Jarum panjang jam dinding mulai merangkak seiring berlalunya mentari ke peraduannya di ufuk barat. Rona kuning bercampur oranye keemasan menghiasi langit sore ini. Waktu berlalu begitu cepat hari ini. Seolah-olah gelas terbalik menumpahkan isinya. Ketika terbalik masih bisakah diisi kembali? Pastinya ia, jika jika didudukkan pada posisinya, selanjutnya diisi kembali.
Sudah tiga bulan siswa belajar dari rumah. Belajar secara daring dan mandiri. Entah terisikah pikiran mereka secara mandiri atau tidak. Selain tergantung siswanya, apakah belajar dengan sungguh atau tidak, inipun terkait kapasitas gurunya. Apakah gurunya aktif membisikkan ilmu ke pikiran para siswa. Bukan perkara mudah, memang. Butuh strategi, kreatifitas dan usaha tersendiri agar siswa dapat belajar dengan maksimal.
Mungkin harus ada yang terbalik. Ada sesuatu yang perlu dibalik. Berharap normal, namun hingga kini, sekolah, guru, siswa hingga orang tuanya belum bisa melakukannya. Lebih jauh lagi pemerintah tidak membolehkan hingga kini. Warna hijau belum menjamin anak sekolah dan gurunya aman. Kuning dan oranye apa lagi, lebih was-was. Baguslah kalau kuning beringin dan orange hati nurani. Apalagi merahnya pak de.... tak boleh sama sekali proses pendidikan dilangsungkan. Syukur-syukur sekiranya merah rona pipimu....artinya kau tersipu malu memandang kemisteriusan saya, atau merah hatimu kutancapkan panah cintaku wkwkwkwk....... ,Jadi, kira-kira apa yang harus dibalik, ya?
Bolehlah tempat belajarnya perlu terbalik. Pola pikir semua pemangku kepentingan dibalik. Cara belajarnya harus terbalik. Metode mengajar guru perlu terbalik pula. Kantin terbalik? Jangan, kasihan menunya tumpah semua.....Yang tidak boleh terbalik adalah gedung sekolahnya, gurunya hingga siswanya. Karena kalau gedungnya, gurunya dan siswanya terbalik, ya pusing dong....hehehe.
Mungkin harus ada yang terbalik. Ada sesuatu yang perlu dibalik. Berharap normal, namun hingga kini, sekolah, guru, siswa hingga orang tuanya belum bisa melakukannya. Lebih jauh lagi pemerintah tidak membolehkan hingga kini. Warna hijau belum menjamin anak sekolah dan gurunya aman. Kuning dan oranye apa lagi, lebih was-was. Baguslah kalau kuning beringin dan orange hati nurani. Apalagi merahnya pak de.... tak boleh sama sekali proses pendidikan dilangsungkan. Syukur-syukur sekiranya merah rona pipimu....artinya kau tersipu malu memandang kemisteriusan saya, atau merah hatimu kutancapkan panah cintaku wkwkwkwk....... ,Jadi, kira-kira apa yang harus dibalik, ya?
Bolehlah tempat belajarnya perlu terbalik. Pola pikir semua pemangku kepentingan dibalik. Cara belajarnya harus terbalik. Metode mengajar guru perlu terbalik pula. Kantin terbalik? Jangan, kasihan menunya tumpah semua.....Yang tidak boleh terbalik adalah gedung sekolahnya, gurunya hingga siswanya. Karena kalau gedungnya, gurunya dan siswanya terbalik, ya pusing dong....hehehe.
Kembali ke tempat masing-masing dan lakukan. Jangan direnungkan apalagi dihayalkan. Nanti bisa terbalik betul, seperti senandung kepala di kaki, kaki di kepala........
Tulisan pak yulius sangat keren.. Permainan kata2 selalu mantapl.. Imajinasinya kuat
BalasHapusKeren pak..👍👍
BalasHapusPusing lihat ftnya pak..tp sop..kreatif..
BalasHapusO
BalasHapusBeh yerbalim tetapi pikiran tetap optimis dan siap hadapi jaman