“Ketika bukumu ditolak,
maka segeralah memperbaiki isi bukumu dan jangan ditunda. Perbaiki dan teruslah
perbaiki, lalu pergilah ke toko buku. Lihatlah buku-buku best seller di sana.
Dari situlah kamu akan bertemu rahasia buku itu laku. Kalau anda tak sempat ke
toko buku, belilah buku secara online, lalu pelajari isi buku, sehingga anda
menemukan rahasianya. Dari situlah anda akan bisa menerbitkan buku-buku
bermutu. Anda tidak perlu mencari penerbit, karena penerbit yang akan mencari
anda, karena tulisan anda sangat menginspirasi.”
Kata Omjay, sedih rasanya
bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Ia sendiri pernah
merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini!
(sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini,
hihihi.
Namun perlu kita ketahui. Omjay
termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah bukunya ditolak para
penerbit mayor, ia tidak putus asa. Ia akan menerimanya dengan lapang dada. Ia
menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.
Berkali kita gagal lekas
bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh.
Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang
tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah
sukses menerbitkan bukunya.
Pengalaman Omjay, ia perbaiki
tulisannya. Kemudian dibacanya kembali. Beberapa teman yang dipercayanya, ia
minta untuk memberikan masukan. Hasilnya, bukunya menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hatinya kala itu terasa terobati.
Adem....
Menulis itu ibarat seorang
mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat
mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang
ditolak proposal desertasinya.
Omjay sangat berterima
kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang ia susun. Dengan begitu buku yang ia susun menjadi
layak jual. Coba kalau seandainya naskah bukunya langsung diterima, pasti
banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Bukunya
terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.
Gagal adalah proses menuju
sukses. Ya, ini salah satu kiat untuk tabah menulis.
Omjay jadi banyak belajar
sejak buku ditolak penerbit mayor. Ia perbaiki dan terus perbaiki sehingga
naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Ia pantang
menyerah. Ia belajar dari penolakan. Ia pergi ke toko buku dan membaca
buku-buku best seller. Dari sanalah ia
akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.
Saat itu Omjay semakin
menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang
untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak
ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang
berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.
Ketika buku Anda ditolak
penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika Anda terus
menulis, maka tulisan yang dihasilkan akan semakin tajam dan menendang. Pasti
tulisan Anda akan layak jual. Pasti tulisan Anda akan banyak dibaca orang. Kuncinya
satu, mau belajar dan pantang menyerah.
Perbaiki dan terus
perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan buku Anda tanpa kamu keluar
uang satu senpun. Anda pun tersenyum ketika royalti buku mencapai angka yang
fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah Anda dapatkan bila bukunya laku
keras. Seperti royalty buku yang telah diterima Omjay.
Menulis adalah pekerjaan
menuju keabadian. Kita sudah mati, tapi buku kita abadi, misalnya buku karya Buya
Hamka.
Tulisan ditolak penerbit
mayor karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya
calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan
laku. Rasa percaya diri itu dibangun melalui proses terus-menerus, dan jatuh
bangun. Seperti Anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda, tapi kalau
sudah bisa ya enak enak saja.
Untuk menerbitkan buku
dari kumpulan resume yang telah dibuat, maka segera kumpulkan dari pertemuan
pertama sampai terkhir, gabung dalam satu file. Kemudian lihat buku-buku yang sudah
diterbitkan Penerbit ANDI, kemudian tawarkan ke Penerbit ANDI.
Dalam menulis, Anda bisa
belajar fokus untuk menulis buku motivasi dan kisah inspiratif karena buku ini
masih banyak pembelinya.
Pada awal menulis buku,
Omjay mengirimkan dalam bentuk cetak dan dijilid, setelah itu ia tawarkan ke
penerbit, tapi sekarang penerbit yang cari Omjay, sehingga ia cukup kirim email
saja ke penerbit.
Omjay memiliki buku yang
pernah ditolak penerbit mayor. Ia tidak putus asa dan terus bersemangat untuk
memperbaiki isi bukunya. Pada akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku itu,
Omjay keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.
Menerbitkan buku di
penerbit indie dengan biaya sendiri ada
fasilitas layout buku layaknya buku yang
diterbitkan di penerbit mayor. Tapi Anda perlu keluar uang. Kalau di penerbit
mayor, Anda tinggal terima beres. Bahkan cover
dan layoutnya sangat menarik sekali,
sehingga banyak orang yang beli bukunya.
"Jika buku ditolak penerbit
Mayor, maka nikmatilah itu sebagai
sebuah tantangan dan jadikan sebagai petualangan yang belum berakhir.
Semakin dinikmati menulis, semakin mengalir rasa dari tulisan Anda."
Tak lupa saya sekeluarga mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN buat Istri Tercinta dari Omjay. Senantiasa diberkahi, Salam Sehat.
Salam Literasi. Selamat Menulis.
@pong_owen
Super sekali
BalasHapusKeren banget
BalasHapusKeren banget
BalasHapusWow keren pak
BalasHapus