Kuliah online via WA group dimulai pukul 14.00-16.00 WITA.
“Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh, Selamat Siang semuanya, Kuliah Online siang ini akan dipimpin oleh
moderator pak Bambang Purwanto dari
Bandung yang biasa disapa Mr. Bams”, demikianlah sapaan hangat dari Omjay
kepada seluruh peserta.
Namun, berhubung Pak Bambang belum bisa diubungi, maka moderator langsung
diambil alih oleh Omjay dan beliau langsung mempersilahkan bapak Dr. Paidi
untuk menyampaikan materinya.
“Selamat bertemu di dunia maya untuk berbagi ilmu, semoga hal ini juga bisa
menjadi catatan amal kebaikan kita”, Pak Paidi membuka sesi materinya.
Cara Mendesain Buku Pembelajaran.
Teknik dan pendekatan yang beliau gunakan adalah mengacu pada tokoh
fenomenal bidang desain pembelajaran
yaitu Prof Dr. Atwi Suparman (mantan rektor Universitas Terbuka) dan Dick &
Carrey.
Secara umum dalam mendesain pembelajaran dan sekaligus menghasilkan bahan
pembelajaran secara ilmiah dapat diliat pada bagan berikut ini:
Panduan lengkapnya ada pada penjelasan berikut ini. Mari kita menyimaknya!
- Langkah 1, kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut.
- Langkah 2, Berdasarkan data yang didapatkan dari langkah 1, selanjutnya kita perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran / bahan yang akan kita rancang.
- Langkah 3, Berdasarkan data langkah 2 selanjutnya kita mulai membuat analisis instruksional / pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang
- Langkah 4, Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjadi target atau pemakai buku yang kita rancang.
- Langkah 5, Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yang di karang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
- Langkah 6, Melakukan penyusunan TES
- Langkah 7, Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini contoh yang diberikan dalam bentuk rancangan pembelajaran secara blended learning)
- Langkah 8, Mengembangkan dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rowntre dan untuk bahan online bisa menggunakan teori Hannafin).
- Langkah 9, setelah draft bahan tersedia (langkah 8) selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sebagai berikut:
- One-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi,
pakar bahasa);
- One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berasarkan dari siswa peringkat atas,
menengah dan bawah);
- Evaluasi Small Group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasal dari kelompok, menengah dan bawah);
- Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa yang berasal dari kelompok atas, menengah dan
bawah.
- Setiap tahapan dimulai dengan evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran.
- Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.
Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit
bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika
penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yang
digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
Contoh bahan pembelajaran yang di rancang dengan format Research dan versi
penerbit adalah seperti berikut.
Demikian serangkaian materi singkat dari pak Paidi tentang sekilas cara
mendesain bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban,
jika tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah
gambar dll.
Pak Paidi pernah merancangkan sebuah desain pembelajaran untuk SMKN 1 Bengkulu,
dimana waktu itu pihak sekolah kesulitan untuk mencari pola pembelajaran untuk
siswanya yang melaksanakan pembelajaran di industri sekitar 6 bulan, maka saya
buatkan sebuah konsep namanya blended
learning dan bisa digunakan dengan media yang dipakai siswa dan guru kala
itu adalah Handphone. Praktek pembelajarannya menggabungkan antara pembelajaran
di classroom dengan online.
Terkait kebutuhan pakar yang dibutuhkan pada perancangan media
pembelajaran, syarat seorang pakar adalah kualifikasi pendidikan sudah mencapai
S3/Doktor (Pendapat Sugiyono dalam Bukunya R&D) atau juga di kampus atau
lembaga lain juga bisa selagi sudah ada bukti kepakarannya.
TES Formatif adalah 1. Evaluasi one-to-one kepada Expert (Pakar/Ahli) dan
peserta didik/siswa; 2. Evaluasi small group terdiri dari 9 orang peserta
didik/siswa yang berasal dari kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok
bawah; 3. Field Trial yaitu uji coba luas kepada 30 orang peserta didik/siswa
yang berasal dari kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah.
Sedangkan Tes Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga
lain (eksternal) atas kelayakan bahan yang dibuat oleh perancang buku tersebut.
Software atau aplikasi yang bisa digunakan merancang bahan pembelajaran
adalah moodle versi 3 ke atas, software ini bersifat open source dan gratis serta mempunyai fasilitas sangat baik untuk
pembelajaran dan ujian online.
Langkah-langkah mendesain cara mengembangkan blended learning ini sama dengan
model Dick and Carry. Namun, bisa dikombinasikan dengan teori/model lain
seperti pada langkah 8 asalkan sesuai dengan karakteristik bahan
pembelajarannya.
Menyinggung research versi penerbit,
maksudnya adalah penerbit biasanya ada kebutuhan tertentu yang ditetapkan oleh
penerbit karena menyangkut untuk keuntungan penjualan, dll. Misalnya aturan
tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dll yang diberlakukan oleh
penerbit jika buku tsb dicetak oleh Penerbit. Pihak penerbit biasanya sudah
punyak team editor sendiri, sehingga buku tersebut bisa dicetak/diterbitkan.
Teori Rowntre itu adalah cara-cara untuk membuat buku yang sifatnya
tercetak, sementara teori Hannafin adalah cara merancang bahan yang non cetak
alias online.
Prinsip desain pembelajaran adalah bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran,
yang membedakannya terletak pada isi pelajarannya.
Kelebihan desain pembelajaran dari pak Paidi adalah akan mengasilkan buku
pembelajaran yang bisa dijamin kebenarannya selagi prosedur dikerjakan dengan
benar. Kelebihan lain, desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen
pendukungnya termasuk model pembelajarannya
sudah ditentukan.
Untuk media belajar Anak Berkebutuhan Khusus, bisa dicoba menggunakan desain
Pengembangan Blended Learning
Berbasis Handphone (BLISH), diadaptasi dari yang The Systematic Design of
Instruction (8th ed) karya Dick and Carey dimana bahan/materi buku
masih dalam lingkup di SLB.
Tidak ada persyaratan minimal jumlah halaman buku yang dibuat. Intinya buku
tersebut sudah mencakup semua materi hasil analisis pada langkah 3 dan 5.
Untuk pelaksanaan pembelajaran online
yang sederhana dan mudah saat ini salah satunya bisa pakai WhatsApp karena
hampir semua orang tua /siswa sudah familiar, disamping itu juga bisa pakai
aplikasi yang sudah dimiliki sekolah. Bilamana kondisi insfrastruktur sekolah
dan kemampuan orang tua memadai bisa juga menggunakan aplikasi seperti Skype, microsoft team guna mendukung pembelajaran secara online.
Sementara pelaksanaan tes online
saat ini banyak sekali aplikasi yang gratis untuk ujian online seperti FlyExam dll. Jika di sekolah memiliki
SDM bidang IT yang bagus maka dapat juga mengembangkan aplikasi moodle. Aplikasi ini sangat baik untuk
melaksanakan pembelajaran dan ujian online.
Berikutnya, contoh penerapan instruksional dalam e-learning sbb:
Karakteristik model BLISH ini adalah: a. Pembelajaran memadukan antara
pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran online yang dilengkapi
dengan pedoman utk guru, dan siswa. b. Pembelajaran bisa berlangsung setiap
saat. c. Guru dapat mengendalikan pembelajaran. d. Penugasan dapat dikirim ke
web pembelajaran. e. Ujian dapat dilaksanakan secara online.
Untuk referensi penulisan buku bisa menggunakan artikel karya pak Paidi di
Journal international ini: 1. International
Journal of Engineering & Technology dengan judul “Utilization Of Mobile
Phones To Apply Blended Learning At Higher Education: Computer Subject at State
Vocational High School 1 BENGKULU by Paidi & Basuki Wibawa”; 2. Humanities
& social sciences Reviews dengan judul “The Development of Blended Learning
Based On Handphone For Computers System Subject on XI Grade Of SMKN 1 Bengkulu
City by Basuki Wibawa & Paidi”.
Integrasi antara pembelajaran konvensional (tatap muka di kelas) dengan
pembelajaran online dengan perangkat
akses handphone. Gambarnya seperti ini.
Bahan pembelajaran yang dimaksud dalam materi ini adalah bagaimana
menyiapkan proses pembelajaran sekaligus bahan pembelajaran (istilah bahan
pembelajaran karena bahannya itu sengaja kita siapkan dan di rancang, beda
pengertiannya dengan bahan ajar itu bahannya bisa mendapatkan darimana saja
tanpa melalui sebuah proses penyiapan yang direncanakan/dirancang. Berikut ini
contoh buku sumber yang sangat populer.
SELAMAT MENCOBA
Sip kereen pak..
BalasHapus