Proses
belajar bisa dilakukan di mana saja. Di kampus, di sekolah, di rumah ibadah, di
tempat bermain, di tengah masyarakat, di tengah keramaian, dsbnya. Belajar
dapat pula terjadi ketika Anda sementara duduk merenung, misalnya, merenungkan
apa yang akan dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Mungkin Anda mulai
berpikir, kok saya sudah berminggu-minggu di rumah, rasanya mulai merindukan
suasana bekerja bersama teman di kantor, ingin merasakan canda gurau bersama
rekan satu ruangan. Ingin mengomel lagi sama anak didik yang buang sampah sembarangan.
Sebenarnya
pikiran-pikiran yang muncul ini adalah sementara membuat Anda belajar. Pikiran
memandu Anda bagaimana caranya supaya bisa bertemu rekan kerja di tengah
kondisi saat ini yang tidak memungkinkan. Perasaan mengajak Anda untuk berkomunikasi
dengan anak didik, dstnya.
Belajar
sebagai sebuah proses tentunya tidak bisa dianalogikan sebagai seorang penjaga
gawang yang cuma setia menunggui gawangnya agar tidak kebobolan. Ia tidak
berpikir untuk bagaimana membantu rekan setimnya agar bisa mencetak gol ke gawang lawan. Penjaga gawang yang
kreatif tentunya tidak hanya menunggu bola datang di gawang kemudian ditangkap.
Ia akan berusaha mengenali alur bola dari lawannya selama 90 menit. Ia akan
mengidentifikasi kemana bola itu akan diarahkan setelah menyentuh pemaian A
dari tim lawan. Di samping ia menunggu di bawah gawangnya ia telah belajar
bagaimana mengantisipasi serangan lawan. Ia juga belajar bagaimana menopang
rekan setimnya agar bola bisa diceploskan ke gawang lawan.
Demikian
pula belajar, guru tidak boleh hanya menunggu. Ingat, belajar itu proses. Harus
menjemput bola ilmu pengetahuan untuk diolah untuk kemudian diceploskan ke
dalam diri setiap anak didik. Cara menjemputnya bagaimana? Sebagai seorang
pendidik yang diberi karunia bisa mengajar, tentunya memiliki kreatifitas. Guru
mempunyai kemampuan untuk merancang proses belajar. Guru diilhami pikiran yang
luar biasa untuk bisa melahirkan ide-ide menyampaikan ilmu. Guru dibekali
kemampuan berpikir yang bijak untuk tidak membiarkan ilmu membeku dalam
tumpukan buku-buku. Pastinya guru sanggup membuat spidol dan kapur tulisnya
kembali menari-nari di depan puluhan pasang mata anak didiknya.
Pandemi
Covid-19 telah mengubah secara frontal posisi antara guru dengan anak didiknya.
Mereka tidak bisa lagi bersua dalam sekat ruang kelas, mereka tidak bisa lagi
bergurau di tengah proses belajar. Dan
barangkali anak didik sementara merindukan gurunya untuk mengomeli dia. Mereka
harus melaksanakan pendidikan jarak jauh. Guru harus melakukan pembelajaran
jarak jauh. Siswa harus mengikuti pembelajran jarak jauh.
Mengajar
dan belajar dari rumah bisa dilaksanakan dengan berbagai cara. Tapi, tentunya
di sini ada tantangan dan kendalanya. Pendidik yang cerdas dan pantang menyerah
menyampaikan ilmu kehidupan adalah mereka yang tidak pernah kehabisan ide.
Mereka yang selalu mampu menghasilkan solusi cerdas atas kecintaannya pada anak
didiknya.
Sejumlah
besar kendala memang tak bisa dihindari. Rintangan paling populer adalah
bagaimana cara menghubungi anak didik sementara mereka tidak memiliki alat
komunikasi? Bagaimana caranya sementara mereka tinggal di daerah berstatus blank spot tanpa sinyal telekomunikasi? Mereka
punya handphone tapi tidak ada
jaringan di sana. Mereka memiliki gawai tapi tidak punya biaya untuk mengisi
pulsa data. Jaringan internet ada, handphone
ada, namun paket data tidak bisa masuk karena nomor HP dalam masa tenggang,
nomor HP berstatus Rp0, data tidak bisa dikirim, dsbnya.
DANA BOS UNTUK BELANJA PAKET DATA
PESERTA DIDIK
Salah
satu cara yang bisa ditempuh satuan pendidikan dalam menangani masalah
kebutuhan daya data peserta didik adalah melalui pengalokasian dana BOS seperti
yang telah diatur dalam Permendikbud No. 19 Tahun 2020 tentang perubahan atas
permendikbud nomor 8 tahun 2020 tentang petunjuk teknis bantuan dana BOS. Dalam
Permendikbud terbaru ini telah diatur mengenai penggunaan dana BOS pada Pasal 9A
ayat 1 huruf a yang berbunyi, “Selama masa penetapan status Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Pusat, sekolah dapat
menggunakan dana BOS Reguler dengan ketentuan sebagai berikut: Pembiayaan langganan
daya dan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) huruf g dapat
digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring
berbayar bagi pendidik dan/ atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran dari rumah.”
Menindaklanjuti
Permendikbud ini sekaligus menjawab persoalan tidak mampunya peserta didik
membeli kuota data internet, SMAN 5 Tana Toraja bekerja sama dengan Telkomsel
menyalurkan paket data kepada setiap peserta didik. Besaran kuota yang diberikan rata-rata 8GB per peserta didik dan
akan ditambahkan jika kuota dalam kerjasa sama ini masih memadai. Demikian pun
setiap guru dan pegawai diberikan bantuan layanan daya ini dengan besaran yang
sama. Selain paket data reguler, Telkomsel juga memberikan layanan data video conference dalam paket CloudX
Telkomsel. Di samping untuk memenuhi kebutuhan data mengajar online, paket
CloudX juga dialokasikan untuk kegiatan rapat dewan guru, termasuk nantinya
rapat penaikan kelas, rapat persiapan PPDB dan rapat-rapat lainnya.
Tentunya
dalam pengadaan daya kuota data ini membutuhkan kerja sama yang proaktif antara
setiap wali kelas dan segenap guru untuk selalu mengingatkan peserta didik agar
data yang diberikan benar-benar digunakan untuk kegiatan pembelajaran, secara
khusus di sekolah kami, daya dimaksimalkan untuk pelaksanaan Penilaian Akhir
Semester Genap pada tahun ajaran ini.
Terus
bagaimana menyalurkan kuota data kepada sekian banyak peserta didik? Sesuai pengalaman
saya menangani bantuan layanan data ini, dimulai dengan kesepakatan kerjasama
satuan pendidikan dengan Telkomsel, selanjutnya ditentukan admin sekolah. Lalu Telkomsel
memberikan username dan password untuk nantinya digunakan mengakses layanan
kuota data.
Telkomsel
menunjuk Grapari terdekat dengan sekolah kami sebagai tempat mengambil SIM card
pengaktifan kuota data. Namun belum ada Grapari di Tana Toraja, sehingga saya
harus bertamu ke kabupaten Toraja Utara di kota Rantepao untuk mengambil SIM
card.
Selama
bulan Ramadhan, Grapari melayani dari pukul 08.00 hingga 12.00 siang. Saya mengurusnya
dalam 2 hari, yakni tanggal 12 dan 13 mei 2020. Hari pertama tidak sukses,
menjelang siang memutuskan ke Grapari, dan saya terjebak kemacetan selama
hampir 3 jam di perbatasan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Kemacetan
ini disebabkan antrian panjang pemeriksaan protokol kesehatan dari Satgas
Covid-19 dari kedua kabupaten. Lolos dari zona macet, ternyata Grapari telah
tutup.
Keesokan
harinya berangkat ke Rantepao pukul 8.30, ternyata saya kembali terjebak macet
panjang. Tapi saya bersyukur bisa selesai menjalani pemeriksaan pukul 11.28.
sehingga saya masih bisa sampai di Grapari sebelum pukul 12.00. sampai di
Grapari, ternyata saya masih harus mengantri sekitar sejam.
Dalam
pengambilan SIM card kuota data ini, syarat yang harus dipenuhi adalah admin
sekolah membawa foto copy KTP dan Karpeg masing-masing selembar. Sekolah kami
mendapatkan 2 buah SIM card, satu buah untuk paket data reguler dan satunya
lagi untuk paket CloudX Telkomsel.
Yah,
lega rasanya satu tahap selesai. SIM card telah siap, kuota telah siap,sekarang
cara menyalurkannya.
Setelah
itu saya menginformasikan kepada setiap wali kelas X dan XI untuk mendata nomor
HP anak walinya dan mengirimkannya kepada saya. Sementara nomor HP guru dan
pegawai saya data sendiri berdasarkan data di grup WA sekolah. Pengumpulan nomor
HP siswa ini tidak berlangsung mulus, butuh waktu 3 hari. Ada sejumlah siswa
yang tinggal di area blank spot, tanpa sinyal.
Setiap
nomor HP yang terkumpul saya kirimkan ke Telkomsel untuk dicek status nomornya,
apakah masih aktif, masuk masa tenggang, sudah terblokir atau mati. Selain itu pengecekan juga untuk memastikan
nomor HP berbasis Telkomsel, Kartu Halo, Kartu
AS, Loop dan Simpati.
Lalu,
mengirimkan data ke nomor sebanya kurang lebih 600, caranya seperti apa? Di sini
saya dibantu oleh pak Sony dan pak Rama dari Telkomsel via video conference
CloudX Telkomsel, ada cara mengirimkan data tersebut dalam sekali klik dengan
cara menguplod data nomod HP dalam format excel berbasis CSV Comma Delimited.
Belum
kelar sampai di sini. Ternyata dari sekian ratus yang dikirimi kuota data ada
sekitar 30-an nomor yang gagal kirim, temasuk. Apa penyebabnya? Saya sendiri
bingung. Setelah saya koordinasikan dengan Telkomsel, ternyata nomor-nomor
tersebut dalam status: AGING, AVAILABLE, DEAD, READY FOR RECYCLE, dan
ALLOCATED. Jika status-status ini ada pada nomor HP Telkomsel, maka dianggap
nomor tidak ACTIVE. Jadi nomor ACTIVE adalah nomor yang tidak masuk masa
tenggang dan rutin mengisi pulsa tiap bulan. Nomor ACTIVE bukan nomor yang
bunyi ketika dihubungi. Berikut, status HP tidak boleh NOL rupiah, minimal ada
pulsa RP.5000 agar data bisa masuk.
So,
inilah salah satu solusi mengatasi keterbatasan daya data bagi peserta didik
temasuk gurunya (yang tidak sanggup membeli kuota data).
MENYUSUN JADWAL
Membuat
efektif Belajar Dari Rumah (BDR) bisa dimulai dengan menyusun jadwal yang
fleksibel antara guru dengan siswa. Jika memungkinkan jadwal Belajar Dari Rumah
dibuat oleh bagian kurikulum di sekolah. Namun, jika tidak bisa difasilitasi
sekolah, maka yang paling efisien dan efektif adalah guru menyusunnya
berdasarkan kesepakatan dengan anak didiknya. Kesepakatan sangat penting di
sini. Di kala anak sudah tinggal di rumah, orang tua mereka tidak seluruhnya
memahami apa yang disebut Belajar Dari Rumah. Pemikiran mereka adalah anaknya
libur, tinggal di rumah. Bisa saja orang tua memberikan tugas membantu
pekerjaan kepada anak yang membuat anak tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai
waktu reguler. Sehingga jadwal perlu disepakati antara guru dan anak didiknya. Jadwal
yang tersepakati ini akan menjadi waktu pengingat bagi anak didik.
MENGUNJUNGI ANAK DIDIK
Bagi
anak didik yang tidak memiliki alat telekomunikasi dan keterbatasan akses
jaringan, seperti yang dialami salah seorang anak didik kami di SMAN 5 Tana
Toraja, dengan kondisi seperti yang disampaikan oleh wali kelasnya:
Selamat
pagi Bapak/Ibu. Semoga kita semua tetap sehat.
Saya
mau menginformasikan untuk Bapak/ Ibu yang mengajar di kelas XI MIA 4 keadaan
salah satu anak kita atas nama Skolastika R. Salempang.
Anak
kita yang bertempat tinggal di Sepang, Kel. Rante tidak dapat mengakses
tugas-tugas secara online dikarenakan keterbatasan jaringan internet di
daerah tsb. Bahkan untuk signal telepon saja daerah tsb. masih sangat
terbatas. Dan di daerah tersebut juga baru saja terjadi tanah longsor, yang
mengakibatkan sulitnya akses jalan ke daerah tersebut.
Untuk
saat ini anak kita sedang berusaha menyelesaikan tugas-tugas yang telah
diberikan di rumah salah satu rekannya.
Jadi,
saya selaku wali kelas, mohon kebijakan dari Bapak/Ibu yang mengajar di kelas
XI MIA 4, agar Skolastika bisa diberi waktu untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya.
Untuk
kedepannya Skolastika akan berusaha mencari jaringan untuk dapat mengikuti
kegiatan BDR.
Terima
kasih atas pengertiannya dan mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan.
|
Sebuah
langkah efektif dilakukan oleh wali kelas, ia mengunjungi anak walinya ke kampungnya untuk membantu
anak didiknya agar tidak ketinggalan
pelajaran selama BDR. Dari ceritanya di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
sampai ke sana saja sudah penuh tantangan karena ada longsor. Selanjutnya suah
menghubungi anak bersangkutan karena kendala sinyal.
Apa
yang saya mau katakan adalah memang guru yang mencintai anak didiknya pasti
akan merasa kehilangan sesuatu dan selalu memiliki kepedulian. Ini adalah wujud
SELF DRIVING dari seorang guru. Tak
ada alat komunikasi dan tak ada jaringan tidak berarti anak didik tidak
belajar, tidak ketinggalan ilmu pengetahuan. Metode BDR secara manual bisa
menjadi solusi, kunjungi anak didik, bawa materi, arahkan dia, bangun
motivasinya, niscaya ia tidak akan kehilangan ilmu yang bermakna.
BELAJAR MELALUI GRUP MEDIA SOSIAL
Media
paling populer selama BDR adalah menggunakan saran WA Grup sebagai saran
belajar. Materi bisa diupload di WA Grup, beri waktu beberapa menit ke peserta
didik untuk membaca, setelah itu dibuka sesi tanya jawab, berbagi pengalamam
terkait materi dan saling menanggapi. Jika materinya menarik waktu habis pun
mereka enggan selesai, sehingga saya sering membuka sesi chat pribadi.
BELAJAR MELALUI VIDEO CONFERENCE
Cara
paling populer kedua adalah belajar lewat video conference. Bisa menggunakan aplikasi
familiar seperti Zoom, Webex, CloudX Telkomsel, dsbnya. Ini bisa membuat kelas
lebih hidup. Namun harus dikondisikan dengan kemampuan data peserta didik. Paling
ideal menanyakan kesiapan peserta didik sehari sebelumnya, apakah mereka siap
web meeting atau tidak. Saya biasanya menanyakan kesiapan mereka terlebih
dahulu. Jika 30 dari 33 anak didik siap, maka kita belajarnya via web meeting. Jika hanya 5-10 orang maka
paling ideal belajar lewat WA Grup.
KONSULTASI LEWAT VIDEO CALL
Menjelaskan
materi yang kurang jelas kepada anak tertentu bisa dilakukan melalui video call
dari WA dan video call Messanger. Tidak menutup kemungkinan anak memiliki
kemapuan berbeda dalam penerimaan materi selama BDR. Sehingga, video call bisa
menjadi opsi. Disamping itu bisa dipadukan dengan menelpon secara reguler dan
lewat SMS. Ada sejumlah anak didik saya yang menghubungi lewat SMS, melalui 88771:
Balas YES untuk menerima SMS dari +628.... dengan biaya Rp350 dibebankan ke
Anda..... tarif SMSnya pun saya yang bayar karena mereka tidak ada pulsa. Inilah
salah satu seni dan nikmatnya menjadi seorang guru di masa pandemi Covid-19.
BELAJAR LEWAT LIVE STREAMING YOUTUBE
Sudah
dua kali saya berpartisipasi mengajar live
streaming di YouTube bersama Guru
Tanggap Corona, channel Rumah Belajar
Streaming. Materi pertama tentang Indirect Questions.
Sementara
yang kedua tentang Rhyme.
Anak
didik saya dari SMAN 5 Tana Toraja saya undang untuk belajar lewat media ini. Selama
proses live, ternyata ada siswa kelas XII dan alumni yang ikut belajar. Tentu saja
ini sangat membahagikan saya. Setelahnya video saya download dan kembali saya
bagikan ke grup WA mereka agar membantu mereka yang tidak memiliki fasilitas
memadai, mereka bisa simpan videonya di flash disk atau laptop.
TULISAN DI BLOG MENJADI BAHAN AJAR
Belajar
Dari Rumah, tidak sepenuhnya saya mengikuti isi kurikulum. Tanggal 6 hingga 9
Mei yang lalu, materi yang saya berikan bersumber dari tulisan saya di blog https://romadean.blogspot.com. Sebelum
masuk masa BDR di bulan Maret, saya telah mengajarkan figurative languange yang termuat dalam lirik lagu. Untuk menyegarkan
kembali pemikiran anak didik saya dari Program
Bahasa, Kelas X IBB dan XI IBB, saya mengajak mereka mengunjungi tulisan ini,
dan mengidentifikasi di kalimat mana saja terdapat bahasa-bahasa kiasan yang
sesuai dengan materi yang pernah mereka pelajari. Jawabannya mereka kirim via
WA atau mengirim ke email saya. Ada yang kirim langsung dalam model chatting,
ada yang mengetik dulu baru kirim dalam bentuk docs, dan ada yang tulis tangan
dan mengirim foto tulisannya. Semua saya terima dan saya hargai mereka dengan
frase: Kalian Luar Biasa.
UMPAN BALIK BERBASIS GAMIFICATION
Sebelumnya
terima kasih kepada Prof. Eko dan Webinar PGRI yang telah mencemari otak saya dengan
ilmu-ilmu baru, salah satunya model gamification.
Hari
ini, kesekian kalinya saya menggunakan Quizziz dalam pembahasan soal-soal. Materi
yang saya review hari ini adalah salah satu unsur kebahasaan dari materi SONG,
yaitu Rhyme. Materi ini dipelajari oleh kelas X-XII. Sehingga hari ini, satu
materi yang terlibat adalah kelas X dan kelas XI Program Bahasa.
Selepas
temu kangen dengan Prof. Eko dan rekan-rekan guru penulis buku via ZOOM tadi
siang, saya lanjutkan membuat soal di Quizziz sebanyak 10 nomor. Semuanya seputar
Rhyme. Kali ini ada hadiahnya kuota data 1 GB bagi peringkat pertama. Dan hasilnya
seperti pada gambar di atas. Selamat bagi peringkat 1, kuota data 1 GB sudah
dikirimkan.
MENONTON SIARAN PENDIDIKAN DI TVRI
Saya
juga pernah menerima ajakan menonton dari paserta didik. Ajakannya yaitu
menonton film dokumenter Bumi Tadulako, seputar bencana Palu. Saya terima dan saya
kaitkan lagi dengan materi.
Saya
katakan seperti ini: Silahkan dinonton... nanti usai menonton kirimkan bapak 5
kalimat bahasa kiasan di dalamnya.
Nah,
selesai lagi satu indikator.
Sudah
pasti, jawaban tidak akan ada di internet. Namun, seperti kata Prof. Eko,
jawaban tidak terlalu penting, tapi bagaimana mereka mengeksplorasi diri mereka
untuk mencari jawabannya dan dalam proses mencari jawaban itu mereka
mendapatkan ilmu yang baru. Dan usaha mereka itu yang wajib dihargai,
diapresiasi.
MOTIVASI SEDERHANA
Pernah
saya menggunakan metode Prof. Eko. Begini kalimat saya ke anak didik saya di
grup WA Sastra Inggris XI:
“Sekedar info,
kalian semua bapak beri nilai 100, Sastra Inggris, semester ini”.
Dan
begini beberapa respon mereka:
Siswa: Terima kasih banyak pak
Saya:
Tapi kalian harus tahu cara
mempertahankan nilai 100 itu
Siswa:Pasti pak
Siswa: Dengan berat hati saya terima karena
tidak ada tugasku yang masuk sama sekali.
Saya:
Kata Ebiet G. Ade, om saya: Masih Ada Waktu...untuk berbenah....
Saban
hari saya chatting lagi ke anak-anak:
Bapak mengingatkan, pertahankan Nilai 100.... Cek yang masih
kurang..... Semoga pagi ini ada 20-an yang bisa diketahui apakah masih bernafas.....
Hal-hal
jenaka, bercanda, bahasa yang ringan ternyata sukses untuk memberi mereka
motivasi, bahkan ada yang merasa bersalah.... selebihnya notifikasi WA saya
akan selalu ramai dengan kiriman jawaban mereka.
Demikianlah
beberapa pengalaman bagaimana cara mengefektifkan belajar dari rumah. Semoga bermanfaat
bagi kita.
5etuju
BalasHapus