Selamat Hari Raya Waisak 2564 buat seluruh guru-guru
luar biasa Indonesia yang merayakannya. Damai Waisak tahun ini membawa
kedamaian dan kesejahteraan bagi kita, secara khusus dunia pendidikan di
Indonesia.
Tanggal di kalender boleh MERAH,
namun semangat untuk belajar menulis di grup WA didikan guru blogger
ternama Indonesia, bapak Wijaya Kusumah (Omjay), tetap hitam, sehitam tinta
printer EPSON.
Mungkin karena tanggal 7 Mei 2020 ini statusnya RED sehingga materi kali ini memiliki sedikit
perbedaan dengan mater-materi sebelumnya. Saya mengatakan sedikit, karena sebenarnya
semua materi memberikan motivasi yang luar biasa untuk menjadi topangan
pendukung lahirnya penulis-penulis dari guru-guru seluruh Indonesia. Motivasi menulis buku adalah inti dari sharing hari ini. Lebih lengkapnya Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi oleh
bapak Imron Rosidi.
Imron Rosidi adalah seorang penulis buku, yang diawali
dengan menulis LKS. Dari LKS ini justru ia mendapatkan semuanya, di mana saat
itu LKS wajib dimiliki semua siswa. Ia menulis buku-buku umum untuk dilombakan
di tingkat nasional. Ia 2 kali juara nasional. Selanjutnya menulis buku
pelajaran dan sekarang aktif menulis buku perkuliahan dan umum.
Ia mulai menulis waktu masuk menjadi mahasiswa jurusan
Bahasa Indonesia dan mengikuti kegiatan HMP, Himpunan Mahasiswa Penulis. Banyak
menulis puisi dan cerpen serta artikel populer di majalah kampus. Sejak menjadi
guru 1989, pada tahun 1990 baru ada 1 buku yang terbit. Motivasinya muncul
karena hinaan salah satu guru yang mengatakan mana ada guru D3 tulisannya
diterbitkan. Sejak saat itu bukunya diterbitkan oleh penerbit YA3 Malang dan mulai
saat itulah gairah menulisnya muncul.
Tahun 1990 membuat LKS yang banyak flowchart dan menyediakan cara
mengisinya. LKS-nya setiap diterbitkan sebanyak 25rb eks dengan royalti 30 juta
rupiah. Saat ini ia akan menulis buku MEWUJUDKAN SEKOLAH PARA PENELITI.
Sebenarnya tidak ada orang yang tidak memiliki
kemampuan menulis buku. Semua orang bisa melakukannya. Tapi fakta yang ada adalah orang yang tidak mau menulis
buku.
Mengapa demikian? Menulis itu menuangkan gagasan,
pikiran, dan perasaan, dan kita semua pasti memilikinya. Sama halnya dengan
seseorang yang bisa lancar berbicara. Setiap bertemu orang lain, langsung
berbicara spontan, tanpa pikir. Seharusnya demikian pula dengan menulis. Baik
berbicara dan menulis, keduanya sama, yaitu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan
perasaan.
Bagaimana dengan KITA selaku guru? Yakinlah bahwa KITA
juga pasti BISA menulis. Dari seorang guru menjadi seorang penulis.
Kita sebagai para guru hebat, seyogyanyalah kita
memotivasi diri untuk menjadi guru penulis dan menjadi guru yang visioner.
Menjadi seorang guru yang menghasilkan karya tulisan dalam bentuk buku.
Marilah kita mengepakkan sayap wawasan kita seperti
rajawali. Membangun motivasi kita untuk menulis. Perlu diingat bahwa seseorang tidak
menulis karena:
- Ia belum menemukan alasan mengapa harus menulis.
- Ia tidak tahu atau bahkan belum tahu bagaimana caranya menulis.
Sementara, menulis bisa terjadi karena adanya motivasi,
dan ini tergantung pada motivasi yang ada pada setiap orang. Motivasi dalam menulis
diantaranya:
- Menulis sebagai identitas diri
- Menulis untuk mendapatkan uang/royalty
- Menulis untuk mendapatkan popularitas
- Menulis karena terpaksa, misalnya diwajibkan menulis karena tugas.
- Menulis karena ingin berbagi inspirasi
- Menulis karena ingin menyuarakan kebenaran
- Menulis karena ingin menyebarkan ilmu
Lalu, kemudian? Mari membangun fondasi mimpi kita
untuk sukses menulis dengan memiliki syarat-syarat ini:
- Kita harus memiliki kemauan
- Kita harus memiliki ketekunan
- Kita harus memiliki kenekatan
- Kita harus rajin membaca, dengan banyak membaca maka kita akan siap untuk menjadi seorang penulis. Boleh jadi sebaiknya kita tidak usah menulis jika kita tidak mau membaca.
- Kita harus terus menulis dan jangan takut salah.
- Menulislah dengan jelek dan jangan takut salah, karena orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa. Dan kita harus setuju dengan prinsip ini.
- Menulis itu keterampilan, jadi harus terus berlatih.
- Diantara otak kita yang berjalan lancar dengan tangan kita yang mengetik, jauh lebih cepat otak kita.
Setelah dianggap selesai, mungkin 4 s.d. 6 paragraf, dibaca lagi sambil
membenahi yang salah.
NON-FIKSI
Menulis buku fiksi mungkin merupakan proses menulis
yang agak mudah karena bisa berdasarkan dunia imajinasi kita, namun bagaimana
jika menulis buku non-fiksi? Menulis buku jenis ini memiliki kriteria kemampuan
tersendiri. Nah, bagi kita yang ingin mewujudkan mimpi menghasilkan sebuah
karya buku non-fiksi, maka kita perlu menerapkan kiat-kiat ini:
- Bacalah beberapa buku untuk menentukan layout buku dan gaya beberapa penulis
- Buatlah judul dan kerangka buku!
- Kumpulkan berbagai literatur yang mendukung!
- Lakukan pendalaman materi!
- Mulailah menulis dari bab yang sudah dikuasai!
- Apabila terjadi kemandekan, lakukan lagi pendalaman materi. Masalah kemandegan, belum selesai berhenti, itu karena kurangnya motivasi dalam menulis. Kalau menulis artikel populer, cerpen, puisi harusnya sekali duduk. Malamnya sebelum menulis, penuhi dulu wawasan kita tentang apa yang akan ditulis.
- Menulislah dengan tidak takut salah
- Setelah selesai, lakukan editing dari segi bahasa dan tanda baca!
- Terbitkan!
Tambahan pula, menulis buku non-fiksi bisa tidak berurutan.
Bisa mulai bab 3 atau bab 5 atau bab 1. Tergantung pada materi mana yang telah
kita pahami dan literaturnya lengkap. Beda dengan menulis novel yang harus dikerjakan
secara berurutan.
Biarlah tulisan kita awalnya tidak terlalu bagus. Yakinlah,
dengan terus berlatih akan ada peningkatan, baik dari segi kedalaman isi maupun
bahasa.
Menulis bisa diawali dengan menulis buku kumpulan
puisi, atau buku kumpulan cerpen. Setelah mahir bisa menulis buku umum, atau
buku-buku motivasi dan buku pelajaran.
Mari kita mulai merealisasikan niat kita menulis dan
menerbitkan buku dengan menggunakan jurus sakti dari Imron Rosidi, yaitu jurus 3 P: Paper, Person, dan Place.
- Paper, yaitu mengumpulkan literatur bacaan untuk mendukung sumber informasi dan memperdalam pengembangan ide kita. Sebagaimana pemain sepak bola. Dia bukan hanya harus terus berlatih. Tetapi dia juga perlu vitamin. Vitaminnya seorang penulis adalah buku-buku tentang teori menulis dan hal-hal lain yang berhubungan dengan menulis. Seorang penulis harus memiliki segudang buku. Saat akan menulis, penuhi meja dengan buku-buku yang akan ditulis, misalnya akan menulis buku penelitian, maka kumpullah buku-buku terkait itu.
- Person, yaitu berdiskusi dengan orang-orang yang mengerti tentang apa yang akan kita tulis.
- Place, yakni mendatangi tempat yang aakan ditulis. Misalnya menulis guru blogger Indonesia, maka tentunya harus datang ke kediaman Omjay.
Selanjutnya lanjutkan membuat kerangka buku dan mulai menentukan jenis buku. Tentukan jenis
buku yang akan ditulis, apakah buku: buku pelajaran, antologi cerpen, antologi
puisi, novel, buku agama, buku pendidikan, buku motivasi, buku umum/remaja,
dstnya.
Berikut ini tersaji sejumlah kiat, saran, dan masukan
untuk memperkaya ilmu kita dalam berlatih menulis.
Teknis menulis
buku pelajaran yang menarik di era siswa milenial
Terlebih dahulu lihat siapa pembacanya. Masalah siswa
sekarang lebih suka YouTube karena memang peradabannya sudah seperti itu.
Setiap hari dan detik siswa membuka handphone, bukan membuka buku.
Paragraf
Paragraf itu gabungan kalimat yang koheren atau padu. Tiga
cara agar tulisan kita padu:
- Mengulang kata yang sebelumnya disebutkan,
- Mengganti dengan kata lain yang sama maknanya, dan
- Memberi konjungsi antar kalimat.
Paragraf bisa dimulai dari kalimat utama, yaitu
kalimat yang perlu dijelaskan dan masih bersifat umum. Misalnya, Pandemi Corona menyengsarakan banyak orang.
Kalimat selanjutnya adalah penjelas dari kalimat tersebut. Jadi, berakhir
apabila dianggap penjelasnya sudah cukup. Usahakan maksimal 5 kalimat.
Waktu Wajib
Penulis itu harus mau mengorbankan waktu. Sebagai
contoh, Imron Rosidi, selain sekarang jadi kepala sekolah, ia juga mengajar di
2 pondok pesantren dan 1 perguruan tinggi dan masih sempat melatih pencak
silat. Kapan menulis. Setiap malam dan setiap ada waktu luang. Harus ada waktu
wajib, misalnya malam hari jam berapa s.d. berapa. Tanpa ada waktu wajib
menulis, pasti sulit untuk menjadi penulis.
Menerbitkan buku
di penerbit mayor
Untuk bisa ke mayor, usahakan kita sudah terkenal dulu.
Untuk mengetahuinya bagaimana? Buka google,
ketik nama dan asal. Kalau ada berarti sudah terkenal. Untuk mengetahui visi
misi penerbit, buka google, atau datang
ke toko buku. Cari buku yang selaras dengan buku yang ditulis.
Kenaikan Pangkat
- Buku ber-ISBN nilai 3 dan kalau tidak nilai 1.5
- Kalau puisi lebih dari 20 nilai 2, kalau lebih dari 40 nilai 4. Kalau cerpen lebih dari 10 nilai 2 dan kalau lebih dari 20 nilai 4
- 1 artikel populer bisa dinilai asal diterbitkan.
- Buku yang dinilai adalah buku pendidikan dan pembelajaran serta buku pelajaran.
- Yang diseminarkan hanya laporan penelitian, misalnya PTK saja. PKB lainnya tidak diseminarkan.
- 1 ijazah yang setingkat yang dinilai, ijazah lainnya pada tingkatan yang sama tidak dinilai.
- LKS tidak bisa dinilai untuk syarat naik pangkat.
Daftar pustaka hanya di akhir tulisan. Bisa juga dengan
memberi footnote
Biasanya penerbit mayor tidak menerbitkan buku
antologi yang royoan
Sebagai penulis pemula, ke penerbit indie atau menerbitkan sendiri dulu. Misalnya,
satu buku selesai dan diterbitkan sendiri. Banyak orang beri apresiasi.
Akhirnya tambah bergairah untuk menghasilkan buku-buku selanjutnya. Artinya dengan
biaya sendiri, nanti kalau dirasa tulisan kita bagus, baru kirim ke mayor.
Ingat lihat visi penerbit.
Seorang penulis itu harus selalu mempersenjatai dirinya
denga sebuah pena. Sekarang bisa dengan HP untuk mencatat ide yang muncul tiba-tiba.
Jangan menunda. Terus tentukan, tulis dalam bentuk yang paling
sederhana, misalnya artikel populer. Ini hanya 3 s.d. 5 halaman. Baca terus dan
kirim ke majalah atau surat kabar. Misalnya ke radar dulu. Satu kali terbit
maka nama jenengan akan dicatat oleh
tim redaktur.
Setiap orang berbeda. Gairah dan motivasi, keduanya sejoli
dan berjodoh. Misalnya, ketika ada motivasi aku harus menulis agar siswaku
bangga, saat itu bisa muncul gairah. Gairah ini akan terus bertambah ketika tulisan
kita terbit. Waduh, akhirnya terus menulis dan menulis.
Jika ada penilaian negatif, jadikan sebagai cambuk
untuk membuktikan bahwa tulisan selanjutnya akan lebih bagus. Artinya jadikan
sebagai motivasi.
Passion yang terkait
keahlian atau kesenangan dalam menulis bentuk tulisan tertentu, bisa memotivasi
untuk jenis tulisan lainnya.
Motivasi diri untuk menulis jenis lainnya dengan
mempelajari dulu bentuk tulisan tsb.
Saya menutup tulisan ini dengan frase berikut:
- Menulis itu keterampilan.
- Maka harus terus berlatih.
- Berlatih menulis, bukan belajar menulis.
SELAMAT MENULIS
Mau asik, yuk gabung sama Omjay di link ini.
Bagi bapak/ibu yang ingin menambah wawasan seputar Kenaikan Pangkat guru ASN, silahkan kunjungi link berikut yang berisi materi dari bapak Dr. Imron Rosidi pada kegiatan webinar PGRI
Salam,
Pong_Owen_SMAN 5 Tana Toraja
Tongan liumo te, maruakmo grup te.
BalasHapusTongan liumo te, maruakmo grup te.
BalasHapusTongan liumo te, maroakmo grup te.
BalasHapusTongan liumo te, maroakmo grup te.
BalasHapuslengkap dan tertatarapi...
BalasHapusLuar biasa resumenya. Mantab.
BalasHapusmantap tulisannya kreatif dan rapi
BalasHapusindahnya berbagi, mampir dan tinggalkan jejak di halobelajarsesuatu.blogspot.com
Penyajiannya sangat menarik, dapat menjadi inspirasi sy dengan lay out yang bagus. Mohon jangan lupa visit ke blog saya y supaya saya dapat masukan juga, terima kasih. ini link blog saya: https://naniku2020.blogspot.com/2020/05/motivasi-menulis-buku-dan-berprestasi.html
BalasHapus