Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Rapat Perumusan dan Penyusunan Visi Misi SMAN 5 Tana Toraja sebagai salah satu kegiatan Komunitas Praktisi di sekolah. |
Komunitas Praktisi SMAN 5 Tana
Toraja telah menjadi wadah yang memberi dampak positif dalam melakukan kampanye
pembelajaran yang berpihak pda murid. Selain itu, lewat komunitas ini, saya
bersama dua rekan Calon Guru Penggerak, menjadikannya sebagai tempat berkumpul
bagi rekan-rekan guru di sekolah untuk sama-sama belajar tentang Kurikulum
Merdeka.
Menjalankan tugas sebagai guru
yang melakukan perubahan tentunya tak lepas dari berbagai kendala. Kesiapan
murid dalam melakukan hal-hal yang baru sedikit banyak ikut berpengaruh.
Demikian halnya dengan kesiapan rekan sejawat. Tentu tidak semua bisa langsung
menerima dan melakukannya.
Bagi siswa, menggunakan ragam
aplikasi online untuk pembelajaran tidak selamanya sesuai harapan. Walupun
sekolah saya berada di tengah kota Makale, Tana Toraja, bukan berarti bahwa
semua murid memiliki akses ke internet. Seperti yang terjadi pada kelas saya di
kelas XI Bahasa. Saya mencoba menggunakan aplikasi online Classpoint untuk
memberikan suasana baru dalam belajar Bahasa dan Sastra Inggris. Awalnya
berjalan dengan baik, namun pada bagian ketiga, jaringan internet bagi sebagian
besar murid tidak maksimal sehingga beberapa fitur mengirimkan jawaban singkat
dan gambar tidak berjalan maksimal. Akhirnya, mereka menawarkan untuk belajar
menggunakan aplikasi yang pernah membuat kelsa gaduh, yaitu KAHOOT!. Saya
menyanggupinya, dan murid-murid pun menanggapi dengan positif.
Perumusan dan Penyusunan Visi dan
Misi UPT SMAN 5 Tana Toraja kami lakukan minggu ini, tepatnya pada hari Rabu 20
April 2022. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah
X, Pengawas Satuan Pendidikan, Pengurus Komite Sekolah, dewan guru dan pengurus
OSIS. Rapat perumusan visi dan misi sekolah begitu banyak rekan guru yang
hadir. Kami selaku CGP mendapat tugas mendampingi tiap kelompok. Saya bangga,
ini di laur dari ekspektasi saya. Bahkan kegiatan kami berlangsung hingga
hampir magrib dan harus diperpanjang lagi waktunya dalam satu kali pertemuan
minggu depan. Dalam rangka mendapatkan rumusan visi yang berpihak pada murid,
semua peserta rapat dibagi atas tiga kelompok besar untuk merumuskan visi
sekolah. Saya memberikan masukan terkait pengambilan kata-kata kunci untuk visi
sekolah. Ada nilai-nilai kebajikan dan Profil Pelajar Pancasila. Ketika
pemaparan dari setiap kelompok, ternyata berlangsung alot dengan asumsi dan
pandangan beragam. Ada satu kata sakral dalam visi sekolah yang harus kami
tiadakan ke depan, yakni kata disiplin. Alasannya adlah visi ini telah ada
selama 15 tahun dan disiplin telah tercapai serta telah menjadi budaya positif
di sekolah sehingga perlu visi baru yang lebih membangun dan berpihak pada
murid. Tidak mudah melakukannya karena sekolah saya menganut sistim pemberian
poin pelanggaran. Tapi setelah kami berembuk dan menelaahnya, akhirnya kami
sampai pada satu kata visi, yakni kompetitif.
Pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran hadir dalam aktivitas ini. Keputusan saya menggunakan
Classpoint belum maksimal, jadi tidak baik jika saya paksakan di kelas.
Kemudian, ketika menerima saran dari murid saya demi kelancaran pembelajaran
dan itu saya laksanakan adalah wujud saya mengambil keputusan untuk kebaikan
belajar mereka.
Demikian halnya proses yang
terjadi selama rapat perumusan visi dan misi sekolah. Tercapainya kesepakan
juga ditopang oleh pemahaman tersirat terkait prinsip pengambilan keputusan.
Besar harapan saya kondisi seperti ini selalu terjadi dalam kegiatan di kelas
dan komunitas.
0 komentar:
Posting Komentar