Teriknya
mentari pada hari Jumat ini menemani beragam aktivitas baik rutinitas rumahan
hingga rutinitas selaku pendidik. Tak terasa waktu berlalu mengantar jarum jam
menunjuk pukul 13:31 WITA. Bunyi notifikasi pesan di WA bertalu-talu saking
banyaknya pesan yang masuk. Pada deretan pesan paling atas terdapat satu pesan
dalam bentuk colorful image dari
Wijaya Kusumah dengan tulisan dihias background
warna kuning Motivasi Menulis Setiap
Hari dan Menerbitkan Buku. Pukul 13.00 s.d. 15.00 WIB; Jumat, 01 Mei 2020
Via WA Group.
Tak lupa logo favorit para pendidik, logo PGRI dan disampingnya
lagi gambar seorang pria berkacamata, dibalut kemeja putih dengan dasi purple plus jas warna gelap sedang tersenyum. Dadang Kadarusman, demikianlah nama dari pemilik foto, pemilik blog
https://www.dadangkadarusman.com.
Wah
ternyata hari ini telah memasuki hari pertama bulan Mei tahun 2020. Saya
menengok kalender, tanggal 1 Mei, tanggalnya warna merah dan bertuliskan Hari
Buruh Internasional. Selamat Hari Buruh buat semua buruh luar biasa di muka
planet ini. Tetaplah menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi dunia dan semoga
kalian semua senantiasa dalam lindungan-Nya di tengah pandemi Covid-19.
Motivasi Menulis Setiap Hari dan
Menerbitkan Buku,
topik hari ini, disampaikan oleh bapak Dadang Kadarusman, yang familiar dengan trade mark DEKA, beliau adalah seorang Trainer
dan Motivator nasional dengan motto: Helping
Organizations To Embrace Change Through Training And Development. Beliau adalah
trainer leadership, Personal Development
hingga spiritualism.
Membuka
sesi materinya, pak Dadang mengaturkan ucapan terimakasih kepada Omjay yang telah berbaik hati mengajaknya berpartisipasi
dalam program pelatihan belajar menulis ini. Selain itu, beliau juga berterimakasih
kepada seluruh peserta pelatihan karena berkenan untuk menyimak topik yang akan
dibawakannya.
Pak
Dadang berkisah bahwa ayahnya adalah seorang guru sekolah dasar. Ketika beliau
masih kecil, sang ayah sering membawakan buku-buku bacaan. Dari sanalah beliau mulai
suka membaca yang kemudian membuatnya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak
kecil beliau sudah terbiasa menulis hingga saat ini.
Adapun
materi dari pak Dadang dalam bentuk kombinasi chatting-an dengan pesan suara. Penyajian materi berlangsung selama
kurang lebih 45 menit, di mana pada pukul 13.45 WIB, semua peserta dibolehkan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Sekelumit
motivasi dari pak Dadang hari ini sangat luar biasa dan bisa menjadi tambahan
referensi bagi kami yang ingin meningkatkan kemampuan menulis.
A. Menerbitkan Buku
Apakah
anda mengetahui caranya? Sebuah pertanyaan yang mungkin juga dihadapi oleh semua
peserta pelatihan ini. Menerbitkan buku itu sangat mudah sekali bila
dibandingkan dengan masa 20 tahun lalu. Pertama kali ingin menerbitkan buku.
Ditolak penerbit adalah hal yang dianggap sangat biasa. Sekarang tantangan
terbesar kita BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP
HARInya. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik
dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit. Kita tidak
perlu mendatangi penerbit lagi, namun mereka yang datang kepada kita.
Beliau
mulai menulis sejak SD, aktif menulis di masa SMP sampai ikut lomba-lomba.
Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. Mulai dipercaya oleh penerbit sekitar
10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Tapi, kondisi
dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan penerbit punya bargaining power yang sangat tinggi.
Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada sangat banyak penerbit, bahkan
menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga penulis sekarang tidak butuh waktu lama
untuk dipercaya penerbit.
Berkaca
dari pengalaman pak Dadang, buku-bukunya pada umumnya adalah hasil dari
penerbit datang dan menawarkan pada beliau untuk menerbitkan naskahnya.
Bagaimana
bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari? Tentunya ada aspek yang perlu
diperbaiki jika ingin mempunyai hasil karya berupa buku. Penerbit akan
mendatangi kita jika kemampuan menulis yang dimiliki telah sesuai dengan yang
mereka cari.
Menerbitkan
buku itu tidak susah. Marilah membangun persepsi menulis terlebih dahulu. Menulis
setiap hari butuh skill dan trik. Menulis
setiap hari merupakan kejutan bagi setiap orang. Perlu diingat bahwa tidak
semua penulis terkenal itu menulis setiap hari. Terdapat penulis profesional
yang menghasilkan buku, namun bukan dia yang menulisnya, melainkan menyewa
seorang profesional (ghost writer) untuk
menuliskan ide-idenya. Jadi buku tersebut diterbitkan atas nama seseorang,
tetapi yang menulis naskah tersebut bukanlah orang bersangkutan, melainkan ghost writernya. Ini adalah salah satu
efek, di mana ketika seseorang lebih mengutamakan menerbitkan buku maka dia
hanya akan menjadi penerbit buku untuk 1 hingga 2 kali periode saja. Kenapa? Karena
dia bergantung kepada orang lain. Berbeda jika dia mengasah keterampilan
menulisnya lebih dahulu tanpa memikirkan bagaimana menerbitkan bukunya. Maka ketika
seseorang telah memiliki keterampilan menulis dengan sangat baik, di mana itu bisa
dibangun dengan cara menulis setiap hari, maka dia tidak bergantung kepada
orang lain untuk menerbitkan buku. Dia memiliki kemampuan menulis secara
mandiri dan dia akan bisa menerbikan buku kapan saja.
B. Mengapa (WHY) kita harus menulis?
Jika
ingin membangun karir sebagai penulis, ada 3 alasan mengapa kita perlu menulis
setiap hari:
- Dalam perspektif pembelajaran dikenal istilah ala bisa karena biasa. Membiasakan diri menulis akan ikut merangsang sensor motorik kita untuk mengeluarkan ide-ide kita, termasuk merangsang tangan untuk menulis.
- Menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu atau butuh seseorang yang mau mendengarnya padahal, belum tentu ada yang mau mendengarkan. Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya yaitu, selembar kertas dengan pena kalau dulu kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana
- Menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat
Maka dapat disimpulkan bahwa perlu
menulis setiap hari karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang
meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang
yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri.
Pentingnya
Mengasah Kemampuan Menulis
Mengasah skill menulis bisa dibangun
melalui komitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun TANPA MENULIS. Jika kita
sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah
untuk menulis setiap hari, misalnya 1 hari 1 artikel, sebuah paparan yang
memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Menulis artikel
memiliki kelebihan karena tidak ditentukan jumlah kata-katanya. Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada
karya tulis di mana "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan
memahaminya.
Perlu diingat bahwa pada tahap belajar
ini, sebagai penulis pemula, sebaiknya kita tidak terlalu terbawa perasaan soal
ada yang baca atau tidak hasil tulisan kita. Tantangan penulis adalah belum tentu
tulisan kita mendapat respon positif dari orang lain yang membacanya, tidak
sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi respon negatif.
Intinya, fokus menulis. Kalau tulisan sudah memenuhi standar minimal untuk
dibaca orang, dipastikan pembacanya banyak dan memberi respon positif pula.
C.
Apa (WHAT) yang mendorong kita menulis?
Dorongan
Menulis
Pertama, mari tanyakan pada diri kita sendiri
dulu, apa yang mendorong kita menulis, dengan kata lain, apa tujuan kita
menulis? Adakah orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ya, ada. Pak Dadang
pun pernah berada di level itu. Beliau menulis untuk mendapatkan uang, karena butuh
biaya sekolah. Apakah berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Lebih
banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Saat itulah
kemudian beliau sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah
nilai pribadinya. Hingga kini, beliau menulis BUKAN untuk uang. Namun, boleh
saja menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. Tapi, seiring
berjalannya waktu, nantinya kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok
yang membuat kita menulis. Dulu ketika beliau menulis karena uang, kadang beliau
kecewa karena penerbit menolak. Rasanya seperti diremehkan. Kita juga bisa
kecewa jika bayaran royalti buku ternyata tidak seperti yang kita harapkan.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI
PENGETAHUAN. Ini merupakan prinsip paling sesuai dengan jiwa pendidik.
Sumber
Ide
Lalu dari mana mendapatkan ide jika
menulis setiap hari? Kuncinya adalah apapun bisa menjadi sumber ide tulisan. Segala
hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide. Tinggal diolah
saja.
Kemudian, berapa banyak rangsangan yang
masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6 kita? Jumlah rangsangan itu tak
terhingga, maka berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa sangat banyak. Misalnya:
hal apa yang ditangkap panca indera sekarang? Adakah bunyi mobil? Itu sumber ide.
Adakah suara seseorang yang lewat didepan rumah? Itu sumber ide. Ada bunyi praaaang, gara-gara panci jatuh? Itu
juga sumber ide. Semua hal bisa menjadi sumber ide kita untuk menulis. Berikutnya, ide itu hanya butuh sentuhan berupa mengolah
pikiran yang kemudian menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan dan
karena rangsangan itu selalu ada setiap hari, setiap saat ada ide disanalah
sumber tulisan kita, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari.
D. RAGAM
STRATEGI, TIPS DAN NASEHAT MENJADI PENULIS.
- Sebagai penulis pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena penulis yang masih pemula butuh penerbit. Strategi paling mudah adalah terus ikut kursus menulis seperti pelatihan belajar menulis binaan Omjay.
- Dipaksa menulis, bisa diterapkan. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya harus setelah bekerja. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa.
- Tema tulisan. Dalam tahap belajar, tidak usah khawatir soal tema dan sistematika penulisan. Pokoknya menulis saja. Tidak usah takut salah, yang terpenting adalah kemauan untuk terus praktek menulis.
- Selalu bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikan tulisan.
- Targetkan 1 karya tulis setiap hari. Sepanjang apa? Berapa kata? Bebas. yang penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca mengerti. Contoh, jika kita ingin menulis dengan tema "pantang menyerah". Tulisan tidak usah 1000 kata. Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang ingin disampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan.
- Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan tulisan, kecuali jika punya kontrak dengan penerbit. Misalnya, tulisan disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Durasi waktu menulis tergantung tujuan dari penulisan itu.
- Contoh Tulisan: Dunia Tanpa Suara. Paragraf 1 : Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara di dunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi, bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang, coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan, andai saja tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.... Paragraf 2 : Eh, tapi menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengar bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara. Paragraf terakhir : Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa ... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
- Minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
- Memulai itu sulit sekali. Mulailah dari sebuah kata yang terlintas dalam pikiran, nanti akan mengalir dengan sendirinya.
- Jangan lupa berdoa sebelum menulis: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah ya.
- Menggunakan jasa "ghost writer" itu bukan hal yang buruk . Tapi cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. Kalau ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat.
- Membangun percaya diri tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. Jadi, santai saja menulisnya.
- Jangan mengambil hati tanggapan orang atas tulisan kita. Tapi, kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak laku’, itu bukan masalah. Tahap baru belajar. Dilatih terus dan terus membuat tulisan. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarkan jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobakan ke orang lain, tunjukkan saja. Kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif atau pilih orang yang bisa memberikan respon positif.
- Banyak orang tidak percaya diri saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Ingatlah bahwa boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran kita untuk dibacanya dengan penuh kekaguman.
- Tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan. Contoh dua model penulisan dari pak Dadang, buku yang judulnya "OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan.
- Kalau sebuah tulisan sedikit yang baca, tidak berarti tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat.
- Menulislah, lalu bagikan tulisannya, bagikan hasil tulisan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan bisa lebih cepat sampai kepada orang lain
- Temukan, hal apa yang bisa membuat kita ingin menulis atau apa tujuan kita menulis. Jika sudah ketemu, kita akan dengan sendirinya menulis secara produktif
E. KESIMPULAN:
Menulis
itu untuk diri kita sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, berikanlah yang
terbaik kepada tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari yang
kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati
manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang
lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani
perjalanan menuju perbaikan diri itu. Jadi, teruslah menulis. Karena dengan
menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
SELAMAT
MENULIS.
Semoga Menginspirasi
sukses
BalasHapusMantap dan detil pak
BalasHapusMhm tinggalkan jejak di: halobelajarsesuatu.blogspot.com
Mantap bgt pak...detail resume nya
BalasHapusKeren Pak Roma. Resume yg luar biasa
BalasHapusAlhamdulillah, sangat bermanfaat
BalasHapusMantap. Tulisan pak
BalasHapusMantul banget... keren
BalasHapusTerima kasih pak...
Luar biasa motivasinya untuk penulis pemula
Keren pak... tulisannya luar biasa...enak dibaca... semoga sukses ya pak....
BalasHapusMamtap, tulisannya enak dibaca, semoga saya busa terinspirasi
BalasHapusTulisannya keren pak, menginspirasi.
BalasHapusTulisannya keren pak, menginspirasi.
BalasHapusluar biasa.... kereen bgt pak.
BalasHapus