Ujian Sekolah di UPT SMAN 5 Tana Toraja berbasis android |
SMAN 5 Tana Toraja, 27 Maret 2022
Waktu terus berjalan pendidikan guru penggerak telah memasuki minggu ke 15. Secara umum tidak ada pembelajaran tatap muka di kelas oleh karena ada agenda utama sekolah. Ini menjadi salah satu hambatan penerapan pendekatan coaching dalam pembelajaran. Tapi saya selalu yakin bahwa pendekatan ini tidak hanya berlaku dalam kelas, tapi juga bisa diterapkan di kondisi lainnya. Dengan kata lain saya bisa memanfaatkan setiap momen sebagai wadah pembelajaran.
Sekolah saya fokus melaksanakan
Ujian Sekolah untuk kelas XII yang dimulai pertengahan pekan ini hingga akhir
pekan depan. Sebelumnya telah dilaksanakan Ujian Praktik. Bidang studi Bahasa
Inggris yang saya ampu pun telah rampung sesuai jadwal.
Selanjutnya saya melakukan
analisis dan finalisasi nilai ujian praktik para siswa. Ternyata saya menemukan
sekitar 10 siswa dari 8 kelas belum mengikuti ujian praktik. Perasaan saya
tidak tenang, mengingat ujian praktik ini menjadi salah satu syarat kelulusan
siswa. Lalu, nama-nama tiap kelas yang belum mengikuti ujian praktik saya
kirimkan lewat WhatsApp. Pada kelas yang tidak saya ajar, saya menghubungi
lewat teman sekelasnya.
Ragam pertayaan dan respon
berbalasan. Singkatnya saya mengjukan pertanyaan, apa kendalanya, mengapa belum
sempat mengirim hasil ujian praktik, bagaimana rencana selanjutnya untuk ikut
ujian praktik susulan.
Tak berselang lama, respon dari
siswa yang terdaftar belum mengikuti ujian praktik pun bermunculan. Ada yang
mengatakan telah selesai secara tatap muka di lab bahasa adan pula yang
mengatakan telah mengirimkan link video. Terdapat pula siswa yang berjanji akan
segera melakukan ujian praktik dan mengirimkan videonya. Semua saya catat dan
cocokkan dengan data yang saya pegang. Siswa yang telah lulus ujian praktik
saya beri warna kuning sementara yang belum saya biarkan warna putih.
Sore harinya, notifikasi WhatsApp
memberi sinyal kembali. Sejumlah siswa menyapa “Selamat sore pak; good
afternoon, sir; maaf mengganggu pak.” Inti balasan saya sedikit bercanda: Adakah
maksud sapaannya? Apa yang kamu harapkan dari bapak? Lalu balasan masuk: mau
konfirmasi pak, saya belum mengikuti ujian praktik, baru sempat hari ini
membuat videonya. Bisakah saya mengirimkannya sekarang ke bapak? Tentunya saya
menyetujuinya. beberapa video kemudian dikirimkan siswa lewat WhatsApp. Ada
yang menggunakan tautan Google Drive,
tautan YouTube dan video pendek.
Pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah, selaku salah satu panitia ujian sekolah, saya bertugas untuk menyiapkan komputer di lab bahasa bagi siswa yang tidak memiliki akses ke internet, HP rusak atau tidak memiliki HP. Hal ini bertujuan agar semua siswa bisa mengikuti ujian secara online.
Hari Jumat, 26 Maret 2022, setelah
ujian selesai datanglah seorang siswa menemui saya di lab bahasa.
“Selamat siang,” saya menyapa.
“Selamat siang, pak”, balasnya.
“Apakah maksud kedatangannya,
nak?”
“Bisakah saya mengikuti ujian
susulan di lab bapak?” “Saya sudah minta izin ke panitia ujian dan pengawas
ruang.”
“Apakah ada kendala kamu sehingga
mengikuti ujian susulan hari ini?”
“HP saya rusak pak, jadi saya
tidak bisa mengikuti ujian. Saya diminta ke sini pak.”
“Apakah kamu sudah mencoba
melakukan hal lain agar bisa mengikuti ujian sebelum ke sini?”
“Saya sudah melapor ke panitia
ujian dan pengawas ruang. Saya juga sudah mencoba meminjam HP lain untuk ikut
ujian, tapi tidak ada pak. Tapi, saya bisa ikut ujian di lab kan, pak?”
“Baiklah, silahkan masuk. Lalu, bagaimana
kamu bisa memaksimalkan waktu ujian, mengingat waktu telah berjalan sementara
kamu baru akan memulainya dan terdapat empat mata ujian yang akan kamu kerjakan?”
“Saya akan konsentrasi memahami
setiap soal dan mengupayakan agar bisa menjawab semua soal dengan baik tepat
waktu.”
“Adakah strategi lainnya?”
“Saya akan percaya diri dan
optimis bahwa saya bisa menuntaskan ujian hari ini di lab bahasa.”
“Seperti apa gambaran
keberhasilanmu mengikuti ujian susulan hari ini?”
Menurut saya pak, saya akan
sukses ujian ketika saya bisa menyelesaikannya dengan baik.”
“Lalu, seperti apa komitmen kamu
terhadap ujian susulan ini?”
“Saya akan menuntaskan ujian saya
hari ini dan tidak akan menundanya.”
“Siapakah yang paling berperan
membantu kamu mengikuti ujian susulan ini?”
“Teman-teman saya pak, guru-guru
mata pelajaran yang tidak saya ikuti, ketua panitia ujian dan terutama bapak
yang bersedia memberikan saya fasilitas untuk ikut ujian.”
Dari percakapan saya dengan siswa
secara singkat, saya terkesan dengan respon siswa. Ternyata siswa bisa memiliki
prinsip yang baik ketika dilayani dengan pendekatan coaching model TIRTA. Sekilas
ini terlintas di pikiran saya ketika siswa menemui saya. Siswa lebih jelas dan
terukur penjelasannya terkait dengan kendalanya mengikuti ujian.
Ini tentulah hal yang sangat baru dan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan siswa. Sederhana dan seolah-olah terjadi secara refleks dalam tindakan sehari-hari. Khususnya model TIRTA ini menjadi panduan yang sangat baik dalam menuntun pembelajaran yang berfokus pada siswa. Jelas bahwa coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Pada coaching saya lebih dominan bertanya dan menggali informasi dari siswa dari pada memberi nasehat dan dorongan. Siswa tertuntun untuk menyelesaikan hambatannya sendiri lewat coaching, dan saya simpulkan bahwa ini sangat berpihak pada siswa ketika dikaitkan langsung dengan konten belajarnya.
Ujian sekolah masih akan
berlangsung beberapa hari lagi tapi optimis bahwa model TIRTA ini akan membantu
saya memfasilitasi kendala-kendala siswa.
0 komentar:
Posting Komentar