Pembentukan Komunitas Praktisi. Sumber: Dok. Pribadi |
Memahami kebutuhan belajar setiap siswa tentunya menjadi
sebuah tantangan sekaligus pengalaman menarik bagi guru. Bagaimana tidak, jika
saya mengajar kurang lebih 300 siswa, maka setidak-tidaknya saya perlu mengenal
seperti apa cara belajar mereka. Tidak semua siswa memiliki cara belajar yang
persis sama. Kebutuhan belajar dan cara belajar yang identik kemungkinan yang
ada di dalam kelas.
Kegiatan di Kelas
Kegiatan belajar mengajar pada minggu ini, khususnya mata
pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa & Sastra Inggris hanya saya lakukan di
kelas X IBB dan XI IBB. Kelas XII sementara menjalani Penilaian Tengah Semester
Genap. PTS ini dipercepat demi mendukung persiapan siswa menghadapi Ujian
Praktek dan Ujian Akhir Sekolah.
Pada pelajaran Bahasa & Sastra Inggris di kelas X IBB
pada hari Senin yang lalu, saya memulai kelas dengan membangun kesepakatan
dengan siswa. Kesepakatan ini, antara lain siswa sepakat tidak menggunakan HP
selama jam pelajaran selama tidak diminta oleh guru dan siswa saling menghargai
ketika beberapa diantara mereka mengambil peran dalam pembelajaran.
Selanjutnya siswa menyepakati bahwa mereka lebih senang
belajar dalam kelompok kecil secara berpasangan, ada pula yang meminta kelompok
dengan isi tiga siswa. Selaku guru, saya mengiyakan keinginan mereka. Kemudian ada
beberapa siswa yang langsung saja menyebut konten pelajaran yang akan mereka
pelajari. Saya membenarkan dan meluruskannya.
Di sini saya merasa bahagia karena siswa telah mempersiapkan
sedikit informasi terkait pembelajaran. Mereka pun menunjukkan sikap saling
menghormati di dalam kelas. Tidak ada olokan ketika ada yang berbicara, membaca
atau menulis kalimat bahasa Inggris di papan tulis yang keliru.
Menurut pandangan saya, kondisi ini sangat penting terwujud
dan terpelihara di dalam kelas. Ini adalah pertanda baik kelangsungan
pembelajaran berdiferensiasi. Dengan kehadiran budaya positif dalam belajar,
maka berbedanya cara belajar pada siswa akan tertolong. Saling menghargai akan
mendorong siswa yang cerdas dengan senang hati menuntun temannya yang
mengalamai kendala. Seperti yang dilakukan oleh Esy Florensia atau Dirgayanti
Samada dalam memberikan tawaran bekerja kelompok kepada Diva Allorerung. Diva
mengalami gangguang ketika belajar di kelas. Gangguan itu adalah penglihatan
dan kemampuan menulis. Kedua temannya saling bergantian menawarkan bantuan.
Ketika Diva menulis di papan dan salah, tidak ada satupun siswa yang
menertawkannya, Mereka justru melakukan tepuk tangan dan memberikan semangat, “ayo
Diva kamu pasti bisa.”
Besar harapan saya, kondisi ini akan bertahan di kelas ini
dan juga terwujud di kelas lainnya. Sungguh bahagia saling mendukung di tengah
keterbatasan dan perbedaan cara belajar.
Komunitas Praktisi
Pada minggu ini pula, saya bersama bapak Santu R. Patioli dan
ibu Nurlianti selaku CGP, membentuk Komunitas Praktisi di sekolah kami.
Kegiatan diresmikan oleh kepala UPT dan dihadiri sekitar 20 orang guru. Luar
biasa respon rekan-rekan disekolah untuk bersama-sama dengan kami melakukan
perubahan dalam pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar