Senin, 18 Mei 2020

MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH

Belajar adalah proses mencari, mengolah dan mengumpulkan ilmu pengetahuan sebagai ilmu kehidupan secara sistematis dan terencana.



Proses belajar bisa dilakukan di mana saja. Di kampus, di sekolah, di rumah ibadah, di tempat bermain, di tengah masyarakat, di tengah keramaian, dsbnya. Belajar dapat pula terjadi ketika Anda sementara duduk merenung, misalnya, merenungkan apa yang akan dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Mungkin Anda mulai berpikir, kok saya sudah berminggu-minggu di rumah, rasanya mulai merindukan suasana bekerja bersama teman di kantor, ingin merasakan canda gurau bersama rekan satu ruangan. Ingin mengomel lagi sama anak  didik yang buang sampah sembarangan.

Sebenarnya pikiran-pikiran yang muncul ini adalah sementara membuat Anda belajar. Pikiran memandu Anda bagaimana caranya supaya bisa bertemu rekan kerja di tengah kondisi saat ini yang tidak memungkinkan. Perasaan mengajak Anda untuk berkomunikasi dengan anak didik, dstnya.

Belajar sebagai sebuah proses tentunya tidak bisa dianalogikan sebagai seorang penjaga gawang yang cuma setia menunggui gawangnya agar tidak kebobolan. Ia tidak berpikir untuk bagaimana membantu rekan setimnya agar bisa mencetak  gol ke gawang lawan. Penjaga gawang yang kreatif tentunya tidak hanya menunggu bola datang di gawang kemudian ditangkap. Ia akan berusaha mengenali alur bola dari lawannya selama 90 menit. Ia akan mengidentifikasi kemana bola itu akan diarahkan setelah menyentuh pemaian A dari tim lawan. Di samping ia menunggu di bawah gawangnya ia telah belajar bagaimana mengantisipasi serangan lawan. Ia juga belajar bagaimana menopang rekan setimnya agar bola bisa diceploskan ke gawang lawan.

Demikian pula belajar, guru tidak boleh hanya menunggu. Ingat, belajar itu proses. Harus menjemput bola ilmu pengetahuan untuk diolah untuk kemudian diceploskan ke dalam diri setiap anak didik. Cara menjemputnya bagaimana? Sebagai seorang pendidik yang diberi karunia bisa mengajar, tentunya memiliki kreatifitas. Guru mempunyai kemampuan untuk merancang proses belajar. Guru diilhami pikiran yang luar biasa untuk bisa melahirkan ide-ide menyampaikan ilmu. Guru dibekali kemampuan berpikir yang bijak untuk tidak membiarkan ilmu membeku dalam tumpukan buku-buku. Pastinya guru sanggup membuat spidol dan kapur tulisnya kembali menari-nari di depan puluhan pasang mata anak didiknya.

Pandemi Covid-19 telah mengubah secara frontal posisi antara guru dengan anak didiknya. Mereka tidak bisa lagi bersua dalam sekat ruang kelas, mereka tidak bisa lagi bergurau  di tengah proses belajar. Dan barangkali anak didik sementara merindukan gurunya untuk mengomeli dia. Mereka harus melaksanakan pendidikan jarak jauh. Guru harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Siswa harus mengikuti pembelajran jarak jauh.

Mengajar dan belajar dari rumah bisa dilaksanakan dengan berbagai cara. Tapi, tentunya di sini ada tantangan dan kendalanya. Pendidik yang cerdas dan pantang menyerah menyampaikan ilmu kehidupan adalah mereka yang tidak pernah kehabisan ide. Mereka yang selalu mampu menghasilkan solusi cerdas atas kecintaannya pada anak didiknya.

Sejumlah besar kendala memang tak bisa dihindari. Rintangan paling populer adalah bagaimana cara menghubungi anak didik sementara mereka tidak memiliki alat komunikasi? Bagaimana caranya sementara mereka tinggal di daerah berstatus blank spot tanpa sinyal telekomunikasi? Mereka punya handphone tapi tidak ada jaringan di sana. Mereka memiliki gawai tapi tidak punya biaya untuk mengisi pulsa data. Jaringan internet ada, handphone ada, namun paket data tidak bisa masuk karena nomor HP dalam masa tenggang, nomor HP berstatus Rp0, data tidak bisa dikirim, dsbnya.

DANA BOS UNTUK BELANJA PAKET DATA PESERTA DIDIK
Salah satu cara yang bisa ditempuh satuan pendidikan dalam menangani masalah kebutuhan daya data peserta didik adalah melalui pengalokasian dana BOS seperti yang telah diatur dalam Permendikbud No. 19 Tahun 2020 tentang perubahan atas permendikbud nomor 8 tahun 2020 tentang petunjuk teknis bantuan dana BOS. Dalam Permendikbud terbaru ini telah diatur mengenai penggunaan dana BOS pada Pasal 9A ayat 1 huruf a yang berbunyi, “Selama masa penetapan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat menggunakan dana BOS Reguler dengan ketentuan sebagai berikut: Pembiayaan langganan daya dan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) huruf g dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/ atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan pembelajaran dari rumah.”

Menindaklanjuti Permendikbud ini sekaligus menjawab persoalan tidak mampunya peserta didik membeli kuota data internet, SMAN 5 Tana Toraja bekerja sama dengan Telkomsel menyalurkan paket data kepada setiap peserta didik. Besaran kuota yang  diberikan rata-rata 8GB per peserta didik dan akan ditambahkan jika kuota dalam kerjasa sama ini masih memadai. Demikian pun setiap guru dan pegawai diberikan bantuan layanan daya ini dengan besaran yang sama. Selain paket data reguler, Telkomsel juga memberikan layanan data video conference dalam paket CloudX Telkomsel. Di samping untuk memenuhi kebutuhan data mengajar online, paket CloudX juga dialokasikan untuk kegiatan rapat dewan guru, termasuk nantinya rapat penaikan kelas, rapat persiapan PPDB dan rapat-rapat lainnya.

Tentunya dalam pengadaan daya kuota data ini membutuhkan kerja sama yang proaktif antara setiap wali kelas dan segenap guru untuk selalu mengingatkan peserta didik agar data yang diberikan benar-benar digunakan untuk kegiatan pembelajaran, secara khusus di sekolah kami, daya dimaksimalkan untuk pelaksanaan Penilaian Akhir Semester Genap pada tahun ajaran ini.

Terus bagaimana menyalurkan kuota data kepada sekian banyak peserta didik? Sesuai pengalaman saya menangani bantuan layanan data ini, dimulai dengan kesepakatan kerjasama satuan pendidikan dengan Telkomsel, selanjutnya ditentukan admin sekolah. Lalu Telkomsel memberikan username dan password untuk nantinya digunakan mengakses layanan kuota data.

Telkomsel menunjuk Grapari terdekat dengan sekolah kami sebagai tempat mengambil SIM card pengaktifan kuota data. Namun belum ada Grapari di Tana Toraja, sehingga saya harus bertamu ke kabupaten Toraja Utara di kota Rantepao untuk mengambil SIM card.

Selama bulan Ramadhan, Grapari melayani dari pukul 08.00 hingga 12.00 siang. Saya mengurusnya dalam 2 hari, yakni tanggal 12 dan 13 mei 2020. Hari pertama tidak sukses, menjelang siang memutuskan ke Grapari, dan saya terjebak kemacetan selama hampir 3 jam di perbatasan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Kemacetan ini disebabkan antrian panjang pemeriksaan protokol kesehatan dari Satgas Covid-19 dari kedua kabupaten. Lolos dari zona macet, ternyata Grapari telah tutup.

Keesokan harinya berangkat ke Rantepao pukul 8.30, ternyata saya kembali terjebak macet panjang. Tapi saya bersyukur bisa selesai menjalani pemeriksaan pukul 11.28. sehingga saya masih bisa sampai di Grapari sebelum pukul 12.00. sampai di Grapari, ternyata saya masih harus mengantri sekitar sejam.

Dalam pengambilan SIM card kuota data ini, syarat yang harus dipenuhi adalah admin sekolah membawa foto copy KTP dan Karpeg masing-masing selembar. Sekolah kami mendapatkan 2 buah SIM card, satu buah untuk paket data reguler dan satunya lagi untuk paket CloudX Telkomsel.

Yah, lega rasanya satu tahap selesai. SIM card telah siap, kuota telah siap,sekarang cara menyalurkannya.

Setelah itu saya menginformasikan kepada setiap wali kelas X dan XI untuk mendata nomor HP anak walinya dan mengirimkannya kepada saya. Sementara nomor HP guru dan pegawai saya data sendiri berdasarkan data di grup WA sekolah. Pengumpulan nomor HP siswa ini tidak berlangsung mulus, butuh waktu 3 hari. Ada sejumlah siswa yang tinggal di area blank spot, tanpa sinyal.
Setiap nomor HP yang terkumpul saya kirimkan ke Telkomsel untuk dicek status nomornya, apakah masih aktif, masuk masa tenggang, sudah terblokir atau mati.  Selain itu pengecekan juga untuk memastikan nomor HP berbasis Telkomsel, Kartu Halo, Kartu  AS, Loop dan Simpati.

Lalu, mengirimkan data ke nomor sebanya kurang lebih 600, caranya seperti apa? Di sini saya dibantu oleh pak Sony dan pak Rama dari Telkomsel via video conference CloudX Telkomsel, ada cara mengirimkan data tersebut dalam sekali klik dengan cara menguplod data nomod HP dalam format excel berbasis CSV Comma Delimited.

Belum kelar sampai di sini. Ternyata dari sekian ratus yang dikirimi kuota data ada sekitar 30-an nomor yang gagal kirim, temasuk. Apa penyebabnya? Saya sendiri bingung. Setelah saya koordinasikan dengan Telkomsel, ternyata nomor-nomor tersebut dalam status: AGING, AVAILABLE, DEAD, READY FOR RECYCLE, dan ALLOCATED. Jika status-status ini ada pada nomor HP Telkomsel, maka dianggap nomor tidak ACTIVE. Jadi nomor ACTIVE adalah nomor yang tidak masuk masa tenggang dan rutin mengisi pulsa tiap bulan. Nomor ACTIVE bukan nomor yang bunyi ketika dihubungi. Berikut, status HP tidak boleh NOL rupiah, minimal ada pulsa RP.5000 agar data bisa masuk.

So, inilah salah satu solusi mengatasi keterbatasan daya data bagi peserta didik temasuk gurunya (yang tidak sanggup membeli kuota data).

MENYUSUN JADWAL
Membuat efektif Belajar Dari Rumah (BDR) bisa dimulai dengan menyusun jadwal yang fleksibel antara guru dengan siswa. Jika memungkinkan jadwal Belajar Dari Rumah dibuat oleh bagian kurikulum di sekolah. Namun, jika tidak bisa difasilitasi sekolah, maka yang paling efisien dan efektif adalah guru menyusunnya berdasarkan kesepakatan dengan anak didiknya. Kesepakatan sangat penting di sini. Di kala anak sudah tinggal di rumah, orang tua mereka tidak seluruhnya memahami apa yang disebut Belajar Dari Rumah. Pemikiran mereka adalah anaknya libur, tinggal di rumah. Bisa saja orang tua memberikan tugas membantu pekerjaan kepada anak yang membuat anak tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai waktu reguler. Sehingga jadwal perlu disepakati antara guru dan anak didiknya. Jadwal yang tersepakati ini akan menjadi waktu pengingat bagi anak didik.

MENGUNJUNGI ANAK DIDIK
Bagi anak didik yang tidak memiliki alat telekomunikasi dan keterbatasan akses jaringan, seperti yang dialami salah seorang anak didik kami di SMAN 5 Tana Toraja, dengan kondisi seperti yang disampaikan oleh wali kelasnya:
Selamat pagi Bapak/Ibu. Semoga kita semua tetap sehat.

Saya mau menginformasikan untuk Bapak/ Ibu yang mengajar di kelas XI MIA 4 keadaan salah satu anak kita atas nama Skolastika R. Salempang.

Anak kita yang bertempat tinggal di Sepang, Kel. Rante tidak dapat mengakses tugas-tugas secara online dikarenakan keterbatasan jaringan internet di daerah tsb. Bahkan untuk signal telepon saja daerah tsb. masih sangat terbatas. Dan di daerah tersebut juga baru saja terjadi tanah longsor, yang mengakibatkan sulitnya akses jalan ke daerah tersebut.

Untuk saat ini anak kita sedang berusaha menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan di rumah salah satu rekannya.

Jadi, saya selaku wali kelas, mohon kebijakan dari Bapak/Ibu yang mengajar di kelas XI MIA 4, agar Skolastika bisa diberi waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Untuk kedepannya Skolastika akan berusaha mencari jaringan untuk dapat mengikuti kegiatan BDR.

Terima kasih atas pengertiannya dan mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan.


Sebuah langkah efektif dilakukan oleh wali kelas, ia mengunjungi  anak walinya ke kampungnya untuk membantu anak didiknya agar tidak  ketinggalan pelajaran selama BDR. Dari ceritanya di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sampai ke sana saja sudah penuh tantangan karena ada longsor. Selanjutnya suah menghubungi anak bersangkutan karena kendala sinyal.
Apa yang saya mau katakan adalah memang guru yang mencintai anak didiknya pasti akan merasa kehilangan sesuatu dan selalu memiliki kepedulian. Ini adalah wujud SELF DRIVING dari seorang guru. Tak ada alat komunikasi dan tak ada jaringan tidak berarti anak didik tidak belajar, tidak ketinggalan ilmu pengetahuan. Metode BDR secara manual bisa menjadi solusi, kunjungi anak didik, bawa materi, arahkan dia, bangun motivasinya, niscaya ia tidak akan kehilangan ilmu yang bermakna.

BELAJAR MELALUI GRUP MEDIA SOSIAL
Media paling populer selama BDR adalah menggunakan saran WA Grup sebagai saran belajar. Materi bisa diupload di WA Grup, beri waktu beberapa menit ke peserta didik untuk membaca, setelah itu dibuka sesi tanya jawab, berbagi pengalamam terkait materi dan saling menanggapi. Jika materinya menarik waktu habis pun mereka enggan selesai, sehingga saya sering membuka sesi chat pribadi.

BELAJAR MELALUI VIDEO CONFERENCE
Cara paling populer kedua adalah belajar lewat video conference. Bisa menggunakan aplikasi familiar seperti Zoom, Webex, CloudX Telkomsel, dsbnya. Ini bisa membuat kelas lebih hidup. Namun harus dikondisikan dengan kemampuan data peserta didik. Paling ideal menanyakan kesiapan peserta didik sehari sebelumnya, apakah mereka siap web meeting atau tidak. Saya biasanya menanyakan kesiapan mereka terlebih dahulu. Jika 30 dari 33 anak didik siap, maka kita belajarnya via web meeting. Jika hanya 5-10 orang maka paling ideal belajar lewat WA Grup.

KONSULTASI LEWAT VIDEO CALL
Menjelaskan materi yang kurang jelas kepada anak tertentu bisa dilakukan melalui video call dari WA dan video call Messanger. Tidak menutup kemungkinan anak memiliki kemapuan berbeda dalam penerimaan materi selama BDR. Sehingga, video call bisa menjadi opsi. Disamping itu bisa dipadukan dengan menelpon secara reguler dan lewat SMS. Ada sejumlah anak didik saya yang menghubungi lewat SMS, melalui 88771: Balas YES untuk menerima SMS dari +628.... dengan biaya Rp350 dibebankan ke Anda..... tarif SMSnya pun saya yang bayar karena mereka tidak ada pulsa. Inilah salah satu seni dan nikmatnya menjadi seorang guru di masa pandemi Covid-19.

BELAJAR LEWAT LIVE STREAMING YOUTUBE
Sudah dua kali saya berpartisipasi mengajar live streaming di YouTube bersama Guru Tanggap Corona, channel Rumah Belajar Streaming. Materi pertama tentang Indirect Questions.
 

Sementara yang kedua tentang Rhyme.

Anak didik saya dari SMAN 5 Tana Toraja saya undang untuk belajar lewat media ini. Selama proses live, ternyata ada siswa kelas XII dan alumni yang ikut belajar. Tentu saja ini sangat membahagikan saya. Setelahnya video saya download dan kembali saya bagikan ke grup WA mereka agar membantu mereka yang tidak memiliki fasilitas memadai, mereka bisa simpan videonya di flash disk atau laptop.

TULISAN DI BLOG MENJADI BAHAN AJAR
Belajar Dari Rumah, tidak sepenuhnya saya mengikuti isi kurikulum. Tanggal 6 hingga 9 Mei yang lalu, materi yang saya berikan bersumber dari tulisan saya di blog https://romadean.blogspot.com. Sebelum masuk masa BDR di bulan Maret, saya telah mengajarkan figurative languange yang termuat dalam lirik lagu. Untuk menyegarkan kembali pemikiran anak didik saya dari  Program Bahasa, Kelas X IBB dan XI IBB, saya mengajak mereka mengunjungi tulisan ini, dan mengidentifikasi di kalimat mana saja terdapat bahasa-bahasa kiasan yang sesuai dengan materi yang pernah mereka pelajari. Jawabannya mereka kirim via WA atau mengirim ke email saya. Ada yang kirim langsung dalam model chatting, ada yang mengetik dulu baru kirim dalam bentuk docs, dan ada yang tulis tangan dan mengirim foto tulisannya. Semua saya terima dan saya hargai mereka dengan frase: Kalian Luar Biasa.

UMPAN BALIK BERBASIS GAMIFICATION
Sebelumnya terima kasih kepada Prof. Eko dan Webinar PGRI yang telah mencemari otak saya dengan ilmu-ilmu baru, salah satunya model gamification.
Hari ini, kesekian kalinya saya menggunakan Quizziz dalam pembahasan soal-soal. Materi yang saya review hari ini adalah salah satu unsur kebahasaan dari materi SONG, yaitu Rhyme. Materi ini dipelajari oleh kelas X-XII. Sehingga hari ini, satu materi yang terlibat adalah kelas X dan kelas XI Program Bahasa.


Selepas temu kangen dengan Prof. Eko dan rekan-rekan guru penulis buku via ZOOM tadi siang, saya lanjutkan membuat soal di Quizziz sebanyak 10 nomor. Semuanya seputar Rhyme. Kali ini ada hadiahnya kuota data 1 GB bagi peringkat pertama. Dan hasilnya seperti pada gambar di atas. Selamat bagi peringkat 1, kuota data 1 GB sudah dikirimkan.

MENONTON SIARAN PENDIDIKAN DI TVRI
Saya juga pernah menerima ajakan menonton dari paserta didik. Ajakannya yaitu menonton film dokumenter Bumi Tadulako, seputar bencana Palu. Saya terima dan saya kaitkan lagi dengan materi.

Saya katakan seperti ini: Silahkan dinonton... nanti usai menonton kirimkan bapak 5 kalimat bahasa kiasan di dalamnya.

Nah, selesai lagi satu indikator.

Sudah pasti, jawaban tidak akan ada di internet. Namun, seperti kata Prof. Eko, jawaban tidak terlalu penting, tapi bagaimana mereka mengeksplorasi diri mereka untuk mencari jawabannya dan dalam proses mencari jawaban itu mereka mendapatkan ilmu yang baru. Dan usaha mereka itu yang wajib dihargai, diapresiasi.

MOTIVASI SEDERHANA
Pernah saya menggunakan metode Prof. Eko. Begini kalimat saya ke anak didik saya di grup WA Sastra Inggris XI: 
Sekedar info, kalian semua bapak beri nilai 100, Sastra Inggris, semester ini”.

Dan begini beberapa respon mereka:
Siswa: Terima kasih banyak pak
Saya: Tapi kalian harus tahu cara mempertahankan nilai 100 itu
Siswa:Pasti pak
Siswa: Dengan berat hati saya terima karena tidak ada tugasku yang masuk sama sekali.
Saya: Kata Ebiet G. Ade, om saya: Masih Ada Waktu...untuk berbenah....

Saban hari saya chatting lagi ke anak-anak:
Bapak mengingatkan,  pertahankan Nilai 100.... Cek yang masih kurang..... Semoga pagi ini ada 20-an yang bisa diketahui apakah masih bernafas.....

Hal-hal jenaka, bercanda, bahasa yang ringan ternyata sukses untuk memberi mereka motivasi, bahkan ada yang merasa bersalah.... selebihnya notifikasi WA saya akan selalu ramai dengan kiriman jawaban mereka.

Demikianlah beberapa pengalaman bagaimana cara mengefektifkan belajar dari rumah. Semoga bermanfaat bagi kita.

Share:

1 komentar:

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Blog Archive

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia