Apa pengalaman Anda
yang paling berkesan pada saat Anda melakukan proses pembelajaran di dalam
kelas dengan murid yang beragam?
Setelah mengajar kurang lebh 14
tahun, dari tahun 2007 hingga saat ini, begitu banyak pengalaman yang saya
alami. Setiap kelas yang saya ajar memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri.
Keunikan ini dimulai dari keunikan berbeda pada setiap siswa. Setiap siswa
memiliki keunikan yang sedikit banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga,
ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Kondisi dari ragam latar belakang inilah
yang menciptakan ragam siswa di kelas saya.
Setiap tahun ajaran baru, akan
hadir siswa baru dan kelas baru yang saya ajar dengan keragamannya. Katakanlah
dalam Kelas X IPA 1 dan Kelas X Bahasa masing-masing terdiri dari 32 siswa,
maka pada kelas tersebut terdapat pula masing-masing 32 keragaman. Keragaman
mereka nampak dari sikap, sifat, tingkah laku, kecepatan belajar, gaya bicara,
respon atas pelajaran, cara berkomunikasi, cara bergaul, dll.
Keragaman mereka memberi saya
tantangan untuk bagaimana melayani kebutuhan mereka dengan maksimal. Tidak
mungkin saya akan melakukan hanya satu strategi, satu gaya komunikasi satu
model pembelajaran atau satu cara penilaian yang sama untuk memenuhi kebutuhan
belajarnya. Pada setiap kelas yang saya ajar, hampir semuanya memiliki
kenangannya sendiri. Ada yang
meninggalkan kesan ketika saya membantu menyelesaikan masalah “broken home”,
pertengkaran bertahun-tahun dengan teman sekelasnya, inisiatif tawuran antar
kelas hingga konseling masalah asmara. Semua ini adalah kesan yang selalu saya
ingat dan hampir selalu terulang setiap tahun.
Apa yang telah Anda
ketahui tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Menurut saya pembelajaran
berdiferensiasi adalah pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan setiap siswa. Dengan kata lain, konsep ini berbicara tentang strategi
pendekatan untuk memaksimalkan belajar siswa dengan memahami dan melayani apa
yang dibutuhkan setiap siswa. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru
untuk mampu memetakan kebutuhan belajar setiap siswa di kelas. Sehingga
kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda tidak menjadi penghalang bagi guru
untuk memaksimalkan layanan belajarnya.
Sekolah Hutan
Berdasarkan video di atas, menurut saya, seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan mempertimbangkan dan memperhatikan setiap karakteristik yang dimiliki oleh anak didik. Pembelajaran seharusnya dirancang untuk memenuhi setiap perbedaan yang dimiliki siswa. Setiap siswa memiliki kecepatan dan kompetensi belajar yang berbeda-beda pula. Evaluasi tidak boleh disamakan untuk semua siswa karena siswa memiliki kecepatan dan kompetensi serta skillnya sendiri. Rancangan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran seharusnya mendorong siswa untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Sehingga dalam kelas IPA, misalnya, siswa tidak mutlak semuanya harus masuk kedokteran atau teknik sipil. Mengapa? Siswa bisa saja memiliki skill yang mumpuni untuk menjadi seorang chef, pemain musik, penyanyi, desainer grafis, dll. Sehingga guru harus memamahim cara layanan yang berbeda kepada setiap anak dengan kebutuhan belajar dan skill yang berbeda.
Apa yang ingin Anda
ketahui lebih lanjut tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Different= berbeda. Dari kata ini saya masih penasaran seperti apa
trik, strategi dan praktik baik pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dalam
kelas, khususnya di kelas dan sekolah saya. Selain itu saya sangat mengharapkan
untuk mendapatkan solusi-solusi positif dalam rangka menyelesaikan setiap
permasalahan pada anak didik yang berbeda-beda cara, kemampuan dan kecepatan
belajarnya.
0 komentar:
Posting Komentar