Selasa, 22 Maret 2022

COACHING DAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Pendekatan Coaching mendorong siswa lebih mandiri. Sumber: Dok. Pribadi

Sebagai pendidik yang mulia, kita sepakat bahwa setiap peserta didik bukanlah selembar kertas kosong dengan kepolosannya. Setiap anak memiliki keunikan, karakteristik dan latar belakangnya masing-masing. Elemen-elemen inilah yang harus kita jadikan sebagai bahan untuk membentuk pondasi mereka yang kokoh dalam pendidikan. Menjadi daya dukung untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi belajar mereka. Terlebih untuk menuntun setiap anak didik kita tiba pada masanya yang bahagia, yakni mewujudkan cita-cita luhurnya.

Dalam rangka mewujudkan penemuan jati diri dan melejitkan potensi belajar siswa, maka seorang guru diharapkan memiliki keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan coaching. Ini merupakan bentuk pendekatan komunikasi yang diperlukan karena kita melihat bahwa para siswa adalah insan merdeka. Mereka adalah pribadi yang mampu menentukan arah, tujuan pembelajarannya dan meningkatkan potensinya sendiri. Tugas guru adalah memberikan dorongan dan tuntunan; menjadi pemimpin pembelajaran yang melejitkan potensi mereka.

Guru yang memiliki keterampilan coaching dalam berkomunikasi akan membuat siswa lebih terarah dalam belajarnya. Siswa mampu menemukan solusi atas permasalahannya secara mandiri. Inilah yang kemudian akan dapat meningkatkan potensi siswa. Tentunya ini tidak mudah, tapi pemimpin pembelajaran yang berpegang pada prinsip Tut Wuri Handayani akan mampu melakukannya.

Pada kaitannya dengan pembelajaran sosial dan emosional, keterampilan komunikasi lewat pendekatan coaching membantu guru untuk menerapkan kompetensi sosial emosional siswa dalam pembelajaran. Siswa tertuntun untuk memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Motivasi untuk selalu belajar dan berupaya melakukan perubahan-perubahan positif yang dimulai pada diri guru, kemudian lingkungan sekolahnya adalah perasaan yang seyogyanya menghiasi tindakan layanan pendidikan dari seorang guru. Seperti inilah yang perasaan saya setelah mengetahui, dan mencoba menerapkan pendekatan coaching dalam melakukan interaksi pembelajaran dengan siswa.

Ketika siswa kelas 10 dan 11 di SMAN 5 Tana Toraja menjalani Penilaian Tengah Semester genap minggu ini, serta kelas 12 yang mengikuti Penilaian Akhir Semester genap, tak terlepas dari hadirnya hambata-hambatan bagi siswa dalam mengikutinya. Bukan hanya ada pada siswa melainkan juga hadir pada guru.

 

Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester bagi siswa kelas 


Seperti yang terjadi pada mata pelajaran Kimia kelas 12, terjadi kegaduhan bagi sebagian besar siswa kelas 12 program IPA. Insiden yang terjadi adalah mereka tidak bisa mengakses soal. Saya yang saat itu mengawas di ruang 16 dipanggil salah seorang panitia untuk membantu penyelesaiannya. Saya melihat ke lantai 2 di mana lab bahasa berada,siswa telah berkerumun di sana. Bahasa kepanikan siswa pun bermunculan, seperti waktu telah berjalan lama, link soal tidak terbuka, bagaimana cara mengikuti ujian, dll.

Saya bertanya pada mereka seperti apa kondisi link soal ketika diakses. Salah seorang siswa memperlihatkan status soal di smartphone-nya. Ada pemberitahuan yang intinya soal hanya bisa diakses setelah ada izin dari pengguna atau dari pembuat soal.

Pertanyaan berikutnya adalah apa yang bisa siswa lakukan dengan kondisi tersebut? Apa tindakan siswa agar bisa mengakses soal tes? Apakah mereka bisa bersabar beberapa saat? Dapatkan mereka membantu guru mata pelajaran bersangkutan untuk menyampaikan informasi terkait kondisi soal?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang memandu saya memberikan alternatif penyelesaian kepada siswa dan juga termasuk guru bidang studi bersangkutan. Dengan menerima respon dari pertanyaan yang saya ajukan ke siswa, saya berhasil memperbaiki pengaturan form tes sehingga siswa bisa melanjutkan untuk mengerjakannya.

Berdasarkan pendekatan coaching yang saya terapkan ternyata di sini siswa mampu mengelola diri dan mengendalikan diri mereka untuk segera mencari informasi. Nampak bahwa mereka mampu mengelola emosinya dengan baik yang ditunjukkan dengan mencari solusi. Selain itu mereka telah mencoba menjalin kolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan solusi yang selanjutnya keputusan mereka adalah buah dari kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Pendekatan coaching dalam merespon kebutuhan siswa ini perlu dibiasakan dalam kelas. Satu hal penting lainnya adalah coaching membuat guru untuk menghindari pemberian nasehat jika siswa memiliki masalah. Coaching justru menuntun siswa untuk menyelesaikan setiap permasalahannya secara mandiri. 


Share:
Lokasi: Jl. Nusantara No.69A, Bombongan, Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan 91811, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia