Sarapan
pagi ini sederhana namun terasa istimewa. Sederhana karena terdiri atas nasi
yang dicampur irisan-irisan kecil singkong, segelas mie gelas, bawang goreng
khas Palu dan sepotong ikan terbang goreng (ikan gorengnya keburu terbang ke
mulut….hehehe). Tak lupa secangkir Kopi Toraja menemani.
Dalam
bahasa Toraja bagian selatan, nasi jenis ini disebut “nasu sasa’ doa’ “,
artinya nasi yang dicampur dengan irisan singkong sebesar biji jagung. Ide
memasak nasi ini muncul selepas pulang dari kampung, dan diberi sekarung kecil
singkong oleh ibu saya.
Sampai
di rumah, saya kupas dan iris kecil-kecil. Kebiasaan memasak jenis nasi ini
selalu saya lakukan sewaktu masih single, belum berkeluarga. Selain ekonomis,
nasi ini selalu menggungah selera makan saya. Ada aroma klasik yang khas,
perpaduan antara aroma nasi dan singkong, sulit untuk diceritakan aromanya.
Dimakan
dengan ikan terbang goreng,…..duh..nikmatnya sampai di ubun-ubun. Sambil
mengecap asinnya sayap ikan terbang, nasi pun tiada henti menerobos ke mulut.
Oya,
dalam bahasa kami, wilayah Toraja perbatasan Enrekang, ikan terbang kami sebut
“kanjilo”. Ikan legendaris pemberi kenikmatan laut bagi masyarakat pedesaan.
Dan…seiring
selesainya tulisan ini, ternyata nasi saya telah habis….. mie gelasnya amblas
dihantam anak saya…hehehe
Salam
dari desa. Salam sehat. Cintai makanan ekonomis kita.
wow..sarapan klasiknya...unik dan menarik pak yulius
BalasHapussarapan klasiknya .unik..menarik pak yulius
BalasHapussarapn klasiknya ..unik dan menarik..pak yulius
BalasHapusKopi toraja yg benar2 nikmat pak...selalu terbayang wanginya. Ikan terbang sy blm tau. Pasti enak ya pak?
BalasHapus