Ilustrasi pembelajaran sosial emosioanal dan coaching untuk diri sendiri |
Libur awal Ramadhan tahun 2022 memberi warna tersendiri dalam dunia pembelajaran yang saya jalani. Betapa tidak, libur ini memberi banyak kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang tertunda pada minggu-minggu sebelumnya. Ragam tugas tersebut adalah perampungan nilai Ujian Sekolah, nilai Ujian Praktik dan nilai penilaian akhir semester untuk kelas XII serta nilai penilaian tengah semester untuk kelas X dan XI.
Jadi, sebenarnya tidak ada libur, hanya pekerjaan yang dipindahkan ke rumah. Untuk menuntaskan tugas-tugas tersebut saya harus memiliki tujuan yang tepat, komitmen untuk menyelesaikan, mengidentifikasi hambatan dan solusinya serta memetakan kemampuan yang saya miliki, termasuk dukungan internal dan eksternal.
Pada hari Senin, 4 April 2022, mengawali pagi hari, sambil menyeruput kopi panas ditemani putri manis saya, rencana menyelesaikan tugas-tugas seputar ujian sekolah saya prioritaskan. Di benak saya, sudah saya atur bahwa paling lambat malam ini nilai-nilai kelas XII rampung dan saya kirimkan ke panitia Ujian Sekolah. Keesokan harinya, saya fokus untuk menyelesaikan input e-rapor kelas XII.
Ini adalah tujuan coaching model TIRTA untuk diri saya. Sebelum bekerja, saya bertanya pada diri saya, apa tujuan yang akan saya capai sehingga tugas itu maksimal penyelesaiannya.
Selanjutnya, saya memetakan beberapa calon hambatan yang akan mengganggu penyelesaian tugas-tugas itu. Pertama, tentunya tugas menjaga putri manis saya, yang usianya menginjak 7 bulan. Balita pada umur tersebut tentunya tak bisa diam lagi, sehingga butuh pengawasan ekstra. Saya memanfaatkan momen ia tidur untuk memaksimalkan waktu. Di sela-selanya saya mengantar dan menjemput anak pertama di salah satu Sekolah Dasar.
Hambatan berikutnya adalah konsentrasi pada satu tugas. Di pikiran saya masih mengaum dengan nyaring tugas penyelesaian dua buah naskah buku. Satu naskah yang sebenarnya sudah lewat deadline pengiriman ke penerbit dan satu naskah lagi adalah modul untuk Universitas Terbuka. Kadangkala sementara mengedit nilai, ketiganya saya buka. Saya kerjakan di mana pikiran tertuju atau ide tiba-tiba muncul untuk naskah buku. Tentunya ini sangat mengganggu konsentrasi saya. Sehingga saya memutuskan untuk fokus menyelesaikan nilai siswa. Nilai ini penting bagi mereka untuk kebutuhan lanjut di perguruan tinggi. Jadi, ini adalah skala prioritas.
Jadwal ibadah rumah tangga untuk saya pada hari Selasa, 5 April 2022 sebenarnya turut menjadi rintangan. Tambahan pula saya harus kembali ke kampung sejauh 30 km di perbatasan Enrekang-Tana Toraja. Setengah hari saya lepas dari pekerjaan sekolah untuk melaksanakan ibadah. Puji Tuhan, berjalan dengan baik. Satu jam setelah ibadah, saya pamit pada ibu saya dan kembali ke Makale bersama anak dan istri saya. Malamnya saya lanjut menginput nilai untuk upload ke e-rapor.
Saya menarik nafas panjang, kadang hadir rasa lelah dan dibumbui jenuh sejenak. Tapi saya merasa bersyukur di tengah padatnya kegiatan di hari libur, saya masih sehat dan mampu menjalani semuanya secara simultan.
Satu hal yang paling berkesan untuk saya minggu ini adalah post test modul 2. Saya melakoninya hari Rabu, 6 April 2022, sekitar pukul 13.00 wita di lab bahasa. Dari pagi hari saya sudah ada di lab untuk upload nilai e-rapor. Lagi-lagi saya ditemani sang putri mungil. Untungnya, salah satu rekan kerja, ibu Olyvia datang juga ke lab untuk mengelola e-rapornya.
Salah satu pendukung dalam menyelesaikan hambatan |
Ketika saya sementara mengerjakan post test, tiba-tiba anak saya terbangun dari tidur siangnya. Wah, konsentrasi pecah....Jam menunjukkan pukul 12.30, jam lapar untuk balita. Saya mencoba menenangkan anak beberapa menit sambil bermain dengannya. Tanpa saya sadari waktu di LMS berjalan terus. Saya gendong anak ke depan komputer, ia tidak bisa tenang. Lalu, ibu Olyvia menawarkan diri sejenak menajganya. OK, lanjut kerja post test. Karena terbawa suasana, saya hanya sempat membaca soal dengan baik sekitar 6 soal. Selebihnya tidak pakai perasaan. Dan luar biasanya, hasil post test lebih rendah dari hasil pre test.
Saya tertawa. Saya terima hasilnya. Di sini saya belajar bahwa tanpa konsentrasi pada waktu yang mendesak hasilnya tidak akan optimal. Kekurangannya di mana? Saya kurang tepat dalam memilih waktu mengerjakan post test. Setelahnya saya berpikir, kenapa tidak saya tunggu istri pulang dulu di sore hari baru saya kerjakan post test? Tentu hasilnya mungkin lebih baik.
Nah, barangkali ini adalah kombinasi diferensiasi konten, pembelajaran sosial emosional dan coaching untuk diri saya. Topik-topik tersebut telah banyak berperan mendewasakan pikiran saya untuk mampu mengambil keputusan-keputusan bermanfaat.
Kekuatan yang saya miliki pada 3 hari libur menyelesaikan tugas ini adalah adanya komitmen menyelesaikan terlepas dari tugas tambahan menjaga anak. Oya, saya berperan sebagai baby sitter untuk anak saya karena istri juga bekerja selaku ASN dan kantornya tidak mengenal libur awal Ramadhan. Menjaga balita sambil bekerja membutuhan kesabaran ekstra. Kesabaran saya benar-benar menjalani ujiannya. Saya dikunjungi salah satu kepala sekolah TK PGRI untuk kepentingan pengangkatan kepala sekolah di sana. Ini wajib saya selesaikan hari itu juga. Tak berapa lama, saya mendapat konfirmasi lagi dari guru YPLP PGRI untuk dibuatkan SK honor. Wah, benar-benar padat hari Selasa ini. Ini adalah ujian pembelajaran sosial emosional untuk saya. Di samping fokus pada tugas pokok selaku guru, tugas sosial dan pribadi juga yang semuanya prioritas harus dijalani.
Saya bersyukur bahwa orang-orang di sekitar saya selaku mendukung. Istri dan putra saya paham kondisi yang saya jalani tiap hari. Ibu saya, pendeta dan rekan-rekan majelis gereja sangat memahami dan memberikan dukungan yang luar biasa untuk saya.
Di sini, saya menyimpulkan bahwa coaching ternyata juga perlu untuk diri sendiri. Model TITRA secara tersirat berlaku untuk diri saya dalam menjalani tugas hari ini dan akan datang.
Salam Guru Penggerak
0 komentar:
Posting Komentar