Sabtu, 12 Februari 2022

Pembelajaran Berdiferensiasi - Sebuah Refleksi

Penulis pada Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak. Sumber: Dok. Pribadi

Memasuki bulan kedua di tahun 2022, Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 kembali dilanjutkan. Modul kali ini adalah modul 2, tepatnya pada modul 2.1. Topik utama minggu ini adalah pembelajaran berdiferensiasi. Ini adalah konsep pembelajaran yang menyesuaikan kegiatan belajar dengan kondisi dan kebutuhan setiap siswa. Dengan kata lain, konsep ini berbicara tentang strategi pendekatan untuk memaksimalkan belajar siswa dengan memahami dan melayani apa yang dibutuhkan setiap siswa.

Seperti yang saya alami dengan hampir semua guru-guru hebat di seluruh tanah air, bahwa tak ada kelas yang homogen. Kelas yang dihadapi di sekolah selalu dengan siswa yang heterogen. Hal ini tentunya memberikan tantangan kepada guru bagaimana memaksimalkan layanan belajar kepada mereka.

Mendengar kata berdiferensiasi, awalnya saya hanya bisa menerjemahkannya secara biasa menurut pengertian saya selaku guru bahasa Inggris, yakni different:berbeda. Di sini pemikiran yang muncul adalah, setiap siswa memiliki keunikan dan kebutuhan belajarnya sendiri. Jadi, jika dalam kelas terdapat 32 siswa, maka ada 32 macam kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan mungkin sebanyak itu strategi pelayanan belajar mereka. Saya, sempat berpikir, “alangkah capeknya nanti melayani kebutuhan belajar ratusan siswa saya.” Namun, setelah mendalami materi pada modul 2.1 ini ternyata pemikiran saya salah. Seorang guru bukanlah manusia super atau superman yang bisa memberikan layanan super kepada setiap anak didik. Akan teapi, kondisi setiap kelas yang berbeda-beda tetap menuntut guru untuk menyesuaikan diri.

Praktek pembelajaran berdiferensiasi lebih mengacu pada memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mempelajari berbagai nilai-nilai kehidupan yang pentinga, tidak semata memaksimalkan potensi yang ada pada siswa. Beberapa di antara nilai-nilai tersebut antara lain: mengenal akan indahnya perbedaan, saling menghargai sebagai makna baru dari sebuah kesuksesan, menemukan kekuatan diri, mendapatkan kesempatan yang setara, memperoleh kemerdekaan belajar, dll. Nilai-nilai ini kemudian akan berkontribusi terhadap perkembangan diri siswa secara lebih holistik.

Tantangan saya selaku guru adalah saya perlu memahami bagaimana melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana saya harus mengelolanya secara efektif. Untuk bisa mencapai hal ini, saya perlu mengaitkan teori yang saya dapatkan dengan kegiatan saya di kelas.

Praktik Baik Berdiferensiasi

Pada hari Senin, 7 Februari 2022, saya mengajar di kelas X IBB pada jam ketiga. Sekolah saya masih menerapkan pembelajaran dalam mode tatap muka terbatas oleh karena pandemi Covid-19. Pada sesi 1 saya mengajar pada jam 9 pagi, dan pada sesi 2 mengajar pada jam 12.50. Materi pembahasan adalah teks fungsional pendek, advertisement. Seperti yang telah saya lakukan pada materi-materi sebelumnya, kegiatan pembelajaran saya masih menggunakan model pembelajaran flipped classroom. Ini saya lakukan untuk memaksimalkan waktu mengajar yang hanya satu jam per mata pelajaran tiap minggunya.

Ketika saya masuk di kelas, setelah memberikan salam, beberapa siswa langsung bertanya kepada saya, “Ada kuis, pak?” “Well, baiklah, bapak ada kuis untuk kalian.”

Sebenarnya ini bukan kuis, tapi saya menyimpulkan bahwa siswa mulai menyukai model yang saya tawarkan selama ini. Dengan flipped classroom, siswa telah belajar materi yang saya kirimkan ke mereka sehari sebelumnya di channel YouTube. Untuk memastikan mereka belajar, setiap akan memulai kegiatan inti, saya menyempatkan untuk melakukan kuis sederhana dalam bentuk listening checking vocabulary. Dalam kegiatan ini saya membacakan 10 kosakata kepada siswa, kemudian mereka mencatatnya. Kesepuluh kosakata tersebut berasal dari materi yang telah saya kirimkan. Saya akhirnya menyimpulkan bahwa, kuis sederhana ini telah membuat mereka aktif belajar yang sekaligus mengajak saya untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah mereka lakukan.

Fakta ini bukan hanya terjadi di kelas X IBB, namun juga terjadi pada kelas XI IBB  dan kelas XII lainnya dengan reaksi yang hampir sama dalam ekspresi yang beragam. Dapat saya simpulkan bahwa, flipped classroom dengan tindak lanjut kuis sederhana dalam kelas tatap muka telah membantu menyesuaikan kebutuhan belajar siswa saya yang beragam. Apalagi, flipped classroom memberi siswa kesempatan belajar lebih banyak akan konten dan teori pelajaran di rumah.

Kegiatan Online

Selain, telah ada best practice sederahana akan pembelajaran berdiferensiasi ini di kelas, minggu ini juga menjadi waktu yang baik bagi saya untuk belajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan ini berlangsung dalam diskusi online menggunakan Google Meet dengan seorang anggota kelompok saya didampingi fasilitator. Hasilnya kami berhasil menyusun sebuah RPP sederhana yang memuat pembelajaran berdiferensiasi dan mengarah pada siswa sebagai pusat belajarnya.

Diskusi virtual dengan rekan CGP dan Fasilitator. Sumber: Dok. Pribadi.

Saya sangat berharap bahwa apa yang telah saya dapatkan minggu ini dapat saya terapkan dengan maksimal di kelas saya, terutama dalam kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi.

 

Salam Bahagia

Salam Merdeka Belajar


Share:
Lokasi: Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia