Self Driving for Teachers, webinar
dari PB PGRI bekerja sama dengan Rumah Perubahan dan Mahir Academy telah
memasuki hari kedua, dan tak terasa Belajar Menulis Gelombang 8 telah memasuki
pertemuan kesekian kalinya, saya tidak menghitung sudah pertemuan ke berapa,
tapi hari ini berbagi pengalaman dari bapak Ukim Komarudin, seorang penulis
buku Guru Juga Manusia. Pemilik alamat email: ukimlabs@gmail.com berbagi Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor.
“Saya
sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon maaf apabila yang saya
sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi
dalam kesempatan seperti ini. Mohon doanya, semoga bermanfaat.”
Demikianlah pak
Ukim menyapa seluruh peserta guru-guru hebat Indonesia dalam grup Belajar
Menulis Gelombang 8 binaan guru blogger ternama Indonesia, bapak Wijaya Kusumah
(Omjay).
MENULIS ADALAH EKSPRESI PRIBADI
Menulis
merupakan ekspresi pribadi. Menulis adalah potret diri kita, karenanya kita
harus menulis dengan jujur dan sejujur-jujurnya. Menulis adalah sarana atau
tempat mencurahkan segala bentuk kegelisahan. Karena menulis adalah curahan
perasaan maka kita tidak boleh merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan
yang kita hasilkan. Selain itu, jangan pernah pedulikan apapun yang menjadi
trending topik khalayak umum tentang tulisan kita. Intinya fokus menulis, menulis, dan menulis
apa saja. Mengapa harus fokus? Karena menulis adalah kebutuhan. Semakin banyak menulis,
maka kita akan menemukan sesuatu yang lebih tentang "kita". Semakin
terbiasa kita menulis, maka kita kan merasakan bahwa ada yang hilang dalam diri
kita ketika kita tidak menulis. Menulis apa adanya, karena itulah apa adanya
diri kita.
MENULIS APA SAJA
Apa
yang harus ditulis? Jawabannya adalah menulis apa saja. Artinya apapun yang
bisa ditangkap alat indra kita bisa jadi sumber tulisan. Nah, jika berperan
sebagai guru, maka kita bisa menulis tentang materi pelajaran, perilaku anak
didik kita, kolaborasi antar guru, tulisan beragam kegiatan harian, atau
menulis liputan kegiatan yang dimuat majalah atau surat kabar, atau menulis
buku harian. Intinya menulis apa saja karena hasil tulisan itulah yang
digambarkan oleh pengalaman diri kita setiap hari.
Bagaimana
cara menjadi penulis?
- Mulailah menulis
- Pilih tema tulisan dan cara memaparkannya.
- Rajinlah membaca. Pertajam wawasan dan penguasaan materi, termasuk teknik penulisan.
- Terus motivasi diri. Yakinkan diri untuk mampu menyelesaikan tulisan.
- Selesaikan tulisan. Rapikan karya agar siap untuk diulas oleh penerbit dan diterbitkan.
TULISAN ITU GENIT
Tulisan
genit. Kok bisa ya? Semakin terbiasa menulis dengan jujur apa adanya, maka tulisan-tulisan
itu lambat laun akan mulai dilirik orang, minimal orang-orang terdekat kita, misalnya
teman-teman guru atau teman-teman kelompok kegiatan kemasyarakatan. Biarkan
saja mengalir hingga muncul satu dua orang berkomentar: “Tulisannya bagus,
emotif, menghanyutkan, aku dibuat terlarut membacanya, pikiranku menerawang.”
Tepatlah
yang dikatakan pak Ukim, “Kata mereka, tulisan saya dapat membuat pembaca larut
dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah
dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan saya dapat
dijadikan ceramah atau kultum, dsb. Nah, inilah kegenitannya tulisan, mampu
mencolek orang-orang yang sebelumnya mungkin tidak peduli.
“MENGHIMPUN YANG BERSERAK” SEBUAH
LANGKAH PASTI MENUJU PENERBIT
Ini
adalah judul buku karya pak Ukim. Simak cerita beliau bagaimana menghasilkan
buku fenomenal tersebut, yang didasari oleh komentar-komentar pembaca terhadap
tulisan-tulisan ‘genit’ beliau. “Karena komentar tersebut, saya mencoba
membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena
saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema
besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran orang dewasa (guru) dari
anak-anak ‘cerdas’ yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam
kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul
buku tersebut, ‘Menghimpun yang Berserak.’
Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan
yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain
(pembaca).
Pada
saat yang sama waktu itu, pak Ukim yang kebetulan menjadi penanggung jawab
penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama
(berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Selanjutnya beliau
menjalani wawancara terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku
mata pelajaran dan buku kedua tentang buku pribadinya, ‘Menghimpun yang
Berserak.’ Dalam kesempatan interview itulah beliau banyak mendapatkan
pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
PELAJARAN TAK TERDUGA: YANG
MENGINTERVIEW ADALAH EDITOR
Sukses
menembus penerbit mayor untuk menerbitkan buku, kadang prosesnya tidak seperti
yang kita pikirkan. Seperti yang diutarakan oleh pak Ukim, terdapat pelajaran
atau informasi yang awalnya akan membuat kita tidak nyaman karena menabrak
prinsip menulis kita. Misalnya saja pertanyaan-pertanyaan yang dialami oleh pak
Ukim seperti ini:
- Apakah ketika saya menulis buku ‘Menghimpun yang Berserak’ ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?"
- Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?
- Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst.
Ternyata
dibalik semua itu ada bongkahan ilmu pengetahuan yang didapatkan pak Ukim,
sekaligus kita sebagai pembaca dan penulis ikut mendapatkannya. Di tubuh
penerbit terdapat tim yang akan menyebabkan karya kita dapat dinikmati orang
banyak. Di sana akan ada orang sebagai garda terdepan penerbit, yaitu editor,
yang siap dengan segudang pertanyaan menggelitik. Editor inilah yang membantu
memperbaiki tulisan kita sekaligus penentu apakah naskah tulisan kita layak
diterbitkan atau sebaliknya. Jika nanti naskah tulisan kita bisa melewati
editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian
gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya.
Dari pengalaman interview pak Ukim, disimpulkan bahwa dalam penerbitan buku, selain penulis terdapat Tim Editorial yang menjadi salah satu kunci sukses tidaknya buku diterbitkan, mereka adalah:
- Editor
- Desainer
- Ilustrator
- Layouter
Naskah disiapkan penulis dan tim editorial memperindahnya dengan gambar dan settingan lainnya. Naskah disini adalah hasil karya yang menjadi tanggung jawab penulis dalam penerbitan sebuah buku. Seluruh kebutuhan naskah, misalnya gambar, foto, infografis, dll; diatur oleh editor sebagai pengawal naskah, dan dibantu oleh desainer, ilustrator, serta layouter untuk menyelesaikannya.
Penulisan naskah bisa
dilakukan secara kelompok. Kriteria Naskah yang layak terbit antara lain:
- Naskah harus merupakan karya asli
- Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
- Memiliki jalan cerita yang menarik
- Naskah ditulis dengan rapi (logis dan sistematis)
- Memiliki peluang pasar yang baik
- Tidak menimbulkan kontroversi, terutama berhubungan dengan moral dan agama
- Tidak merupakan karya plagiat
- Lengkapi dengan sinopsis
- Sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yang dimiliki dibandingkan dengan buku-buku bertema serupa yang sudah beredar di pasar.
Kondisi naskah yang Prima:
- Ide Orisinil
- Materi dapat dipertanggungjawabkan, bukan plagiat.
- Tulisan Siap Baca
- Komprehensif, alur tulisan baik, bahasa mudah dipahami target pembaca yang dipilih, EYD sempurna.
- Penting & Perlu
- Informasi yang disajikan up to date dan berguna.
- Lengkap dan Jelas
- Sudah diketik komputer, dilengkapi print out, sinopsis, foto/ilustrasi orisinil, dan proposal target pembaca.
Nah, bagaimana
mengirimkannya? Prosedur pengiriman naskah yaitu apabila naskah telah memenuhi
kriteria-kriteria di atas, naskah dikirimkan dengan prosedur (lengkap) berupa print out atau dalam bentuk CD ke:
Departemen Editorial Penerbit dengan menyertakan informasi:
- Surat pengantar.
- CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap, nomor telepon, dan alamat email yang dapat dihubungi.
- Naskah dapat dikirimkan melalui pos atau diantar langsung ke alamat penerbit dengan mencantumkan genre tulisan pada amplop.
Jika dalam waktu 3 bulan
tidak ada konfirmasi dari pihak Penerbit, maka naskah tersebut tidak lolos
seleksi penerbitan. Apabila naskah layak terbit, penerbit akan memberikan kabar
via surat dan telepon, dan dilanjutkan dengan pengajuan pembayaran.
TINDAK LANJUT
Pak
Ukim melanjutkan untaian pengalamannya demikian, “Oleh-oleh itulah yang
menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang
umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan
pikiran ke buku ‘Menghimpun yang berserak.’ Yang menenangkan, editor
menceritakan bahwa semua hal menyangkut buku saya selalu dalam konfirmasi.
Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.”
Demikianlah
pak Ukim menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatifnya,
yakni menerima dami atau calon buku
yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Beliau gembira sekali menerima
buku dami itu. Saking gembiranya, beliau
menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak terimanya.
Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang beliau menulis bukan karena
royalti.
Sampai di sini, dapat dikatakan bahwa pembuatan buku memiliki alurnya sendiri, yaitu:
Sampai di sini, dapat dikatakan bahwa pembuatan buku memiliki alurnya sendiri, yaitu:
- Penulis menyusun naskah lalu mengirimkannya ke penerbit.
- Editor menyaring naskah.
- Penulis melengkapi data administrasi & kontak
- Editor mengawal naskah, mulai dari proses koreksi, penambahan ilustrasi hingga pembuatan sampul.
- Naskah ditata letak sesuai kebutuhan cetak.
- Setelah itu masuk proses pencetakan.
- Terakhir, proses distribusi.
- Mencari dan menyeleksi naskah penulis
- Mengawal naskah mentah hingga menjadi buku
- Melengkapi data administrasi penerbitan naskah
- Mencari gambar untuk melengkapi isi buku, jika diperlukan.
- Mengoordinasikan kebutuhan ilustrasi dan foto kepada desainer dan ilustrator.
- Bekerja sama dengan layouter untuk rancangan tata letak dan perubahan konten seiring koreksi.
- Membantu proses promosi buku.
- Membuat sampul buku yang sesuai dengan isi buku dan menarik perhatian pembaca.
- Berkoordinasi dengan editor untuk kebutuhan desain seperti template naskah, foto, infografis, dll.
- Membuat alat promosi penerbitan untuk buku seperti flyer, brosur, dll.
- Membuat gambar sesuai dengan kebutuhan isi buku.
- Gambar harus bagus dan menarik
- Menyatukan tulisan dan gambar dalam halaman buku sehingga enak untuk dibaca.
- Berkoordinasi dengan editor untuk setiap koreksi dan perubahan-perubahannya
- Menyiapkan segala kebutuhan berkas-berkas digital yang diperlukan oleh bagian percetakan.
Sangat penting juga
mengetahui mengapa suatu naskah ditolak penerbit. Tertolaknya naskah disebabkan
sejumlah faktor, yaitu:
- Kurang nilai ekonomisnya
- Materi/Judul tidak sesuai dengan fokus bisnis Penerbit
- Sudah ada buku sejenis di Penerbit
- Penulis tampak kurang menguasai materi
- Penulis tampak tidak mampu menuangkan idenya dengan baik, sekalipun penulis menguasai materi.
- Penuhnya kapasitas produksi Penerbit (masuk dalam penundaan terbit)
Akhirnya,
pak Ukim mendapat konfirmasi, ketika beliau mendapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku beliau.
Pertama, beliau menerima buku pribadi, jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut
berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, beliau diajak bicara terkait dengan
teknis launching Buku ‘Menghimpun
yang Berserak.’ Launching buku adalah
salah satu tips bagaimana membuat bukunya laku. Saat itu beliau merasa sangat
bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti ke penerbit. Ketiga, beliau
diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan
pertama tersebut dan kurang lebih 6 bulan kemudian beliau baru akan mendapat
royaltinya. Untuk hal tersebut juga beliau mengatakan bahwa tidak pandai
memberi masukan.
Terkait royalti, penerbit
dan penulis memiliki sistem kerja sama yang terjalin dalam bentuk:
- Royalti. Besaran royalti 6-10%, sangat bergantung dari naskah, yakni materi, luas pasar, juga kredibilitas penulis. Royalti dibayar setiap 6 bulan sekali setelah buku terbit.
- Pembelian naskah. Naskah juga dimungkinkan untuk dibeli dengan sistem beli putus, dengan perlakuan khusus.
Peran
selanjutnya setelah buku diterbitkan adalah mengusahakan buku dapat dinikmati
orang lain. Menurut pak Ukim, waktu bukunya terbit agak sulit mempromosikan
buku karena media sosial belum sedahsyat sekarang. Kebetulan beliau adalah
seorang pembicara, maka beliau berupaya menjual buku-bukunya pada setiap kesempatan
beliau menjadi pembicara.
Pengalaman-pengalaman
seperti ini akan sering dialami ketika menerbitkan buku entah itu pada edisi
selanjutnya atau pada penerbitan buku yang baru.
Demikian
pengalaman singkat dari bapak Ukim Komarudin yang luar biasa.
Untuk
melengkapi pengetahuan terkait menerbitkan buku di penerbit mayor, mari
menyimak tips, saran dan masukan dari pak Ukim dalam diskusi versi menari di
atas tuts keyboard dan tuts handphone.
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari
Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria layak atau tidaknya sebuah buku
dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Ibu Ratna yang baik. Memang ada
kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata
pelajaran, biasanya mereka mencari buku:
- Menunjukkan penggunaan pendekatan baru;
- Lebih lengkap;
- Penulisnya memang berkualifikasi luar biasa;
- Naskah renyah (enak dibaca); dan
- Diutamakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
Assalamualaikum Om Ukim yang budiman,
perkenalkan saya Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya tentang
pengalaman om Ukim dalam tulis-menulis:
- Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
- Media apa tempat mempublish tulisan om pertama kali.
- Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, dan buku best seller tersebut berapa exsemplar laku dan berapa om dapat royalti dari buku tsb.(maaf agak privasi)
- Dari awal mulai om menulis sampai sekarang, ada ndak berubah motivasi om Ukim dalam menulis,
- Saat om di intervew sama siapa, dan apa hal yang sangat berkesan dari intervew tsb.
- Keseharian om Ukim seperti apa kesibukannya.
- Apakah buku karya om Ukim semua diterbitkan di mayor?
- Buku Mengumpulkan Yang Berserakan tersebut berapa naskah semua, naskah mana yang paling berkesan dan berapa lama menulis buku tersebut?
Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6
bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah
direvisi ulang.
Saya menulis di buletin sekolah,
kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
Buku
Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media
sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya
mendapatkan berkah dari medsos itu.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih
banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang
bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya
tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah Maha Pengasih.
Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Yang interview dari dulu sampai kini
sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan
ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal
membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak
saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang
diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya.
Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin. Jika
menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan
judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis
di penerbit mayor, akan ditawari kerja sama lagi setiap tahunnya? Mohamad Soni
Jombang
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika
bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai
bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh
beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga
pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau
prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi.
Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran
berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?
Saya, Sri Budi Handayani dari Gresik
mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit?
Ibu
Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras
energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri
saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat
konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan
menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai
kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya.
Saya dulu menulis banyak novel, dan
cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan. Bagaimana cara mengatasinya?
Pertanyaan kedua, saya suka menulis
novel. Tapi, kenapa saya terus mengulang-ulang kesalahan yang sama. Misalnya
tokoh terlalu banyak, jalan cerita mudah ketebak, bagaimana cara mengatasinya?
Pertanyaan ketiga, saya mempunyai
asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas. Alasan
saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan
menjadi suka menggambar. Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut
pandang bayak orang, tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan keempat, karena banyak orang
yang membatu saya, apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan
penulis?
Harus menempatkan diri sesuai stamina
dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau marathon,
pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan
akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar).
Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang
memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari
itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah
tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Saya tipe orang yang sering
menyembunyikan karya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka
membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran
anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering
serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu
bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya, ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri
sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan
bapak nggak laku di pasaran, tapi bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu
masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan
orang.
Membaca yang banyak dan siapa saja yang
Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi
diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti
... tapi dalam dunia imajinasi itu sah. Namanya terinspirasi.
Nama : Makhmud. Asal : Gempol,
Pasuruan. Boleh tanya pak, saya baru akan menulis buku, pengalaman bahan untuk
menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan, bagaimana memulai
menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis?
Pak Makhmud yang berani, Mulailah
menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya
seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko
buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli
buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari
Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah
banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ,
bapak punya standar sendiri.
Ass. wr wb. Saya Hetty Setyoningrum dari
SMPN 1 Kaloran Temanggung, Jawa Tengah...ingin bertanya adakah tips dan trik
agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? Bagaimana cara
menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis (memulainya)? Terimakasih. Wass.wr.wb.
Sahabatku Hetty, penulis yang baik
memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis.
Saya setuju dengan himbauan menulislah
setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif)
pasokannya adalah membaca (receptif).
Menulis saja. Dengarkan respons dari
sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih
baik.
Yulius Roma - Tana Toraja: Luar biasa
pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak
tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa
sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
Yulius yang baik, pada akhirnya kita
akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulius akan menemukan
warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulius
memuji tulisan Yulius, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan
dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di
jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik
Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan
jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulius."
Nama saya Fatma Eviana dari Pati. Mohon
pencerahan. Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yg
ditentukan seperti menulis penulisan karya ilmiah? Jika memang ada mohon penjelasan.
Betul, Ibu Fatma. Semua tulisan ada
pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir,
kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang
pada pagunya.
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin
sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan
saya, dibaca sendiri aja, masih acak2 an baik bahasa maupun ejaan penulisannya.
Apakah tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yg
belum sesuai?
Penanya yang budiman, memang semuanya
perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan.
Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan
membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah
berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian
lama berproses.
Siang.. saya Kaswati dari SMKN 1
Nglegok Blitar. Mau bertanya bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang
kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa
di minati para pembaca utamanya kaum pelajar? Terimakasih.
Ibu Kaswati, mulailah dengan modul atau
serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan.
Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi
hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait
banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan
menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.
Assalaamu'alaikum pak Ukim. Saya Sri
Indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang di dalamnya
banyak gambarnya, tetapi saya hanya bisa menggambar sebatas kemampuan saya. Yang
saya tanyakan, apakah penerbit akan memperbaiki gambarnya jika bukunya diterima
oleh penerbit?
Ya, Bu. Awalnya mereka akan melihat
substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain,
apalagi yang sifatnya lipstik, mereka
lebih punya stok dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang
masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu, mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.
Suminarsih. Pemalang. Pertanyaan: Dari
Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk
pemula tentu harus penulis yang mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana
prosesnya?
Ibu Suminarsih bisa datang sendiri ke
penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan
maksud Ibu; dan (2) Naskahnya. Ingat,
jangan file, tetapi print outnya.
Minta tanda terima jika mengantar
langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika
mendapatkan nomor kontak editornya.
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak.
Alhamdulillah saya sadah baca buku bapak Menghimpun Yang Berserak. Karya yang
luar biasa. Yang mau saya tanyakan Pak, dominannya apa hal yang paling banyak
dikoreksi oleh pihak editor dan kiranya apa trik bagi saya penulis pemula agar
basa meminimalisir hal itu? Terima kasih.
Pak Candra, kebetulan saat itu
penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta
persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab
illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik.
Kalau bapak ada karya yang mau
ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di Bapak.
Selamat sore pak Ukim, saya Grefer
Pollo dari Kupang, NTT. Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan
kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan
penulis) sebagai editor? Terima kasih.
Pak Grefer, maksudnya dalam keseharian
tugas Bapak sebagai editor, ya? Wah itu hebat, Pak. Sebab Bapak sudah tahu apa
yang harus Bapak kerjakan. Adapun ada orang lain yang mau dan mampu mengedit
tulisan Bapak, itu nasib baik. Semoga Tulisan bapak menjadi lebih berkualitas.
Salam sejahtera pak Ukim. Saya
mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan
kondisi. Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak
sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui pertama kali untuk mengantarkan
apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak; Punyaku
kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil. Mula-mula pimpinan penerbit
tidak percaya kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian
dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan. Beruntungnya,
saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru,
namun kelihatan pula keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya
sadar. Saya datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah
sebagai penulis. Belum lagi penilaian apakah saya berdompet. Semua itu saya
alami. Akhirnya melalui proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun
2015, minta penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200
eksemplar. Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin
daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca.
Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas kampung. Itu romantikanya
saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak. Hari ini bapak Ukim berbagi
pengalaman, saya ingin bertanya, bagaimana bapak membangkitkan minat baca
lingkungan sekitar bapak? Roni Bani _Kab Kupang.
Pak Roni Bani, yang pekerja keras.
Saya merasa malu membaca pengalaman
Bapak yang luar biasa. Saya tidak punya kesulitan yang berate dibanding
pengalaman bapak yang berbelit untuk menghasilkan karya. Saya yakin harus ada
terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas
teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi
“berbuah” banyak.
Bapak yang ulet, berusahalah bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa
menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya. Semoga Bapak
beruntung.
Sri sulastri dari SMKN 2 Bojonegoro,
jatim. Kenapa editor ada yang tidak mengedit naskah buku?
Ya, Bu Sulastri. Mungkin ada editor
yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita
jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah. Celakanya, pengalaman saya itu
tanda-tanda penerbit tak berkualitas.
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari
Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku
yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih
dahulu?" Terima kasih.
Interview itu tanda-tanda naskah kita
dilirik. Berbahagialah Ibu karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru
gaya saya yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian saya baru menanggapi,
saya masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan
oleh mereka tanpa kabar.
Assalamualaikum. Saya Ika Siswati dari Tangerang.
Mau bertanya kepada bapak Ukin mengenai sistem kerja sama yang saya baca di
power point, di situ dituliskan bahwa sistem kerja sama itu ada royalti dan
pembelian naskah. Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak? Terima kasih.
Ibu Ika, ada dua sistem kerjasama.
Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta
buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai
pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau
keuntungan sisanya milik penerbit.
Kedua, naskah dibeli oleh penerbit.
Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah
anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
Saya Rachmi dari Banyuwangi. Jujur saya
gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal spt sekarang mengikuti
belajar menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin, apakah ada
syarat2 khususnya? Terima kasih pak Ukim.
Ya, Ibu Rachmi. Tanyakan kepada
pengasuhnya atau contek naskah bulletin yang telah ada. Umpamanya, yang saya
tahu. Naskah paling banyak 4 halaman HVS ukuran A4 diketik spasi ganda dengan margin standar. Biasanya seperti itu.
Baik juga jika Ibu bertanya kepada pengasuhnya.
Assalamu'alaikum, Saya Suminar. Dari
Tangerang. Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak
mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah
kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis. Terima kasih.
Sdr. Suminar,
Saya mulai menulis sejak mahasiswa
tahun terakhir. Saya mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang
kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, saya mencuri cara berpikir dan
berproses dia sejak awal. Dan saya berhasil.
Terimakasih. Saya Naharuddin NTB. Terkait
dengan karya tercetak jadi buku yang kemudian menjadi buku judulnya "Menghimpun
Yang Berserak", sepertinya saya punya karya berserak berupa artikel koran,
apakah ada peluang dibukukan? Tulisannya tidak boom pak.
Bapak Naharuddin yang baik,
Wah itu hebat, Pak. Sejumlah artikel
itu Bapak kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian bapak lengkapi sesuai dengan isu
kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong Pak jangan
disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, Bapak sudah setengah
jalan tuh.
PENUTUP:
Ada
kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya
jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal
jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan
menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
SELAMAT MENULIS.
Semoga membawa manfaat
banyak pelajaran penting dalam menulis yg kita dapatkan hari ini
BalasHapusmari kita belajar dari pak ukim
BalasHapusWow, lengkap banget dan banyak ilmu yg didapat, .
BalasHapus