan dari sekolah. Kami diberi didikan dari kepala sekolah saat itu yang membuat kami berubah dan dimaafkan oleh guru-guru kami.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy); dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Melakukan Prinsip Resolusi.
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, terdapat dua prinsip pada kasus ini, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Investigasi Opsi Trilema.
Masalah ini sangat membingungkan saya. Tapi saya menyayangi semua anak wali
saya, sehingga saya meminta 7 siswa yang bermasalah dan seluruh anak wali saya
untuk mengunjungi temannya yang terkena perundungan di kelas. Luar biasanya,
sore itu juga mereka semua akrab kembali bahkan dalam kunjungan ke rumah
temannya, mereka semua menangis ketika menyampaikan permohonan maaf di depan
teman dan orang tuanya. Saya masih mengambil opsi mendidik di sini sehingga
semua siswa kembali bersatu sebagai anak wali saya.
Buat Keputusan. Keputusan yang
saya ambil adalah tidak memberikan poin pelanggaran kepada ketujuh anak wali
saya tetapi mendidik mereka secara moral.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. Jika
saya berada pada posisi ketujuh anak wali saya, maka perasaan saya juga tidak
nyaman dan bisa saja pendidikan saya terhenti. .
Sejujujurnya telah berulang kali
saya lakukan. Namun, setelah belajar modul ini, saya lebih bijaksana dan tidak
mementingkan ego pribadi dan tekanan lingkungan kerja dalam mengambil
keputusan. Saya telah mengenal akan pentingnya nilai-nilai kebajikan. Saya telah
mendapatkan sebuah keterampilan baru dalam mengambil keputusan yang bertanggung
jawab.
Sebelum saya mempelajari modul
ini, saya terbiasa menggunakan perasaan dan berpatokan pada aturan dalam
mengambil keputusan, bahkan menggunakan kebutuhan pribadi di dalamnya. Namun,
setalah memahami materi-materi yang ada, saya merasa tertantang untuk
mempraktikkan bahwa ada serangkaian langkah yang bisa digunakan menganalisis
permasalahan sebelum mengambil sebuah keputusan.
Selaku individu, materi pada
modul ini membuka cakrawala pemikiran saya untuk melakukan hal-hal bijak dan
bertanggung jawab dalam mengambil sebuah keputusan. Materi dalam modul ini
menjadi ukuran pribadi saya dalam mendalami sebuah masalah sebelum mengambil
keputusan. Sementara sebagai pemimpin pembelajaran, saya semakin menjadi dewasa
di depan murid dan rekan sejawat saya. Ternyata, hal-hal sederhana seperti uji
publikasi dan uji intuisi sangat mendukung pengambilan keputusan yang bermakna
bagi murid.
Rencana
Saya percaya bahwa saya bisa
melakukan perubahan di kelas dan lingkungan sekolah saya, secara khusus dalam
mengambil keputusan-keputusan yang berpihak pada murid. Perubahan tersebut
dapat terwujud melalui penerapan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang
mana mampu mengakomodasi nilai-nilai kebajikan yang bertentangan di dalamnya.
Sangat penting untuk menggunakan kearifan lokal dan budaya setempat dalam mengambil keputusan. Ini penting karena keputusan yang diambil sebaiknya berjalan bersama dengan budaya lokal di mana murid atau guru berada.
Nilai Kebajikan Kearifan Lokal
Nilai-nilai kebajikan dalam konteks budaya Toraja dikenal dengan Tallu Bakaa, yakni Kinaa (Bijaksana)/Manarang (Cerdas dan Visioner), Sugi’ (Sejahtera/Kaya) dan Barani (Berani/Percaya Diri). Sebagai seorang guru konsep budaya lokal orang Toraja ini saya jadikan sebagai panduan mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan keputusan. Ketelitian dan kebijaksanaan dalam menelaah permasalahan merupakan tindak lanjut dari kinaa/manarang. Sugi’ di sini tidak saya ukur dari kepemilikan harta benda tetapi dari penguasaan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Dengan memiliki kekayaan informasi, pengetahuan dan sumber belajar, saya dimudahkan dalam mendalami fakta yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya kemampuan menentukan keputusan yang diambil dengan segala efek yang ditimbulkannya adalah tuntunan dari adanya sikap barani.
0 komentar:
Posting Komentar