Bapak
Amir Faisal. Beliau adalah Seorang Trainer sekaligus motivator nasional yang
sudah terkenal di Indonesia. Buku-buku yang beliau tulis juga cukup banyak. Kita
bisa membacanya di blog beliau https://www.spiritualquantum.com/about/.
Pemilik
channel YouTube https://www.youtube.com/watch?v=-VRlzTu_O4M&feature=youtu.be
ini berkisah tentang pengalaman menjadi
penulis Gramedia, selain itu menulis di Change Publisher (Penerbit Buku Rhenald
Kasali), dan sejumlah penerbit lainnya. Latar belakang beliau tidak berkaitan
sama sekali dengan dunia tulis-menulis dan dunia pendidikan. Mengapa demikian?
Sejak lulus perguruan tinggi, beliau langsung masuk dunia profesional. Bekerja di
bagian marketing perusahaan nasional selama kurang lebih 8 tahun. Kemudian memilih
resign dan membuka usaha sendiri. Merasa
capek oleh pekerjaan sendiri, akhirnya mencoba dunia baru di konsultan. Menulis
buku untuk memperkuat layanan konsultasinya dan buku-bukunya diterbitkan di
Gramedia.
Jadi
pengalaman sebagai penulis, tidak ada sama sekali hubungan dengan latar belakang profesional
itu, sebagai seorang pengusaha UKM, pindah ke consulting/konsultan/pembicara.
Training
pertama untuk melayani anak-anak. Khususnya siswa SMP dan SMA serta mahasiswa. Satu hal yang berkesan dari beliau adalah buku
yang diterbitkan penerbit skala nasional akan ikut juga menjadikan sang penulis
buku menjadi pembicara tingkat nasional. Hal ini sesuai pengalamannya. Begitu terbit
buku pertamanya yang berjudul Menyiapkan
Anak Jadi Juara oleh Penerbit Gramedia. Maka sejak saat itu pula, beliau
dipanggil ke mana-mana untuk jadi pembicara.
Buku
Menyiapkan Anak Jadi Juara telah
menjadi buku best seller di Gramedia,
dalam rentang 2 bulan telah masuk cetakan kedua. Luar biasa! Padahal buku ini
ditulis oleh seseorang yang bukan penulis buku. Buku yang ditulis oleh seorang
mandor proyek.
Pak
Amir menulis Buku Menyiapkan Anak Jadi Juara terinspirasi dari: 1) Ketika beliau
memberikan motivasi pada anak-anak sekolah, beliau merasa ada sesuatu yang
salah. Seharusnya motivator anak-anak adalah gurunya sendiri. Apalah artinya
kehadiran dirinya yang hanya 4 - 5 jam,
dibanding para guru yang membimbing selama 3 tahun; 2) Beliau membandingkan
kedua anaknya, yang kebetulan yang satu
di SMP favorit dan lainnya di SMA runner-up.
Dapat dipetik dari pengalamannya bahwa manfaat
menulis adalah bisa menjadi personal
branding. Jadi kita harus dikenal lewat tulisan. Salah satunya menulis buku
dan diterbitkan oleh penerbit nasional seperti Gramedia yang memiliki ribuan outlet di Indonesia. Keuntungan menulis di
Gramedia, dimisalkan seperti ini,,sejelek-jeleknya buku kita, buku bisa bertahan selama 6 bulan. Misalnya,
jika selama 6 bulan ada sirkulasi penjualan buku dari outlet, ada yang membeli dan ada dialing order, maka kita bisa berharap bahwa buku bisa dipajang
selama enam bulan lagi ke depan. Namun jika selama 6 bulan itu tidak ada
sirkulasi maka 6 bulan berikutnya, buku ditarik dari toko. Menurut pak Amir
Faisal, di toko Gramedia, misalnya, jika selama 2 minggu buku tidak bergerak,
artinya tidak laku, maka buku akan di drop dari toko. Artinya karir sebagai
penulis nasional tinggal impian.
Pria
jangkung ideal ini pernah pula menulis buku Think
Like a Millionaire. Buku edisi ke 9 dari 15 buku yang telah ditulisnya. Buku
ini diterbitkan oleh Change Publisher. Buku ini bertahan selama 2 tahun dan
bertahan sebagai best seller di
sejumlah toko buku. Sebuah pencapaian yang fantastis menurut saya. Dengan latar
belakang non-pendidikan mampu menghasilkan karya yang bombastis di dunia
pasaran buku dan di era transformasi digital.
Next notices beliau dari pengalaman sebagai penulis
yakni mengingatkan para penulis pemula atau siapapun yang cinta menulis bahwa Penerbit
Gramedia adalah sebuah korporasi bisnis. Artinya orientasinya menjual, pasar,
mencari keuntungan untuk membiayai perjalanan perusahaan bersama
karyawan-karyawannya. Dalam hal ini, jika buku yang kita tulis tidak bisa
dijual artinya buku kita tidak bisa memberi keuntungan ke Gramedia. Perlu diberi
perhatian khusus juga bahwa buku yang dicari penerbit adalah buku yang disukai
oleh pasar. Jadi perlu penelitian khusus di pasaran buku.
“Tentukan
passion kita/genre kita dalam menulis.”, pesan pak Amir. Setelah itu cari di
Gramedia model bacaan yang disukai konsumen. Nah, itu merupakan salah satu
metode yang akan dipadukan dengan gaya menulis kita.
Semua
penerbit punya kriteria masing-masing tentang tulisan. Selanjutnya, penerbit berpikir
pasar. Penerbit mampu mengetahui keinginan konsumen buku, salah satunya dengan membagi
questionnaire ke pembaca/pengunjung
Gramedia tentang buku apa yang disukai. Pak Amir menambahkan bahwa buku yang
paling laris di Gramedia adalah novel. Buku kedua terlaris yakni buku tentang
traveling, apalagi buku gabungan novel dan traveling. Terlaris ketiga adalah buku komik. Terlaris
keempat adalah buku motivasi. Diikuti buku digital marketing dan buku-buku lainnya. Novel
motivasi bisa jadi novel yang laris, atau genre kita pada cerita anak-anak, roman,
psikologi, motivasi, traveling, dsbnya. Jangan lupa untuk membaca novel-novel terbitan
Gramedia. Lewat cara ini bisa dipelajari kriteria dari penerbit. Kemudian kita
beli beberapa yang genrenya cocok
dengan gaya menulis kita. Bahkan, true
story bisa juga diterbitkan asal fenomenal. Misalnya, pengalaman memberikan
tutorial pada anak berkebutuhan khusus, pada anak-anak miskin, anak-anak di rumah
singgah, dll. Adapun buku yang sering diobral penerbit adalah buku-buku terbitan
lama, tidak laku dan isunya sudah lama.
Masih
dari pengalaman pak Amir, Penerbit Gramedia cenderung tidak mau jika tulisan
terlalu tebal. Paling penting adalah kualitas tulisan, genre
dan buku itu disukai pasar atau tidak. Penuhi kriteria penerbit. Sejak awal
menulis hingga sekarang, beliau mengirimkan
full naskah ke penerbit. Beliau juga menitipkan untuk mencoba tema yang tidak banyak
teori. Semakin banyak hal-hal praktis semakin baik, artinya menarik perhatian
banyak orang. Buku pertama beliau selesai sekitar setahun. Buku kedua fixed sekitar 6 bulan. Saat ini karena
kategori telah master, maka sebuah buku bisa selesai dalam 2 bulan.
Sambungnya
pula, kajian pustaka itu sifatnya hanya penguatan. Penerbit lebih menyukai
karya original dari pikiran, perasaan, atau gagasan kita sendiri.
Satu
hal penting lagi yang perlu diperhatikan para penulis, Penerbit Gramedia tidak
menerbitkan buku pelajaran.
Menyimak
pengalaman seorang pengusaha menjadi penulis, pastinya makin membuat penasaran,
maka mari kita lanjutkan mencerna titisan pak Amir. Beliau membuat tantangan sendiri untuk memberi training ke guru. Kata pak
Amir, “Ini gila, tidak tahu ilmu pendidikan berani mentraining guru?”
Dari
mana beliau belajar sehingga mampu mengubah mindsetnya. Inilah rahasianya.
Beliau belajar dari buku-buku pendidikan mutakhir karya Bobbi De Porter,
Barbara Prashnig, buku-buku psikologi karya
dr. Daniel Goleman, Howard Gardner, Thomas Armstrong serta ikut training binaan
pak Munib Khatib, Sekolahnya Manusia. Lanjutnya,
untuk sukses menjadi penulis, intinya tentukan dulu visi / dream kita, kenapa
ingin jadi penulis. Lalu hadapi tantangan-tantangannya dengan gagah berani.
Agar
buku sukses di pasar, disarankan untuk penulis juga harus gigih ikut marketing lewat media sosial, memberikan
pelatihan gratis. Membagi buku-bukunnya pada key person / influencer, seperti
yang telah dilakukan founder kuliah lewat grup WA ini, bapak Wijaya Kusumah
alias Omjay.
Pak
Amir juga pernah menjumpai kendala bathin, yakni terdapat dua bukunya yang
hingga kini tidak diterbitkan. Namun, beliau tidak patah semangat, buku-buku
tersebut beliau jadikan sebagai identifikasi masalah.
Dari
pengalaman beliau dapat disimpulkan bahwa kunci sukses jadi penulis adalah:
- Tentukan passion of life.
- Temukan Life Cycle diri kita.
- Cari expertise dan specialties. Kalau perlu keunikannya.
Ah,
tidak sabar menanti tema Mengubah
Mindset Menulis dan Hypnowriting, sebuah tema yang akan banyak membantu
menginspirasi para penulis.
SELAMAT MENULIS.
Luar biasa pak.. Sudah jd resumenya..
BalasHapusWaww kereen.. Semangat pak.
BalasHapusKeren euy
BalasHapus