Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pertemuan dalam Komunitas Praktisi SMAN 5 Tana Toraja |
Sebagai upaya penerapan dan implementasi pengambilan keputusan yang
berpihak pada murid selaku pemimpin pembelajaran, langkah konkrit yang saya
ambil adalah mengintegrasikan bagian dari paradigma dan prinsip dilema etika
serta langkah pengujian keputusan pada setiap kegiatan formal maupun kegiatan
informal di sekolah. Mengefektifkan peran komunitas praktisi di sekolah sebagai
wadah berbagi praktik baik.
Ketika saya
berada dalam sebuah situasi yang mengandung unsur dilema etika langkah-langkah
yang akan saya ambil antara lain saya akan mengontrol diri saya terlebih dahulu
melalui pendekatan sosial dan emosional, mengidentifikasi secara rinci masalah
yang ada dengan melakukan coaching pada diri saya. Dengan harapan bahwa
melakukan tindakan sosial emosional dan coaching pada diri sendiri akan lebih
membuat diri saya fokus dalam menganalisis pokok permasalahan dan rencana
tindak lanjut solusinya. Efektifitas keputusan yang saya ambil dapat terukur
dari teridentifikasinya empat paradigma dilema etika, tiga prinsip dilema
etika, dan 9 langkah pengujian keputusan yang saya ambil.
Sementara yang menjadi langkah awal adalah menguji kemampuan saya dalam
menentukan keputusan yang benar berpihak kepada murid dalam aktivitas
keseharian mengajar di sekolah. Saya memegang prinsip bahwa ketika sudah baik
adanya pada diri saya, maka akan baik pula bagi murid saya. Salah satu tindakan
nyata yang saya lakukan adalah pada beberapa waktu yang lalu, guru Bahasa
Jerman meminta untuk menggunakan jam mengajar saya. Menurut guru bersangkutan
materinya masih sangat banyak. Berat hati untuk memberikan jam mengajar
tersebut. Lalu saya menanyakan kebutuhan lain terkait penggunaan jam tersebut.
Tak lupa saya juga berkomunikasi dengan murid di kelas. Awalnya juga murid
menolak, tetapi setelah menerima semua masukan akhirnya kami sepakat. Dalam
proses perbincangan agak lama tersebut diambil keputusan bahwa, jam mengajar
tidak diambil tetapi ditukar waktunya. Guru Bahasa Jerman masuk pagi sementara
saya masuk siang, bertukar jam mengajar. Dengan demikian kebutuhan belajar murid tetap terlayani.
Dalam diskusi kami tersebut saya ikut melibatkan langkah pengujian pengambilan keputusan, dan ternyata sangat membantu.
Saya sudah melakukan praktik-praktik pengambilan keputusan yang berpihak
apda murid sebagai pemimpin pembelajaran sejak minggu pertama mempelajari
materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Bahkan saya integrasikan ke dalam rapat-rapat komunitas
praktisi dalam penyusunan visi dan misi sekolah. Yang intinya dalah rumusan
visi dan misi sekolah untuk kepentingan murid. Kemudian, praktik baiknya akan
saya upayakan untuk selalu terjadi dalam setiap tindakan saya terutama pada
hal-hal yang dilematis, baik di sekolah, keluarga, komunitas dan lingkungan.
Dengan demikian pribadi saya senantiasa terlatih.
Komunitas Praktisi menjadi wadah perumusan visi dan misi sekolah dalam bingkai pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
Cara saya menerapkan pengambilan keputusan tersebut
pada lingkungan sekolah saya, pada murid-murid, pada rekan sejawat yaitu
melalui pengambilan keputusan yang tidak berpihak pada kepentingan pribadi saya
dan kelompok tertentu. Keputusan yang saya ambil lebih tertuju pada keputusan
yang benar-benar berpihak pada murid. Walaupun keputusan itu diputuskan dalam
kelompok di sekolah tapi tujuannya adalah untuk kebutuhan belajar murid. Sebagai
contoh, minggu ini sebagai CGP, saya bersama dua rekan CGP lainnya mendampingi
rekan-rekan guru dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah. Mulai dari
perumusan visi sekolah, indikator visi, misi sekolah hingga tujuan sekolah
berlangsung dalam suasana penuh perdebatan. Banyak kata-kata menarik yang
masuk, seperti unggul, kompetitif, disiplin, berprestasi, dll. Semua usulan
yang masuk memiliki dasar pemikiran dari masing-masing guru. Di sini saya
menganjurkan untuk memperhatikan nilai-nilai kebajikan dan Profil Pelajar
Pancasila sebagai dasar penentuan visi dan indikatornya.
Pertimbangan-pertimbangan yang ada dan pengambilan keputusannya alot,
sebenarnya secara implisit telah melibatkan sembilan pengujian di dalamnya.
Nah, pada kondisi-kondisi lainnya ke depan, saya akan menganalisis nilai-nilai
yang saling berbenturan terlebih dahulu, lalu menerapkan empat paradigma dilema
etika, tiga prinsip dilema etika, dan 9 langkah pengujian keputusan di setiap
saat saya mengalami kejadian yang memuat unsur dilema etika.
Orang-orang yang
akan membantu saya antara lain murid, rekan sejawat, guru BK, dan kepala
sekolah serta siapapun yang terkait dengan kondisi permasalahan. Istri dan anak-anak saya menjadi bagian integral
dari kedewasaan saya mempraktikkan metode pengambilan keputusan yang berpihak pada murid sebagai pemimpin pembelajaran ini.
Salam Guru Penggerak
Salam Merdeka Belajar