MGM, sebuah kata yang bagi saya tidak asing, hampir setiap minggu saya dengar di channel FIGHT SPORTS dan TVOne, sebuah arena tinju bagi para pesohor tinju terbaik dunia. Siapapun petinju yang bertanding di arena MGM adalah petinju terbaik. itulah MGM Grand Las Vegas di Amerika Serikat.
Ternyata, MGM kali ini adalah Mengajar Gaya Motivator. Sebuah pandangan bernilai mutiara dari bapak Aris Ahmad Jaya, seorang motivator character
building dan trainer sekaligus coach sekolah-sekolah unggulan di Indonesia. Jadi, yang masuk arena MGM milik bapak AAJ adalah para guru terbaik yang ada di Indonesia.
Momentum saat ini, di mana siswa belajar dari rumah, gurupun seharusnya belajar
kembali tentang bagaimana memiliki seni menyampaikan, seni untuk dicintai,
dirindukan oleh anak didiknya sehingga pembelajaran semakin menarik. Telah
lebih dari 10.000 audiens yang merasakan pola Mengajar Gaya Motivator (MGM).
Bagaimana menjadi pribadi yang menarik dan menyenangkan,
pribadi yang dirindukan dan pribadi yang mampu menginspirasi serta menjadikan anak didik kita mencintai kita
sebelum mencintai pelajaran yang kita bawakan. Salam, Aris Ahmad Jaya dari
Lembaga Nasional Character Building.
Berdasarkan niat, seseorang menjadi guru,
terbagi atas dua:
- Guru Betulan adalah guru yang memang sejak awal ingin menjadi seorang pendidik, ingin mengajar dan memang ia ingin menjadi seorang guru. Ia seorang guru yang diidamkan. Guru yang memiliki energy untuk mengajar, energy untuk bertemu dengan siswa, energy untuk menularkan keilmuannya kepada anak didiknya.
- Guru Kebetulan, yaitu kebetulan ada lowongan menjadi pengajar , maka dia jadi guru. Kebetulan lulus dari universitas dan sambil menunggu pekerjaan maka dia melamar jadi guru dan kebetulan diterima, makanya pada akhirnya menjadi guru seterusnya. Kebetulan ada yayasan orang tua yang butuh guru, butuh managemen, sehingga mau tidak mau harus melanjutkan impian orang tua, akhirnya menjadi guru di yayasan itu. Kebetulan ada teman yang mengajak, dari pada menganggur, maka menjadi guru. Apakah guru kebetulan itu salah? Ya salah kalau kebetulannya terus-menerus dan tidak mau belajar. Namun, guru kebetulan pun akan menjadi guru betulan ketika dia mau belajar, mau mengerti bahwa ini bagian dari sebuah proses yang harus dihadapi dan kadang-kadang guru kebetulanpun bisa menjadi guru yang mencintai, guru yang dicintai, guru yang menyelami kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh, karena dia menyadari bahwa ini merupakan bagian dari sebuah proses baik yang harus dijalankan. Apakah kita guru betulan atau guru kebetulan, masalahnya adalah ketika kita tidak mau menerima profesi kita sebagai seorang guru. Ketika kita menerima profesi guru ini sebagai profesi yang mulia, mau memberi pembelajaran dengan cara yang baik dan menyenangkan, menginspirasi anak didik kita, mencintai ilmu yang kita sampaikan, maka sesungguhnya guru betulan maupun guru kebetulan, buahnya akan manis mana kala ia adalah guru yang mencintai profesinya. Apalah artinya guru betulan namun tidak mau belajar, menyampaikan asal-asalan dan menyesali pilihan hidupnya, karena itu selamat datang para guru yang mau menginvestasikan waktu untuk belajar. Guru yang pada akhirnya diizinkan untuk melakukan pembelajaran apapun, karena kita adalah kurikulum yang sesungguhnya, apapun yang kita bawa, murid kita akan mencintai manakala dia menyukai kita.
Selanjutnya, bagaimana menjadi guru yang dirindukan
kehadirannya, kepergiannya, guru yang menginspirasi dan guru yang menyenangkan,
baik pembelajaran apapun yang kita berikan, kita adalah kurikulumnya, karena kita
adalah guru yang menyenangkan dan diizinkan. Semoga bisa dipahami dan bisa
dipraktekkan.
Berdasarkan Kinerja, ada Tiga Tipe Guru:
Pertama: NYASAR adalah guru yang tidak punya tujuan,
tidak punya arah, tipe guru yang menyesatkan. Mengapa? Para siswa bisa membenci
pelajaran karena tipe guru ini tidak berenergi, membenci apapun yang
disampaikan guru, selain tidak punya
target, tidak punya energy, dia juga adalah guru yang kehadirannya sebenarnya
menjadikan jam dinding bergerak sedemikian lambat karena siswa jenuh. Guru
nyasar lebih baik segera menyadari, kalau memang tak punya energy menjadi guru,
lebih baik mengundurkan diri daripada
banyak korban yang tidak menyukai pelajaran apapun yang disampaikan.
Kedua: BAYAR adalah seorang guru yang energinya
terkait dengan finansial. Bekerja karena ada gaji. Bekerja sebatas ada
finansial yang diperoleh. Kadang-kadang mengajar berdasarkan energy uang. Tipe
guru tidak konsisten. Tanggal muda dia semangat dan antusias serta cerah karena
mungkin ada finansial yang cukup karena habis gajian, ada sertifikasi. Namun
kadang mukanya sedemikian menyedihkan, tidak semangat gara-gara dia merasa
pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang menjanjikan, pekerjaan yang menyedihkan,
tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Guru bayar disarankan segera sadar karena
pada dasarnya banyak murid yang harusnya mendapatkan inspirasi keilmuan tapi
justru siswa mendapatkan guru yang ON OFF, kadang semangat kadang tidak, kadang
bagus kadang tidak, ini akan membuat siswa tidak mendapatkan figure yang
benar-benar mampu menginspirasinya.
Ketiga: SADAR, seorang guru yang kehadirannya
menjadikan siswa mencintai dirinya, mencintai pelajarannya dan mencintai
kehidupan karena apapun yang keluar dari mulut guru sadar adalah kata-kata yang
mampu menyadarkan. Pembelajaran menjadi menyenangkan, keilmuan menjadi
mengasyikkan, kehadirannya adalah kehadiran yang menyenangkan, kepergiannya
adalah kepergian yang dirindukan.
Karenanya mengajar gaya motivator adalah
sebuah teknik bagaimana kita mampu menjadi seorang pendidik atau menjadiseorang guru yang sadar. Menyadari
sepenuhnya bahwa profesinya adalah profesi yang mulia.sebuah profesi yang
mengantarkan para siswa mendapatkan kepahaman keilmuan yang baik dan benar,
sehingga mereka mampu menghadapi permasalahan-permasalahan sesuai dengan
jamannya. Guru sadar adalah konektor kebaikan, adalah konektor keilmuan yang
membuat ilmu dicintai, guru yang menyadari, suatu hari nanti ketika dia
meninggal akam membuat ilmu yang ditinggalkannya menjadi inspirasi bagi orang
dan guru sadar adalah guru yang menyadari spenuhnya bahwa dia adalah magnet
bagi kecintaan siswa terhadap ilmu yang
dia bawa, kecintaan siswa-siswinya kepada roh Tuhan yang menciptakannya, kecintaan
siswa-siswinya kepada sebuah keilmuan yang dihadirkan melalui dirinya.
Ada peran seorang guru yang sesungguhnya (utuh), yaitu mengajar, mendidik,
menginspirasi, menggerakkan. Terkadang kita cuma fokus pada peran mengajar, memindahkan ilmu yang ada di
otak ke siswa. Jika mengajar semata, maka akan kalah dengan pola yang ada
sekarang dimana bisa online, belajar dari YouTube, bahkan kelas-kelas online
yang memungkinkan siswa bisa belajar tentang ilmu tanpa kehadiran seorang guru.
Mendidik. Bagaimana seorang guru
mampu mendidik, tentu guru menjadi idola, teladan, contoh. Guru terdiri dari
dua kata digugu dan ditiru. Diharapkan saat guru mendidik bisa menanamkan
nilai-nilai, norma-norma baik yang bisa dijalankan oleh anak didik kita dalam
kehidupan sehari-hari. Kedisiplinan, kejujuran, bisa dipercaya, berbagi,
berkomunikasi, menolong, membantu, memudahkan usaha orang lain, demikianlah
pola-pola yang bisa digunakan dalam mendidik dan kita bisa masuk lewat
pembelajaran apapun. Guru yang mampu mendidik adalah guru yang menginspirasi. Karena siswa akan menjadikan kita bagian dari
sejarah mereka bukan hanya bagian cerita mereka. Ketika kita mampu menunjukkan
keteladanan, menunjukkan bahwa kita sepenuh hati, maka kita telah menjadi
inspirator, motivator dan kita telah menggerakkan
mereka mengerjakan apa yang kita
arahkan, melakukan apa yang kita harapkan. Guru yang hebat adalah guru yang
mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menggerakkan.
Langkah Sederhana Mengajar
Gaya Motivator:
1# Jadilah guru yang menarik dan menyenangkan.
Menarik berarti
menjadikan siswa merindukan gurunya. Menarik dan menyenangkan tentu harus
mempelajari pola sederhana yang ketika dicoba dibuktikan akan mendapatkan rasa
baru yang akan diterima oleh siswa.
Menarik dimulai dari apa yang terlihat, menyenangkan dimulai dari apa yang
terasa. Ketika pkitangan pertama siswa telah menyukai kita, tatapan pertama
siswa telah nyaman dengan kita, maka kita telah masuk ke daya tarik. Terdapat
tiga langkah untuk menjadi guru yang menarik, yaitu:
Pertama. Persiapkan diri dengan latihan sebanyak mungkin bagaimana menjadi pribadi
yang menarik. Misalnya, penampilan dipersiapkan terbaik, karena kita adalah
sosok yang menarik. Dari sisi perilaku, kita adalah pribadi yang menarik,
sehingga siswa menilai bukan sekedar di dalam ruangan, namun juga di luar
ruangan, dan untuk menarik, kita harus mampu menunjukkan bahwa diri kita
benar-benar layak untuk diizinkan oleh siswa kita. Diizinkan maksudnya adalah
siswa mengizinkan dirinya memperhatikan, bukan sekedar memperhatikan; siswa
mengizinkan dirinya melihat, bukan sekedar melihat; siswa mengizinkan dirinya
mendengarkan bukan sekedar mendengar. Jadi , kita harus mampu menjadi pribadi
yang layak untuk diperhatikan dan layak untuk didengarkan. Jadi intinya kita
harus menarik, memiliki daya tarik dan diizinkan. Harus dipahami bahwa siswa
memiliki pintu mengizinkan dan pintu tidak mengizinkan. Pintu terbuka adalah
siswa menerima pengajaran kita sementara pintu tertutup adalah siswa menolak
ajaran. Bagaimana pintu itu terbuka bagi kita dan pintu yang tertutup terbuka
untuk kita? Sebelum siswa menerima pelajaran, maka siswa harus menerima kita
lebih dahulu. Agar mereka mau menerima kita, syaratnya adalah mereka harus
mengizinkan kita. Berarti kita harus menjadi pribadi yang menyenangkan. Kita
harus mampu berperilaku seperti mereka. Jangan paksa mereka untuk mengerti
kita, kita yang harus mengerti mereka, kita harus melayani mereka. Siswa lebih
menyukai apa yang menyenangkan dari pada sesuatu yang penting, namun tidak
menarik. Beberapa contoh siswa membuka pintu mengizinkan. Pertama, kita masuk dalam kondisi senyum, pastikan masalah kita bukan masalah siswa, artinya membawa
rasa nyaman. Kedua, kita sapa siswa
dengan sapa yang berbeda, misalnya
sapaan selamat pagi, diganti: semoga siswa yang menjawab salam saya masuk
sorga, atau siapa yang mampu menjawab siswa saya akan naik kelas. Ketiga, berikan apresiasi. Misalnya: saya bangga menjadi guru kalian, dari sekian
banyak kelas, inilah kelas yang terbaik.
Kedua. Bagaimana membuka pintu pikiran siswa? Berikan simulasi-simulasi sederhana
sebelum pelajaran dimulai, seperti games
sederhana, bisa tepuk-tepukan, tebak-tebakan, setelah siswa merasa nyaman, maka
hormon kebahagiaan mereka akan tumbuh, yaitu hormon endorfin, yang 8 kali lebih
kuat dari morfin. Setiap kali selesai melakukan, kita berikan apresiasi ke
mereka, misalnya: bagus, mantap.
Ketiga. Tempa besi selagi panas. Artinya, apresiasilah siswa kita, hargai
prosesnya. Bisa secara personal, maupun secara massal. Apresiasilah siswa kita
sebelum mereka naik kelas atau sebelum mereka juara. Ketika kita mudah
mengapresiasi, maka sesunggunhya kita mudah diterima oleh siswa. Misalnya,
ketika ada siswa yang datang tepat waktu, dan kita ada saat itu, cukup kita
katakan: Ronaldo, keren! Kamu orangnya
disiplin, jadi orang sukses nanti! Secara massal bisa dilakukan seperti
ini: Kalian kompak, saya suka, kelas ini
kompak, keren, saya bangga jadi wali kelas kalian. Inilah yang disebut
menempa besi selagi panas. Apresiasi, hargai, layani! Guru yang pelit
apresiasi, pelit pujian, pelit menghargai adalah sesungguhnya guru yang
menjerumuskan siswanya untuk menjadi siswa yang tidak suka dengan guru,
sehingga apapun pelajaran yang disampaikan guru, siswa membencinya. Misalnya:
anda guru matematika dan siswa membenci anda, maka semua mata pelajaran yang
berkaitan dengan perhitungan akan dibenci oleh siswa. Jangan sampai kita
menjadi konektor ketidakbaikan kepada siswa. Jangan sampai kita menjadi
konektor kebencian mata pelajaran kepada siswa. Marilah memberi salam yang
baik, senyum yang baik dan hargai siswa kita.
2# Temukan titik lebihnya dan
motivasilah mereka. Temukan nilai unggulnya dan mulailah masuk ke dalam
keunggulan mereka. Temukan nilai tambah mereka dan masuklah ke dalam nilai tambah
mereka.
Einstein
berkata, “Kalau kita memaksa burung untuk berenang, memaksa ikan untuk terbang,
monyet untuk melata, maka kita akan melihat kebodohan-kebodohan dari hewan
tersebut”. Sama saja seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk unggul
melalui nilai unggul mereka, maka keunggulan-keunggulan lainnya akan mengikuti
mereka. Langkah ini penting karena seringkali seorang siswa merasa minder,
rendah diri, tidak percaya diri dikarenakan dia diberikan momentum yang bukan
nilai lebihnya. Dia diberikan momentum pada nilai kurangnya. Ada siswa yang
hebat di hitungan, namun lemah dalam bahasa. Ketika kita menyepakati hal ini,
maka kita akan diterima oleh siswa. Jadi, temukan nilai tambah siswa kita,
temukan nilai lebih siswa kita, dan berikan mereka momentum untuk menjadi
seseorang berdasarkan nilai lebih dan kehebatannya. Oelh karena itu, seorang yang
hebat bukan orang yang mampu menjadi manusia untuk memaksa orang lain untuk
hebat sepertinya, namun seorang yang hebat adalah seorang yang mampu menciptakan
kehebatan generasi setelahnya dan mampu mengantarkan generasi setelahnya karena
memberikan momentum-momentum hebat bagi siswanya.
Tiga langkah menemukan
nilai tambah siswa.
- Kita harus mampu
memberikan momentum, kesempatan hebat dari masing-masing siswa berdasarkan
nilai lebihnya. Momentum itu mahal. Momentum adalah bagian dari seorang guru untuk
memberikan pujian, memberikan nasehat. Berilah momentum kepada siswa. Berilah
kepercayaan kepada siswa untuk mewakili siswa, agar mereka merasa bermakna dan
merasa bernilai. Berikanlah kesempatan kepada siswa lain untuk mewakili
sekolah, walaupun ada siswa yang kompeten dalam semua hal. Biarkanlah
merekammenemukan momentumnya, dan biarkan mereka berubah menjadi mutiara yang
hebat. Pasir yang biasa pun akan menjadi mutiara yang hebat ketika ia diolah
dalam kerang mutiara. Dan kerang itu adalah guru. Guru yang hebat adalah guru
yang mampu menjadi kerang mutiara bagi siswanya.
- Libatkanlah mereka
menjadi bagian dari pemain bukan sekedar menjadi penonton, biarkan mereka
menjadi bagian sejarah dalam kehidupannya. Jangan biarkan mereka hanya menjadi seorang yang
mendegarkan cerita. Biarkan mereka menjadi history
bukan menjadi story. Guru yang hebat
bukanlah guru yang hebat di depan siswa, namun guru yang hebat karena
melibatkan siswanya dalam proses kehebatan masa depannya. Hargai prosesnya,
jangan hasilnya. Gagal adalah peristiwa. Kita tidak pernah gagal, yang gagal
adalah peristiwanya. Seorang gadis yang menggoreng tempe, tempenya hangus.
Gadisnya tidak hangus namun tempenya yang hangus. Pelakunya tidak hangus,
peristiwanya yang hangus.
- Berikanlah label positif untuk siswa. Label membangun persepsi, label akan membangun rasa. Label positif yang diberikan akan berpengaruh pada persepsi positif sebagaimana yang guru katakan. kata-kata guru adalah proposal hidup. Kata-kata guru adalah doa. Misalnya: kalian antusias, saya suka. Karena kalian sedemikian kompak dan antusias, kalian seperti lebah yang berkumpul dan menghasilkan manfaat. Jadilah lebah-lebah yang luar biasa.
SELAMAT MENGAJAR!
SELAMAT MENJADI GURU YANG HEBAT!
SELAMAT MENJADI GURU YANG LUAR BIASA!
Salam,
Yulius Roma Patandean
SMAN 5 Tana Toraja
0 komentar:
Posting Komentar