Penulis pada Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak. Sumber: Dok. Pribadi
Memasuki bulan kedua di tahun 2022, Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 kembali dilanjutkan. Modul kali ini adalah modul 2, tepatnya pada modul 2.1. Topik utama minggu ini adalah pembelajaran berdiferensiasi. Ini adalah konsep pembelajaran yang menyesuaikan kegiatan belajar dengan kondisi dan kebutuhan setiap siswa. Dengan kata lain, konsep ini berbicara tentang strategi pendekatan untuk memaksimalkan belajar siswa dengan memahami dan melayani apa yang dibutuhkan setiap siswa.
Seperti yang saya alami dengan hampir semua guru-guru hebat di seluruh
tanah air, bahwa tak ada kelas yang homogen. Kelas yang dihadapi di sekolah
selalu dengan siswa yang heterogen. Hal ini tentunya memberikan tantangan
kepada guru bagaimana memaksimalkan layanan belajar kepada mereka.
Mendengar
kata berdiferensiasi, awalnya saya hanya bisa menerjemahkannya secara biasa
menurut pengertian saya selaku guru bahasa Inggris, yakni different:berbeda.
Di sini pemikiran yang muncul adalah, setiap siswa memiliki keunikan dan
kebutuhan belajarnya sendiri. Jadi, jika dalam kelas terdapat 32 siswa, maka
ada 32 macam kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan mungkin sebanyak itu
strategi pelayanan belajar mereka. Saya, sempat berpikir, “alangkah capeknya
nanti melayani kebutuhan belajar ratusan siswa saya.” Namun, setelah mendalami
materi pada modul 2.1 ini ternyata pemikiran saya salah. Seorang guru bukanlah
manusia super atau superman yang bisa memberikan layanan super
kepada setiap anak didik. Akan teapi, kondisi setiap kelas yang berbeda-beda
tetap menuntut guru untuk menyesuaikan diri.
Praktek
pembelajaran berdiferensiasi lebih mengacu pada memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk mempelajari berbagai nilai-nilai kehidupan
yang pentinga, tidak semata memaksimalkan potensi yang ada pada siswa. Beberapa
di antara nilai-nilai tersebut antara lain: mengenal akan indahnya perbedaan,
saling menghargai sebagai makna baru dari sebuah kesuksesan, menemukan kekuatan
diri, mendapatkan kesempatan yang setara, memperoleh kemerdekaan belajar, dll.
Nilai-nilai ini kemudian akan berkontribusi terhadap perkembangan diri siswa
secara lebih holistik.
Tantangan
saya selaku guru adalah saya perlu memahami bagaimana melakukan praktek
pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana saya harus mengelolanya secara
efektif. Untuk bisa mencapai hal ini, saya perlu mengaitkan teori yang saya
dapatkan dengan kegiatan saya di kelas.
Praktik Baik Berdiferensiasi
Pada
hari Senin, 7 Februari 2022, saya mengajar di kelas X IBB pada jam ketiga.
Sekolah saya masih menerapkan pembelajaran dalam mode tatap muka terbatas oleh
karena pandemi Covid-19. Pada sesi 1 saya mengajar pada jam 9 pagi, dan pada
sesi 2 mengajar pada jam 12.50. Materi pembahasan adalah teks fungsional
pendek, advertisement. Seperti yang telah saya lakukan pada
materi-materi sebelumnya, kegiatan pembelajaran saya masih menggunakan model
pembelajaran flipped classroom. Ini saya lakukan untuk
memaksimalkan waktu mengajar yang hanya satu jam per mata pelajaran tiap
minggunya.
Ketika
saya masuk di kelas, setelah memberikan salam, beberapa siswa langsung bertanya
kepada saya, “Ada kuis, pak?” “Well, baiklah, bapak ada kuis untuk kalian.”
Sebenarnya ini bukan kuis, tapi saya menyimpulkan bahwa siswa mulai menyukai model yang saya tawarkan selama ini. Dengan flipped classroom, siswa telah belajar materi yang saya kirimkan ke mereka sehari sebelumnya di channel YouTube. Untuk memastikan mereka belajar, setiap akan memulai kegiatan inti, saya menyempatkan untuk melakukan kuis sederhana dalam bentuk listening checking vocabulary. Dalam kegiatan ini saya membacakan 10 kosakata kepada siswa, kemudian mereka mencatatnya. Kesepuluh kosakata tersebut berasal dari materi yang telah saya kirimkan. Saya akhirnya menyimpulkan bahwa, kuis sederhana ini telah membuat mereka aktif belajar yang sekaligus mengajak saya untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah mereka lakukan.
Fakta
ini bukan hanya terjadi di kelas X IBB, namun juga terjadi pada kelas XI
IBB dan kelas XII lainnya dengan reaksi yang hampir sama dalam ekspresi
yang beragam. Dapat saya simpulkan bahwa, flipped classroom dengan
tindak lanjut kuis sederhana dalam kelas tatap muka telah membantu menyesuaikan
kebutuhan belajar siswa saya yang beragam. Apalagi, flipped classroom memberi
siswa kesempatan belajar lebih banyak akan konten dan teori pelajaran di rumah.
Kegiatan Online
Selain,
telah ada best practice sederahana akan pembelajaran
berdiferensiasi ini di kelas, minggu ini juga menjadi waktu yang baik bagi saya
untuk belajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi.
Kegiatan ini berlangsung dalam diskusi online menggunakan Google Meet dengan
seorang anggota kelompok saya didampingi fasilitator. Hasilnya kami berhasil
menyusun sebuah RPP sederhana yang memuat pembelajaran berdiferensiasi dan
mengarah pada siswa sebagai pusat belajarnya.
Diskusi virtual dengan rekan CGP dan Fasilitator. Sumber: Dok. Pribadi.
Saya sangat berharap bahwa apa yang telah saya dapatkan minggu ini dapat saya terapkan dengan maksimal di kelas saya, terutama dalam kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Salam
Bahagia
Salam Merdeka Belajar
0 komentar:
Posting Komentar