PROFIL

Yulius Roma Patandean, S.Pd., lahir di Tana Toraja, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

MENGENALI PLATFORM PENDUKUNG BELAJAR ONLINE

Belajar dari rumah (BDR) merupakan salah satu tindak lanjut anjuran pemerintah untuk memotong rantai penyebaran COVID-19. Sekolah menyelenggarakan BDR artinya sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Bagaimanapun opsi mengumpulkan siswa di sekolah untuk proses pembelajaran masih menjadi pertimbangan serius. Terutama untuk wilayah dengan zona orange, merah hingga hitam pandemi COVID-19.

BDR dan PJJ di Masa Pandemi Covid-19

Di awal tahun 2021, tepatnya pada awal bulan Februari ini, program Belajar Dari Rumah (BDR) masih menjadi opsi pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan. BDR dilaksanakan dalam dua acara, yakni Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) daring (online) dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) luring (offline). PJJ daring mengutamakan ketersediaan sumber daya internet, smartphone dan paket data. Sementara PJJ luring memanfaatkan layanan radio, TV Edukasi, modul, hingga pemanfaatan video pembelajaran dan sumber belajar lainnya di lingkungan peserta didik.

Cara Memanfaatkan Video Pembelajaran di Kelas Digital dan Kelas Terbalik

Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) harus diakui sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis digital. Digitalisasi turut pula mendorong lahirnya konten-konten video pembelajaran yang berkualitas. Tak bisa dipungkiri bahwa di masa akan datang, video pembelajaran akan banyak memuat bahan ajar berbasis real life, seperti video praktik Biologi berbasis virtual reality (VR). Jika saat ini pembelajaran di laboratorium sebatas mempraktekkan teroti yang siswa peroleh di ruang kelas, maka teknologi VR akan menghadirkan kondisi nyata ayng lebih mempermudah eksplorasi siswa.

MENGEFEKTIFKAN BELAJAR JARAK JAUH: MENGENALI MASALAH DAN MENEMUKAN SOLUSI

Mengajar secara jarak jauh telah menjadi salah satu kegiatan utama banyak pendidik saat ini. Seperti yang sementara berlangsung di berbagai negara, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, sekolah-sekolah di Indonesia, lewat kebijakan pemerintah, telah memilih aktifitas pembelajaran dilaksanakan dari rumah dan secara umum pembelajaran berlangsung online.

Kamis, 31 Maret 2022

Coaching - Refleksi TIRTA

Ujian Sekolah di UPT SMAN 5 Tana Toraja berbasis android


SMAN 5 Tana Toraja, 27 Maret 2022

Waktu terus berjalan pendidikan guru penggerak telah memasuki minggu ke 15. Secara umum tidak ada pembelajaran tatap muka di kelas oleh karena ada agenda utama sekolah. Ini menjadi salah satu hambatan penerapan pendekatan coaching dalam pembelajaran. Tapi saya selalu yakin bahwa pendekatan ini tidak hanya berlaku dalam kelas, tapi juga bisa diterapkan di kondisi lainnya. Dengan kata lain saya bisa memanfaatkan setiap momen sebagai wadah pembelajaran.

Sekolah saya fokus melaksanakan Ujian Sekolah untuk kelas XII yang dimulai pertengahan pekan ini hingga akhir pekan depan. Sebelumnya telah dilaksanakan Ujian Praktik. Bidang studi Bahasa Inggris yang saya ampu pun telah rampung sesuai jadwal.

Selanjutnya saya melakukan analisis dan finalisasi nilai ujian praktik para siswa. Ternyata saya menemukan sekitar 10 siswa dari 8 kelas belum mengikuti ujian praktik. Perasaan saya tidak tenang, mengingat ujian praktik ini menjadi salah satu syarat kelulusan siswa. Lalu, nama-nama tiap kelas yang belum mengikuti ujian praktik saya kirimkan lewat WhatsApp. Pada kelas yang tidak saya ajar, saya menghubungi lewat teman sekelasnya.

Ragam pertayaan dan respon berbalasan. Singkatnya saya mengjukan pertanyaan, apa kendalanya, mengapa belum sempat mengirim hasil ujian praktik, bagaimana rencana selanjutnya untuk ikut ujian praktik susulan.

Tak berselang lama, respon dari siswa yang terdaftar belum mengikuti ujian praktik pun bermunculan. Ada yang mengatakan telah selesai secara tatap muka di lab bahasa adan pula yang mengatakan telah mengirimkan link video. Terdapat pula siswa yang berjanji akan segera melakukan ujian praktik dan mengirimkan videonya. Semua saya catat dan cocokkan dengan data yang saya pegang. Siswa yang telah lulus ujian praktik saya beri warna kuning sementara yang belum saya biarkan warna putih.

Sore harinya, notifikasi WhatsApp memberi sinyal kembali. Sejumlah siswa menyapa “Selamat sore pak; good afternoon, sir; maaf mengganggu pak.” Inti balasan saya sedikit bercanda: Adakah maksud sapaannya? Apa yang kamu harapkan dari bapak? Lalu balasan masuk: mau konfirmasi pak, saya belum mengikuti ujian praktik, baru sempat hari ini membuat videonya. Bisakah saya mengirimkannya sekarang ke bapak? Tentunya saya menyetujuinya. beberapa video kemudian dikirimkan siswa lewat WhatsApp. Ada yang menggunakan tautan Google Drive, tautan YouTube dan video pendek.

Pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah, selaku salah satu panitia ujian sekolah, saya bertugas untuk menyiapkan komputer di lab bahasa bagi siswa yang tidak memiliki akses ke internet, HP rusak atau tidak memiliki HP. Hal ini bertujuan agar semua siswa bisa mengikuti ujian secara online.

Hari Jumat, 26 Maret 2022, setelah ujian selesai datanglah seorang siswa menemui saya di lab bahasa.

“Selamat siang,” saya menyapa.

“Selamat siang, pak”, balasnya.

“Apakah maksud kedatangannya, nak?”

“Bisakah saya mengikuti ujian susulan di lab bapak?” “Saya sudah minta izin ke panitia ujian dan pengawas ruang.”

“Apakah ada kendala kamu sehingga mengikuti ujian susulan hari ini?”

“HP saya rusak pak, jadi saya tidak bisa mengikuti ujian. Saya diminta ke sini pak.”

“Apakah kamu sudah mencoba melakukan hal lain agar bisa mengikuti ujian sebelum ke sini?”

“Saya sudah melapor ke panitia ujian dan pengawas ruang. Saya juga sudah mencoba meminjam HP lain untuk ikut ujian, tapi tidak ada pak. Tapi, saya bisa ikut ujian di lab kan, pak?”

“Baiklah, silahkan masuk. Lalu, bagaimana kamu bisa memaksimalkan waktu ujian, mengingat waktu telah berjalan sementara kamu baru akan memulainya dan terdapat empat mata ujian yang akan kamu kerjakan?”

“Saya akan konsentrasi memahami setiap soal dan mengupayakan agar bisa menjawab semua soal dengan baik tepat waktu.”

“Adakah strategi lainnya?”

“Saya akan percaya diri dan optimis bahwa saya bisa menuntaskan ujian hari ini di lab bahasa.”

“Seperti apa gambaran keberhasilanmu mengikuti ujian susulan hari ini?”

Menurut saya pak, saya akan sukses ujian ketika saya bisa menyelesaikannya dengan baik.”

“Lalu, seperti apa komitmen kamu terhadap ujian susulan ini?”

“Saya akan menuntaskan ujian saya hari ini dan tidak akan menundanya.”

“Siapakah yang paling berperan membantu kamu mengikuti ujian susulan ini?”

“Teman-teman saya pak, guru-guru mata pelajaran yang tidak saya ikuti, ketua panitia ujian dan terutama bapak yang bersedia memberikan saya fasilitas untuk ikut ujian.”

Dari percakapan saya dengan siswa secara singkat, saya terkesan dengan respon siswa. Ternyata siswa bisa memiliki prinsip yang baik ketika dilayani dengan pendekatan coaching model TIRTA. Sekilas ini terlintas di pikiran saya ketika siswa menemui saya. Siswa lebih jelas dan terukur penjelasannya terkait dengan kendalanya mengikuti ujian.

Ini tentulah hal yang sangat baru dan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan siswa. Sederhana dan seolah-olah terjadi secara refleks dalam tindakan sehari-hari. Khususnya model TIRTA ini menjadi panduan yang sangat baik dalam menuntun pembelajaran yang berfokus pada siswa. Jelas bahwa coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Pada coaching saya lebih dominan bertanya dan menggali informasi dari siswa dari pada memberi nasehat dan dorongan. Siswa tertuntun untuk menyelesaikan hambatannya sendiri lewat coaching, dan saya simpulkan bahwa ini sangat berpihak pada siswa ketika dikaitkan langsung dengan konten belajarnya.

Ujian sekolah masih akan berlangsung beberapa hari lagi tapi optimis bahwa model TIRTA ini akan membantu saya memfasilitasi kendala-kendala siswa.

 


Share:

Jumat, 25 Maret 2022

Hasil Penilaian Akhir Semester Genap Kelas 12: Bahasa Inggris

Penilaian Tengah Semester di SMAN 5 Tana Toraja. Sumber: Dok. Pribadi

Berikut hasil Penilaian Akhir Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas 12 tahun pelajaran 2021/2022.









#SalamBahagia


Share:

HASIL EVALUASI (PTS) GENAP BAHASA & SASTRA INGGRIS DAN BAHASA INGGRIS LINTAS MINAT KELAS 10

Bersyukur dan Bahagia dalam segala hal. Sumber: Dok. Pribadi.


Halo anak-anakku yang keren, Salam Bahagia.

Beberapa hari yang lalu kalian telah mengikuti evaluasi pada semester genap tahun pelajaran 2021-2022. Salah satu mata pelajaran yang telah kalian tuntaskan adalah Bahasa & Sastra Inggris (Peminatan) untuk kelas 10 Bahasa dan Bahasa Inggris Lintas Minat untuk kelas 10 IIS 1, 10 IIS 2, 10 IIS 3, 10 MIA 3 & 10 MIA 4.

Luar biasa atas pencapaiannya. Tetaplah bersyukur. Jika kalian merasa bahwa hasilnya masih jauh dari target kalian, mari refleksikan dan coba untuk berbuat lebih baik lagi di akhir semester.

Nah, setelah menyimak hasil belajar kalian, bapak minta kalian berkomentar di kolom komentar dengan menjawab pertanyaan ini:

  1. Sejauh mana pencapaian belajar kalian di semester ini?
  2. Apa saran untuk diri kalian agar hasilnya lebih baik di akhir semester?

Berikut ini bapak lampirkan hasil belajar kalian sepanjang semester genap ini.

Hasil PTS Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas 10 IIS 1

Hasil PTS Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas 10 IIS 2

Hasil PTS Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas 10 IIS 3

Hasil PTS Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas 10 MIA 3

Hasil PTS Bahasa Inggris Lintas Minat Kelas 10 MIA 4


Hasil PTS Bahasa dan Sastra Inggris Kelas 10 Bahasa


Tetap semangat dan bahagia.


Share:

Selasa, 22 Maret 2022

COACHING DAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Pendekatan Coaching mendorong siswa lebih mandiri. Sumber: Dok. Pribadi

Sebagai pendidik yang mulia, kita sepakat bahwa setiap peserta didik bukanlah selembar kertas kosong dengan kepolosannya. Setiap anak memiliki keunikan, karakteristik dan latar belakangnya masing-masing. Elemen-elemen inilah yang harus kita jadikan sebagai bahan untuk membentuk pondasi mereka yang kokoh dalam pendidikan. Menjadi daya dukung untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi belajar mereka. Terlebih untuk menuntun setiap anak didik kita tiba pada masanya yang bahagia, yakni mewujudkan cita-cita luhurnya.

Dalam rangka mewujudkan penemuan jati diri dan melejitkan potensi belajar siswa, maka seorang guru diharapkan memiliki keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan coaching. Ini merupakan bentuk pendekatan komunikasi yang diperlukan karena kita melihat bahwa para siswa adalah insan merdeka. Mereka adalah pribadi yang mampu menentukan arah, tujuan pembelajarannya dan meningkatkan potensinya sendiri. Tugas guru adalah memberikan dorongan dan tuntunan; menjadi pemimpin pembelajaran yang melejitkan potensi mereka.

Guru yang memiliki keterampilan coaching dalam berkomunikasi akan membuat siswa lebih terarah dalam belajarnya. Siswa mampu menemukan solusi atas permasalahannya secara mandiri. Inilah yang kemudian akan dapat meningkatkan potensi siswa. Tentunya ini tidak mudah, tapi pemimpin pembelajaran yang berpegang pada prinsip Tut Wuri Handayani akan mampu melakukannya.

Pada kaitannya dengan pembelajaran sosial dan emosional, keterampilan komunikasi lewat pendekatan coaching membantu guru untuk menerapkan kompetensi sosial emosional siswa dalam pembelajaran. Siswa tertuntun untuk memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Motivasi untuk selalu belajar dan berupaya melakukan perubahan-perubahan positif yang dimulai pada diri guru, kemudian lingkungan sekolahnya adalah perasaan yang seyogyanya menghiasi tindakan layanan pendidikan dari seorang guru. Seperti inilah yang perasaan saya setelah mengetahui, dan mencoba menerapkan pendekatan coaching dalam melakukan interaksi pembelajaran dengan siswa.

Ketika siswa kelas 10 dan 11 di SMAN 5 Tana Toraja menjalani Penilaian Tengah Semester genap minggu ini, serta kelas 12 yang mengikuti Penilaian Akhir Semester genap, tak terlepas dari hadirnya hambata-hambatan bagi siswa dalam mengikutinya. Bukan hanya ada pada siswa melainkan juga hadir pada guru.

 

Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester bagi siswa kelas 


Seperti yang terjadi pada mata pelajaran Kimia kelas 12, terjadi kegaduhan bagi sebagian besar siswa kelas 12 program IPA. Insiden yang terjadi adalah mereka tidak bisa mengakses soal. Saya yang saat itu mengawas di ruang 16 dipanggil salah seorang panitia untuk membantu penyelesaiannya. Saya melihat ke lantai 2 di mana lab bahasa berada,siswa telah berkerumun di sana. Bahasa kepanikan siswa pun bermunculan, seperti waktu telah berjalan lama, link soal tidak terbuka, bagaimana cara mengikuti ujian, dll.

Saya bertanya pada mereka seperti apa kondisi link soal ketika diakses. Salah seorang siswa memperlihatkan status soal di smartphone-nya. Ada pemberitahuan yang intinya soal hanya bisa diakses setelah ada izin dari pengguna atau dari pembuat soal.

Pertanyaan berikutnya adalah apa yang bisa siswa lakukan dengan kondisi tersebut? Apa tindakan siswa agar bisa mengakses soal tes? Apakah mereka bisa bersabar beberapa saat? Dapatkan mereka membantu guru mata pelajaran bersangkutan untuk menyampaikan informasi terkait kondisi soal?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang memandu saya memberikan alternatif penyelesaian kepada siswa dan juga termasuk guru bidang studi bersangkutan. Dengan menerima respon dari pertanyaan yang saya ajukan ke siswa, saya berhasil memperbaiki pengaturan form tes sehingga siswa bisa melanjutkan untuk mengerjakannya.

Berdasarkan pendekatan coaching yang saya terapkan ternyata di sini siswa mampu mengelola diri dan mengendalikan diri mereka untuk segera mencari informasi. Nampak bahwa mereka mampu mengelola emosinya dengan baik yang ditunjukkan dengan mencari solusi. Selain itu mereka telah mencoba menjalin kolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan solusi yang selanjutnya keputusan mereka adalah buah dari kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Pendekatan coaching dalam merespon kebutuhan siswa ini perlu dibiasakan dalam kelas. Satu hal penting lainnya adalah coaching membuat guru untuk menghindari pemberian nasehat jika siswa memiliki masalah. Coaching justru menuntun siswa untuk menyelesaikan setiap permasalahannya secara mandiri. 


Share:

Selasa, 15 Maret 2022

Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional - Refleksi

 

Calon Guru Penggerak pada Lokakarya 3 Pendidikan Guru Penggerak

Kompetensi Sosial Emosional

Lima kompetensi sosial emosional, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini kemungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial emosional bertujuan untuk mendorong perkembangan peserta didik secara positif melalui program pembelajaran yang terkoordinasi secara lebih baik antara berbagai pihak dalam komunitas sebuah sekolah. Artinya, setiap pengambilan kebijakan oleh pemangku kepentingan di sekolah seyogyanya mempertimbangkan 5 kompetensi sosial emosional di dalamnya sehingga keputusan-keputusan tentang program pembelajaran di sekolah benar-benar berpihak kepada siswa lewat proses yang terkoordinir dan terukur bukan instan.

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu  (1) mengajarkan kompetensi sosial emosional secara spesifik dan eksplisit, (2) mengintegrasikan kompetensi sosial emosional ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan siswa, (3) mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap siswa, (4) mempengaruhi pola pikir siswa tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Adapun pendekatan yang bisa digunakan untuk menerapkan pembelajaran sosial emosional ini salah satunya melalui konsep SAFE, yaitu:

  1. Sequential/berurutan:   aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan.
  2. Active/aktif: bentuk pembelajaran aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru
  3. Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun personal
  4. Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.

Pada pelaksanaan Ujian Praktik Kelas XII tahun pelajaran 2021/2022 saya mengambil topik yang dipelajari siswa selama tiga tahun di SMA, yaitu Song Lyric. Sejak awal semester ganjil di kelas XII saya telah melakukan sosialisasi terkait materi ujian praktik nantinya. Terdapat dua kegiatan utama dalam ujian praktik, sing an English song dan find the message/story/interpretate the song lyric. Adapun aspek yang dinilai dalam ujian praktik, antara lain: pengucapan (pronounciation), kelancaran (fluency), ketepatan makna (accuracy), kreatifitas (creativity: penggunaan alat musik, menghafal lirik), dan menafsirkan lirik lagu (English).

Perasaan

Ketika saya mendapati siswa kelas XII, secara khusus kelas XII IPS 2 dan XII IPS 3 begitu antusias mengikuti ujian praktik, saya sangat bahagia. Mengapa? Kedua kelas tersebut tidak pernah saya ajar. Tetapi mereka bisa memahami petunjuk dan indikator ujian praktik. Mereka antusias bertanya kepada saya seperti apa ujian praktiknya. Ada dua laki-laki yang pertama tampil di ujian praktik dari kleas XII IPS 2. Awalnya mereka ragu, oleh karena kurang percaya diri. Tapi saya membalas bahwa santai saja, nikmati materi ujiannya, semua akan berjalan dengan baik. Mereka membuktikannya, ujian praktik menyanyikan lagu Bahasa Inggris dan presentasi makna lagu mereka selesaikan dengan baik. Selanjutnya saya berpesan kepada mereka bahwa beginilah metode ujian praktik itu.

Saya bangga, Bahagia dan sekaligus terpelihara motivasi mengajar saya untuk melakukan proses yang lebih baik dan lebih berpihak kepada siswa di tahun-tahun mendatang.

Implementasi

Pembelajaran Bahasa Inggris yang telah saya lakukan selama hampir satu tahun di kelas XII saya kaitkan dengan konsep SAFE untuk mengidentifikasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas.

  1. Sequential/berurutan: sosialisasi materi di awal semester ganjil, kaitan antara materi di kelas X, XI dan materi yang akan dipelajari di kelas XII. Sejak awal semester saya telah meminta siswa untuk menguasai pengucapan, bisa menyanyikan dan mampu menjelaskan makna lirik lagu bahasa Inggris yang terkait dengan kehidupan mereka dan paling mereka senangi.
  2. Active/aktif: topik pelajaran saya sesuaikan dengan miant siswa, dalam hal ini lagu bahasa Inggris favorit siswa. Agar siswa mampu menjelaskan makna lirik lagu, maka siswa belajar berpikir kritis dengan menggunakan sumber-sumber pelajaran lainnya, seperti berdiskusi dengan guru, sesame siswa dan melakukan eksplorasi di internet. Dalam kaitannya dengan kompetensi sosial emosional, siswa belajar untuk mengembangkan kompetensi keterampilan berelasi.
  3. Focused/fokus: siswa fokus menguasai lirik lagu favoritnya, fokus pada pengucapan, intonasi dan cara penyampaian lirik lagu. Jika ada kendala, siswa membangun komunikasi dengan guru dan teman sekelas, baik secara langsung maupun secara tidak langsung mengunakan media komunikasi dan media sosial.
  4. Explicit/eksplisit: Siswa mampu menyajikan kemampuannya menyanyikan dan menjelaskan makna lagu bahasa Inggris. Ketika siswa tampil secara berkelompok, siswa telah mengembangkan kemampuan berelasi dengan orang lain dan mampu mengelola emosi positif dalam dirinya ketika mampu berdiri di depan orang lain, dalam hal ini presentasi di depan gurunya.

Terkait dengan konsep pembelajaran sosial emosional, di sini siswa mampu menyadari keadaan dan potensi mereka, mampu mengelola emosi untuk tampil dengan baik di ujian praktik, mampu memetakan kelebihan dan kekurangan penampilan mereka yang selanjutnya mereka sampaikan kepada teman sekelas, mampu membangun relasi dengan orang lain yakni guru selaku penguji dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan memilih tampil pertama dari kelasnya.

Rencana

Konsep pembelajaran sosial emosional secara bertahap dan berkelanjutan akan saya terapkan dalam setiap tindakan pengajaran saya di sekolah. Poin utama yang akan rutin saya kembangkan adalah kemampuan siswa saya dalam melakukan kolaborasi. Dimulai dengan kolaborasi dengan teman sebangkunya, teman sekelas, orang tua, lingkungan tempat tinggal dan masyarakat secara luas. Adapun metode optimalisasi kolaborasi siswa ini akan saya kembangkan dari apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Kolaborasi siswa terintegrasi dalam setiap penugasan proyek siswa. Model penugasan ini lebih menekankan kerjasama dan kolaborasi dalam merencanakan, melakukan eksekusi dan finalisasi.

Share:

Kamis, 10 Maret 2022

Lirik Lagu Mars Guru Penggerak

 

Mars Guru Penggerak

Pendidikan Guru Penggerak, Lokakarya 2

Pendidikan Guru Penggerak (PGP) selain terkait dengan materi diklatnya juga tidak terlepas dari lagu. Dalam hal ini Guru Penggerak juga memiliki lagu mars yang bernama Mars Guru Penggerak.

Berikut ini lirik Mars Guru Penggerak.

Bulatkan tekad kuatkan hati

Neg'ri ini memanggilmu kawan

Belajar bergerak berbagi untuk neg'ri

Guru penggerak majukan pendidikan

Guru penggerak menghamba pada murid

Kreatif rancang pembelajaran

Hargai potensi tingkatkan prestasi

Lahirkan profil pelajar Pancasila

Belajar bergerak berbagi untuk neg'ri

Kita menjalin kolaborasi

Belajar bergerak berbagi untuk neg'ri

Demi bakti pada Ibu Pertiwi



Share:

Senin, 07 Maret 2022

Pembelajaran Sosial dan Emosional - Refleksi

“Murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.” (McGrath & Noble, 2011)

Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak minggu ini ternyata banyak membantu saya dalam menjalankan semua aktifitas penting tersebut. Diawali dengan konsep kesadaran penuh (mindfulness), yakni sebuah kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan. Mindfulness menghadirkan kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.  Tambahan pula, mindfulness muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh.

Kompetensi Sosial Emosional

Mindfulness adalah basis dari Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang terdiri atas 5 kompetensi, antara lain:

Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi

Pengelolaan Diri – Pengelolaan Emosi dan Fokus

Keterampilan Relasi – Kerja sama dan resolusi konflik  

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Kesadaran Sosial – Empati

Aspek sosial dan emosional pada diri sendiri penting untuk terkelola dengan baik oleh guru. Selanjutnya, aspek ini terlaksana atau mengalami penerapan dalam pembelajaran pada siswa secara lebih sistematik dan komprehensif. Aspek sosial dan emosional terkait erat dengan pendidikan budi pekerti, yakni pembelajaran tentang lahir dan batin. Jika berbicara tentang pembelajaran budi pekerti, seperti yang telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, maka ini adalah pembelajaran holistik, yaitu bersatunya (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan (Syahril, 2020).

Refleksi

Minggu ini saya menjalani sejumlah kegiatan penting yang saya kategorikan sebagai tugas wajib. Setelah pembelajaran kembali masuk moda belajar dari rumah (BDR) karena kasus pandemi Covid-19 yang meningkat di Tana Toraja, saya pun harus menyiapkan strategi pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan edaran Bupati Tana Toraja, kegiatan BDR akan berlangsung selama 10 hari. Kelas X dan XI tentunya tidak akan terkena dampak langsung dari BDR ini. Akan tetapi kelas XII yang menjadi pokok perhatian saya, mengingat mereka akan segera mengikuti Ujian Praktik dan Ujian Sekolah.

Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan maksimal maka saya perlu menerapkan kompetensi kesadaran sosial (empati). Saya harus peduli pada semua siswa saya. Walaupun mereka dalam proses BDR, tetapi hak mereka untuk menerima ilmu pengetahun tetap arus saya penuhi.  Di samping itu saya harus tetap menjalin komunikasi secara online untuk memberikan dorongan agar semangat belaajr mereka tetap terjaga sekaligus mendorong mereka untuk tetap mematuhi protokol kesehatan selama BDR demi keselamatan bersama.

Keputusan bertanggung jawab juga perlu saya ambil. BDR tidak hanya sekedar komunikasi online, tetapi bagaimana merancang pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Maka untuk mendukung proses BDR pada 10 kelas yangsaya ajar, saya menyiapkan materi di blog pribadi dan Google Classroom. Selain itu saya menyediakan fasilitas belajar sinkronous online menggunakan Live Zoom dan Live Streaming YouTube pada setiap jam tatap muka online. Tak lupa saya menyelipkan sesi-sesi game sederhana selama belajar online agar siswa tidak merasa bosan, misalnya vocabulary game.

Pada saat yang sama, saya menerima informasi di WhatsApp bahwa saya menjadi salah satu peserta yang lolos seleksi berkas CV dan video pembelajaran pada seleksi Guru Pembelajaran Program Smart School Provinsi Sulawesi Selatan. Saya wajib mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menjalani tes berikutnya di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Tes yang akan saya jalani berikutnya adalah tes microteaching dan kelayakan dihadapan penguji, yang mana mereka adalah para pakar pendidikan di bidangnya, yakni profesor. Tambahan pula, bahwa jarak yang saya tempuh dari Toraja ke Makassar sejauh kurang lebih 310 km. Saya harus berangkat hari Sabtu sore mengingat ujiannya hari Minggu. Artinya, tugas di kesekretariatan gereja pada minggu ini tidak saya jalankan.

Keterampilan relasi – kerja sama dan resolusi konflik menjadi kompetensi yang coba saya ambil di sini. Terkait kesekretariatan dan rapat di gereja saya komunikasikan dengan wakil sekretaris agar hal-hal yang terkait dengan pelayanan di gereja tetap berjalan dengan optimal.

Pengelolaan diri – pengelolaan emosi dan fokus menjadi modal perjalanan saya ke Makassar di Sabtu sore. Saya wajib fokus menyetir mobil dan mampu mengelola emosi agar tidak terpancing untuk menggenjot laju kendaraan. Tentunya pengambilan keputusan sepanjang perjalanan saya adalah wujud tanggung jawab keselamatan atas diri dan keluarga saya.

Minggu yang sama, saya mendapat kepercayaan untuk menjadi sekretaris panitia pada dua acara pernikahan pada bulan Maret ini. Kedua agenda ini tidak dapat ditunda lagi. Setelah pembentukan panitia, pada pertengahan pekan, saya bersama sejumlah pengurus PGRI Kabupaten Tana Toraja dan pengurus cabang melakukan perjalanan ke salah satu wilayah pinggiran Tana Toraja untuk memberikan bantuan donasi kepada salah satu anggota PGRI yang menjadi korban bencana tanah longsor.

Kunjungan PGRI ke salah satu anggota PGRI yang terdampak bencana tanah longsor.


Menjelang akhir pekan ini, pihak sekolah mengumumkan bahwa Ujian Praktik untuk Kelas XII akan dilaksanakan minggu depan. Mengingat semua aktifitas ini, tentunya emosi pribadi mendapat ujian dalam menjalaninya. Hal ini pun terkait erat dengan kegiatan sosial yang tak luput akan saya jalani pula. Komentar siswa pun beragam di WhatsApp, sehingga saya menyiapkan opsi teknis pelaksanaan ujian praktik, diantaranya: Ujian Praktik bisa dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Jika berkelompok, bisa duet, trio, kuartet, dan maksimal 5 orang/kelompok. UJian Praktik dapat dilakukan dengan cara (pilih salah satu): (1) Mengikuti Ujian Praktik secara sinkronous offline di sekolah, besok, mulai pukul 07.00-selesai di Lab Bahasa (mengikuti urutan kelas di Jadwal ujian praktik); (2) Mengikuti Ujian Praktik secara asinkronous online/offline (Siswa membuat video praktik kemudian mengirimkan link/tautan/mengumpulkan video lewat flashdisk; dan (3) Jika Mengikuti Ujian Praktik moda asinkronous online/offline, maka video masuk paling lambat tanggal 7 Maret 2022 pukul 24.00 WITA.

Semua aktifitas ini dapat berjalan dengan baik dan tuntas.  5 kompetensi sosial emosional pada pembelajaran kali ini banyak menolong saya dalam mengambil tindakan dan keputusan. Saya merasa sangat bahagia. Harapan saya ke depan kelima kompetensi ini dapat saya terapkan secara nyata di dalam pembelajaran saya.

Share:

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia