Pendekatan Coaching mendorong siswa lebih mandiri. Sumber: Dok. Pribadi |
Sebagai pendidik yang
mulia, kita sepakat bahwa setiap peserta didik bukanlah selembar kertas kosong
dengan kepolosannya. Setiap anak memiliki keunikan, karakteristik dan latar
belakangnya masing-masing. Elemen-elemen inilah yang harus kita jadikan sebagai
bahan untuk membentuk pondasi mereka yang kokoh dalam pendidikan. Menjadi daya
dukung untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi belajar mereka.
Terlebih untuk menuntun setiap anak didik kita tiba pada masanya yang bahagia,
yakni mewujudkan cita-cita luhurnya.
Dalam rangka mewujudkan
penemuan jati diri dan melejitkan potensi belajar siswa, maka seorang guru
diharapkan memiliki keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut adalah
keterampilan coaching. Ini merupakan bentuk pendekatan
komunikasi yang diperlukan karena kita melihat bahwa para siswa adalah insan
merdeka. Mereka adalah pribadi yang mampu menentukan arah, tujuan
pembelajarannya dan meningkatkan potensinya sendiri. Tugas guru adalah
memberikan dorongan dan tuntunan; menjadi pemimpin pembelajaran yang melejitkan
potensi mereka.
Guru yang memiliki
keterampilan coaching dalam berkomunikasi akan membuat siswa
lebih terarah dalam belajarnya. Siswa mampu menemukan solusi atas
permasalahannya secara mandiri. Inilah yang kemudian akan dapat meningkatkan
potensi siswa. Tentunya ini tidak mudah, tapi pemimpin pembelajaran yang
berpegang pada prinsip Tut Wuri Handayani akan mampu melakukannya.
Pada kaitannya dengan
pembelajaran sosial dan emosional, keterampilan komunikasi lewat
pendekatan coaching membantu guru untuk menerapkan kompetensi
sosial emosional siswa dalam pembelajaran. Siswa tertuntun untuk memiliki
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan
kemampuan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Motivasi untuk selalu
belajar dan berupaya melakukan perubahan-perubahan positif yang dimulai pada
diri guru, kemudian lingkungan sekolahnya adalah perasaan yang seyogyanya
menghiasi tindakan layanan pendidikan dari seorang guru. Seperti inilah yang
perasaan saya setelah mengetahui, dan mencoba menerapkan pendekatan coaching dalam
melakukan interaksi pembelajaran dengan siswa.
Ketika siswa kelas 10 dan
11 di SMAN 5 Tana Toraja menjalani Penilaian Tengah Semester genap minggu ini,
serta kelas 12 yang mengikuti Penilaian Akhir Semester genap, tak terlepas dari
hadirnya hambata-hambatan bagi siswa dalam mengikutinya. Bukan hanya ada pada
siswa melainkan juga hadir pada guru.
Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester bagi siswa kelas |
Seperti yang terjadi pada mata pelajaran
Kimia kelas 12, terjadi kegaduhan bagi sebagian besar siswa kelas 12 program
IPA. Insiden yang terjadi adalah mereka tidak bisa mengakses soal. Saya yang saat
itu mengawas di ruang 16 dipanggil salah seorang panitia untuk membantu
penyelesaiannya. Saya melihat ke lantai 2 di mana lab bahasa berada,siswa telah
berkerumun di sana. Bahasa kepanikan siswa pun bermunculan, seperti waktu telah
berjalan lama, link soal tidak terbuka, bagaimana cara mengikuti ujian,
dll.
Saya bertanya pada mereka seperti apa
kondisi link soal ketika diakses. Salah seorang siswa memperlihatkan
status soal di smartphone-nya. Ada pemberitahuan yang intinya soal hanya
bisa diakses setelah ada izin dari pengguna atau dari pembuat soal.
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang
bisa siswa lakukan dengan kondisi tersebut? Apa tindakan siswa agar bisa
mengakses soal tes? Apakah mereka bisa bersabar beberapa saat? Dapatkan mereka
membantu guru mata pelajaran bersangkutan untuk menyampaikan informasi terkait
kondisi soal?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang
memandu saya memberikan alternatif penyelesaian kepada siswa dan juga termasuk
guru bidang studi bersangkutan. Dengan menerima respon dari pertanyaan yang
saya ajukan ke siswa, saya berhasil memperbaiki pengaturan form tes sehingga siswa bisa melanjutkan untuk mengerjakannya.
Berdasarkan pendekatan coaching yang saya terapkan ternyata di
sini siswa mampu mengelola diri dan mengendalikan diri mereka untuk segera
mencari informasi. Nampak bahwa mereka mampu mengelola emosinya dengan baik
yang ditunjukkan dengan mencari solusi. Selain itu mereka telah mencoba
menjalin kolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan solusi yang selanjutnya
keputusan mereka adalah buah dari kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab.
Pendekatan coaching dalam merespon kebutuhan siswa ini perlu dibiasakan dalam kelas. Satu hal penting lainnya adalah coaching membuat guru untuk menghindari pemberian nasehat jika siswa memiliki masalah. Coaching justru menuntun siswa untuk menyelesaikan setiap permasalahannya secara mandiri.
0 komentar:
Posting Komentar