Yulius Roma Patandean, S.Pd., lahir di Tana Toraja, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja.
Belajar dari rumah (BDR) merupakan salah satu tindak lanjut anjuran pemerintah untuk memotong rantai penyebaran COVID-19. Sekolah menyelenggarakan BDR artinya sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Bagaimanapun opsi mengumpulkan siswa di sekolah untuk proses pembelajaran masih menjadi pertimbangan serius. Terutama untuk wilayah dengan zona orange, merah hingga hitam pandemi COVID-19.
Di awal tahun 2021, tepatnya pada awal bulan Februari ini, program Belajar Dari Rumah (BDR) masih menjadi opsi pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan. BDR dilaksanakan dalam dua acara, yakni Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) daring (online) dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) luring (offline). PJJ daring mengutamakan ketersediaan sumber daya internet, smartphone dan paket data. Sementara PJJ luring memanfaatkan layanan radio, TV Edukasi, modul, hingga pemanfaatan video pembelajaran dan sumber belajar lainnya di lingkungan peserta didik.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) harus diakui sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis digital. Digitalisasi turut pula mendorong lahirnya konten-konten video pembelajaran yang berkualitas. Tak bisa dipungkiri bahwa di masa akan datang, video pembelajaran akan banyak memuat bahan ajar berbasis real life, seperti video praktik Biologi berbasis virtual reality (VR). Jika saat ini pembelajaran di laboratorium sebatas mempraktekkan teroti yang siswa peroleh di ruang kelas, maka teknologi VR akan menghadirkan kondisi nyata ayng lebih mempermudah eksplorasi siswa.
Mengajar secara jarak jauh telah menjadi salah satu kegiatan utama banyak pendidik saat ini. Seperti yang sementara berlangsung di berbagai negara, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, sekolah-sekolah di Indonesia, lewat kebijakan pemerintah, telah memilih aktifitas pembelajaran dilaksanakan dari rumah dan secara umum pembelajaran berlangsung online.
Memahami kebutuhan belajar setiap siswa tentunya menjadi
sebuah tantangan sekaligus pengalaman menarik bagi guru. Bagaimana tidak, jika
saya mengajar kurang lebih 300 siswa, maka setidak-tidaknya saya perlu mengenal
seperti apa cara belajar mereka. Tidak semua siswa memiliki cara belajar yang
persis sama. Kebutuhan belajar dan cara belajar yang identik kemungkinan yang
ada di dalam kelas.
Kegiatan di Kelas
Kegiatan belajar mengajar pada minggu ini, khususnya mata
pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa & Sastra Inggris hanya saya lakukan di
kelas X IBB dan XI IBB. Kelas XII sementara menjalani Penilaian Tengah Semester
Genap. PTS ini dipercepat demi mendukung persiapan siswa menghadapi Ujian
Praktek dan Ujian Akhir Sekolah.
Pada pelajaran Bahasa & Sastra Inggris di kelas X IBB
pada hari Senin yang lalu, saya memulai kelas dengan membangun kesepakatan
dengan siswa. Kesepakatan ini, antara lain siswa sepakat tidak menggunakan HP
selama jam pelajaran selama tidak diminta oleh guru dan siswa saling menghargai
ketika beberapa diantara mereka mengambil peran dalam pembelajaran.
Selanjutnya siswa menyepakati bahwa mereka lebih senang
belajar dalam kelompok kecil secara berpasangan, ada pula yang meminta kelompok
dengan isi tiga siswa. Selaku guru, saya mengiyakan keinginan mereka. Kemudian ada
beberapa siswa yang langsung saja menyebut konten pelajaran yang akan mereka
pelajari. Saya membenarkan dan meluruskannya.
Di sini saya merasa bahagia karena siswa telah mempersiapkan
sedikit informasi terkait pembelajaran. Mereka pun menunjukkan sikap saling
menghormati di dalam kelas. Tidak ada olokan ketika ada yang berbicara, membaca
atau menulis kalimat bahasa Inggris di papan tulis yang keliru.
Menurut pandangan saya, kondisi ini sangat penting terwujud
dan terpelihara di dalam kelas. Ini adalah pertanda baik kelangsungan
pembelajaran berdiferensiasi. Dengan kehadiran budaya positif dalam belajar,
maka berbedanya cara belajar pada siswa akan tertolong. Saling menghargai akan
mendorong siswa yang cerdas dengan senang hati menuntun temannya yang
mengalamai kendala. Seperti yang dilakukan oleh Esy Florensia atau Dirgayanti
Samada dalam memberikan tawaran bekerja kelompok kepada Diva Allorerung. Diva
mengalami gangguang ketika belajar di kelas. Gangguan itu adalah penglihatan
dan kemampuan menulis. Kedua temannya saling bergantian menawarkan bantuan.
Ketika Diva menulis di papan dan salah, tidak ada satupun siswa yang
menertawkannya, Mereka justru melakukan tepuk tangan dan memberikan semangat, “ayo
Diva kamu pasti bisa.”
Besar harapan saya, kondisi ini akan bertahan di kelas ini
dan juga terwujud di kelas lainnya. Sungguh bahagia saling mendukung di tengah
keterbatasan dan perbedaan cara belajar.
Komunitas Praktisi
Pada minggu ini pula, saya bersama bapak Santu R. Patioli dan
ibu Nurlianti selaku CGP, membentuk Komunitas Praktisi di sekolah kami.
Kegiatan diresmikan oleh kepala UPT dan dihadiri sekitar 20 orang guru. Luar
biasa respon rekan-rekan disekolah untuk bersama-sama dengan kami melakukan
perubahan dalam pendidikan.
Pembelajaran berdiferensiasi seperti ragam bangunan. Sumber: Dok. Pribadi
Pembelajaran berdiferensiasi tidak
bermaksud bahwa setiap siswa harus dilayani kebutuhan belajarnya secara
pribadi. Diferensiasi belajar justru mengajak guru untuk merancang pembelajaran
yang bisa menjembatani kebutuhan belajar siswa yang beragam.
Sebagai upaya memaksimalkan pembelajaran
berdiferensiasi di kelas, satu hal penting yang menjadi pokok perhatian saya
adalah mempertimbangkan minat siswa. Menurut Tomlinson (2001), untuk membantu
guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada siswa, guru
dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh
siswa-siswa mereka.
Tips
Menarik Minat Siswa
Terdapat sejumlah tips yang bisa
dilakukan oleh guru untuk menarik minat siswa antara lain: (1) menciptakan
situasi pembelajaran yang menarik perhatian siswa, misalnya guru menyajikan
humor atau menciptakan kejutan-kejutan di sela-sela pembelajaran; (2) menciptakan
konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu siswa, misalnya pada
awal semester genap tahun ajaran saya mengajak siswa membuat teks prosedur,
siswa sepakat mengangkat cooking
dengan tema makanan yang terkait dengan budaya lokal. Adapun teks prosedur yang
dihasilkan disepakati dalam bentuk video pendek berdurasi 3-5 menit; (3) guru mengkomunikasikan
nilai dan manfaat dari apa yang dipelajari siswa, misalnya pada teks prosedur
berbentuk video, selain mengembangkan kemampuan bahasa Inggris, siswa akan
mendapatkan manfaat mengembangkan skill
sebagai editor video sekaligus memanfaatkan smartphone
sebagai sarana positif dalam pembelajaran dan; (4) guru menciptakan
kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Saya mendapati bahwa pada pembelajaran
berdiferensiasi ini, guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki minatnya
sendiri. Artinya, minat setiap siswa tentunya berbeda-beda.Bahkan minat siswa pada topik tertentu bisa berbeda pada setiap
tahun pelajaran. Tantangan yang saya hadapi sepanjang minggu ini terkait minat
siswa ini adalah bagaimana saya bisa menghubungkan setia minat siswa pada konten
pelajaran agar minat mereka tetap terjaga. Minat siswa yang tetap tinggi, tentunya
dapat meningkatkan kinerjanya di kelas.
Menjaga
dan Menemukan Minat
Selain itu, sebagai guru saya sadar
bahwa ketika saya memahami minat siswa saya, maka minat mereka harus dikembangkan
pula. Pembelajaran berdiferensiasi berbasis minat selain menarik dan memperluas minat siswa yang sudah
ada, juga dapat membantu siswa menemukan minat baru. Faktanya adalah tidak
semua siswa tertarik pada bahasa Inggris, maka untuk membangun minatnya, saya
menggunakan tiga bahasa berbeda sebagai bahasa pengantar untuk memahami bahasa
Inggris. Saya paham bahwa siswa saya sebagian berasal dari daerah pedesaan,
sehingga saya sering kali pula menggunakan bahasa Toraja sebagai pengantar
secara bergantian dengan bahasa Indonesia. Ini saya lakukan untuk menarik minat
mereka belajar bahasa Inggris. Pada konten-konten pembelajaran saya juga
mengaitkan tugas dengan kehidupan keseharian siswa. Tujuannya tidak lain untuk
membangun, menjaga dan mempertahankan minat siswa.
Pengalaman di
Kelas
Minggu ini saya memiliki kegiatan yang
agak padat. Hari Senin mengajar Bahasa dan Sastra Inggris di kelas X Bahasa. Ketika
masuk di kelas, siswa meminta lagi ada kuis. Hmmm.... sepertinya siswa saya
telah mulai terbiasa dengan kelas terbalik yang saya terapkan. Saya merespon
permintaan mereka dengan menyiapkan 10 kosakata bahasa Inggris yang berasal
dari materi yang telah saya sampaikan kepada mereka sebelumnya. Saya bahagia di
sini. Mengapa? Siswa saya secara tidak langsung telah terbangun minatnya pada
bahasa Inggris lewat strategi yang saya jalankan selama ini. Setelah memberikan
kuis dan menilainya, saya melanjutkan pembelajaran. Saya tawarkan kepada siswa,
“How will you study this session, individual or in a small group?” Respon siswa
adalah belajar berkelompok, ada yang meminta 2 siswa per kelompok dan ada pula
yang mengusulkan 3 siswa per kelompok. Semua saya terima dan siswa menjalankan
masukan mereka. Di kelas ini saya bisa menyimpulkan bahwa minat siswa terhadap
bahasa Inggris telah terbangun dan tugas saya selanjutnya adalah menjaga minat
itu pada pembelajaran akan datang.
Mengikuti Konferensi Kerja Ke 2 PGRI. Sumber: Dok. Pribadi.
Hari berikutnya saya harus mengikuti
Konferensi Kerja PGRI Sulawesi Selatan yang berlangsung di LPMP. Kegiatan ini
saya lakoni selama 3 hari. Setelah komunikasi dan minta izin ke pimpinan saya
mengatur 4 kelas yang akan saya tinggalkan. Saya meminta bantuan kepada rekan
guru bahasa Inggris untuk memantau kelas selama saya di Makassar. Satu hal
penting yang rutin saya lakukan saat ada tugas di luar jam mengajar adalah
menyiapkan konten pelajaran untuk kelas online.
Materi saya siapkan di tiga tempat yakni di channel
YouTube, blog dan Google Classroom.
Untuk memelihara kepercayaan dengan siswa, saya juga meminta kesediaan satu
hingga dua siswa per kelas untuk menjaga ketertiban dan ketenangan kelas saat
saya tidak ada. Luar biasanya, ada siswa yang menawarkan diri. Sekali lagi saya
bahagia. Pengaruh dari penerapan budaya positif dan kesepakatan kelas selama
ini telah membuahkan hasil, walaupun dari hal-hal yang sederhana.
RPP
Berdiferensiasi
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi adalah topik utama minggu ini baik di
LMS maupun dalam diskusi online di Google
Meet.
Saya mendapatkan pengetahuan baru
terkait RPP berdiferensiasi ini. Sebelum membuat RPP, guru perlu mengetahui
profil belajar siswa. Ini mengacu pada cara-cara bagaimana guru memahami
siswanya sebagai individu paling baik dalam belajar. Dengan kata lain, guru
perlu mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar siswa berdasarkan
profil belajar. Ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara natural dan efisien.
Setiap siswa memiliki profil belajarnya
sendiri. Guru harus memiliki kesadaran untuk dapat melakukan variasi metode dan
pendekatan mengajar mereka. Mungkin saja sebagai guru, kita secara tidak
sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita
sendiri. Tidak peduli pada kebutuhan belajar siswa.
Profil belajar siswa terkait dengan
banyak faktor, diantaranya: (1) preferensi terhadap lingkungan belajar,
misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah
lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,dsb. Contohnya, mungkin ada anak yang tidak
dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang,
dsb; (2) Pengaruh budaya, seperti santai - terstruktur, pendiam - ekspresif,
personal – impersonal, humoris-serius, dll; (3) preferensi gaya belajar. Ini
terkait dengan gaya belajar, bagaimana siswa memilih, memperoleh, memproses,
dan mengingat informasi baru.Terdapat
tiga gaya belajar yaitu: visual,
yakni belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar,
menampilkan diagram, power point,
catatan, peta, graphic organizer); auditori, belajar dengan mendengar
(misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan
pendapatsaat berdiskusi, mendengarkan
musik); dan kinestetik, belajar
sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Pada bagian ini guru
harus selalu mengingat bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk selalu berusaha melakukan inovasi
dan menggunakan kombinasi gaya mengajar.
Selain ketiga faktor di atas, faktor
lainnya adalah preferensi berdasarkan kecerdasanmajemuk (multiple intelligences) yang terkait dengan aspek visual-spasial, musical, bodily-kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
RPP berdiferensiasi pada pembelajaran
moda online yang saya coba buat mengacu pada salah satu faktor di atas.
Berdasarkan kondisi siswa, saya membuat RPP yang mengacu pada profil belajar
siswa yang terkait dengan gaya belajar. Wah, saya diajak untuk memetakan gaya
belajar siswa yang cenderung pada visual, auditori dan kinestetik. RPP yang
saya rancang merupakan integrasi dari ketiganya. Misalnya, pada kegiatan pra
kelas yang menggunakan kelas terbalik, siswa akan belajar dengan gayanya
sendiri di rumah untuk memahami konten yang saya kirimkan. Kemudian di kelas
tatap online, dengan cara mereka sendiri, meraka akan memberikan respon atas
pembelajaran. Ada yang raise hand,
mengetik di kolom chat Zoom atau
memberi komentar di YouTube. Demikian
halnya dengan instrumen penilaian, sebisa mungkin mengacu pada gaya belajar
siswa, sehingga setiap siswa akan terlayani kebutuhan belajarnya.
Adaptasi RPP Berdiferensiasi
Merujuk pada RPP berdiferensiasi moda
online, saya mencoba menerapkannya di kelas tatap muka terbatas. Kelas terbalik
tetap saya jalankan untuk memaksimalkan waktu belajar yang durasinya hanya satu
jam. Di kelas XII MIA 4, XII IIS 1, XII MIA 2 dan XII IBB, setelah apersepsi,
saya melakukan listening sederhana
sebagai feedback terhadap materi yang
telah siswa pelajari di rumah atau sesaat sebelum pembelajaran. Sepanjang
semester ini, saya melakukan strategi ini. 10 kosa kata bahasa Inggris saya
diktekan kemudian siswa menulisnya.
Pada tahap ini, saya dan siswa
menyepakati untuk tidak mengakses YouTube atau alat bantu lainnya selain buku
catatan mereka. Dengan menggunakan kartu bernomor, saya mencabutnya secara acak
dengan panduan nomor urut daftar hadir siswa. 10 siswa terpilih secara
bergantian maju ke papan tulis menuliskan apa yang mereka dengarkan. Lalu saya
beri nilai. Ternyata, lewat strategi ini terdapat peningkatan dari waktu ke
waktu. Artinya semakin banyak siswa yang mendapat nilai 100. Dengan demikian
siswa telah belajar di rumah atau mereka telah belajar sebelum masuk di kelas.
Sehingga di masa akan datang, strategi ini masih akan saya lakukan. Selain bisa
menjadi penerapan pembelajaran berdiferensiasi, strategi ini turut andil
membangun minat belajar siswa.
Selain di dalam kelas, pembelajaran
berdiferensiasi saya coba terapkan di pengayaan sore hari. Sebelum memulai
kelas, saya dan siswa sepakat bahwa selama kelas berlangsung, HP tidak boleh
mereka operasikan karena akan mengganggu konsentrasi. Saya sampaikan, jika
mereka nyaman maka saya senang dan sebaliknya. Kesepakatan berikutnya adalah belajar
sambil bermain. Kartu bernomor dengan kartu merah berisi konten-konten tak
terduga yang lucu ikut menemani kelas pengayaan.
Kartu sakti saya dalam mengajar. Sumber: Dok. Pribadi
Kartu bernomor yang saya gunakan sukses
membuat siswa serius menyimak dan mengerjakan setiap soal. Mereka boleh
berdiskusi dengan ketentuan tetap mematuhi protokol kesehatan. Tambahan pula,
jika ada siswa yang salah, maka kartu merah yang saya siapkan menjadi “hadiah”
baginya. Terasa singkat waktu 90 menit selesai oleh karena siswa belajar tanpa
kantuk. Saya masih akan menggunakan strategi ini. Adapun kartu-kartu tersebut
telah saya gunakan sejak tahun pertama mengajar, tahun 2007-sekarang.
Suasana Konferensi Kerja Ke 2 PGRI Sulawesi Selatan di aula LPMP Sulawesi Selatan
Hari kedua pelaksanaan Konferensi Kerja Ke 2 PGRI Sulawesi Selatan dilanjutkan pada sejumlah agenda. Pukul 09.00 wita ketok palu sidang membuka rapat pleno IV. Pembahasan dimulai dari pemaparan bendahara PGRI Sulsel terkait progres iuran dari setiap kabupaten yang disertai dengan tanggapan dari beberapa kabupaten.
Sekitar 40 menit berlalu, dilanjutkan dengan pemaparan dari pengurus Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) PGRI Provinsi Sulawesi Selatan.
Susunan dan Personalia LKBH PGRI Prov. Sulsel
Terdapat agenda rapat pleno lainnya, yakni paparan dari Ketua Umum PB PGRI, Dirjen GTK Kemendikbudristek dan Kapolda Sulawesi Selatan.
Rapat langsung menuju rapat pleno VI, tanggapan pengurus provinsi PGRI Sulawesi Selatan atas Laporan dan Pandangan Umum Pengurus kabupaten/kota.
Rapat lanjutan berikutnya adalah rapat komisi, rapat pleno VII (Laporan hasil rapat komisi dan pengesahan hasil komisi; dan acara penutupan.
Saya dapat melakukan praktik
pembelajaran berdiferensiasi secara lebih efektif melalui pengkategorian kebutuhan belajar siswa melalui aspek pemetaan
kesiapan belajar, minat siswa dan profil siswa. Siswa akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan
pemahaman yang mereka miliki sebelumnya, hal inilah yang terkait dengan kesiapan
belajar. Kemudian, jika tugas-tugas tersebut mendorong mereka untuk memiliki
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang siswa untuk mengetahui lebih banyak
lagi hal tentang sebuah objek, ini terkait dengan minat. Lau, jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan bekerja dengan cara yang
mereka suka, maka inilah aspek yang terkait dengan profil belajar.
Pendekatan yang seharusnya saya
ubahsuaikan adalah pendekatan terhadap pemetaan profil belajar siswa saya. Ini
penting karena saya masih memiliki keterbatasan dalam mendeteksi cara belajar
yang paling sesuai pada setiap materi yang saya ajarkan.
Terkait sikapsaya tetap dapat bersikap positif walaupun
banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini, saya memilih
untuk banyak menjalin komunikasi dengan siswa saya.
Hal ini harus konsisten saya
lakukan agar saya bisa mendapatkan preferensi yang tepat terhadap pengaruh lingkungan
belajar siswa-siswa saya, misalnya kondisi rumah, kamar, linkgungan alam
sekitar, dll. Disamping itu saya juga harus mengetahu sejauh mana pengaruh budaya
local pada siswa. Selain itu, preferensi gaya belajar siswa saya sebisa mungkin
terdeteksi dari sejak dini seperti gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
Berdasarkan apa yang sudah saya
pelajari sepanjang minggu ini, materi yang menurut saya dapat menjadi solusi
bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas saya adalah
pemetaan profil belajar siswa. Sesuai pengalaman saya, jika ini terdeteksi dengan
baik, sangat membantu guru dalam mengarahkan siswa belajar secara berkelompok,
terutama dalam pembelajaran berbasis proyek.
Menurut saya yang agak sulit untuk
diterapkan adalah pendekatan pembelajaran menggunakan kesiapan belajar siswa. Hal
ini terkendala kondisi di mana guru sering mengabaikan pendekatan ini di awal
pembelajaran. Guru hanya fokus menyelesaikan materi sesuai tuntutan kurikulum.
Jika saya harus menerapkan hal
yang sulit tersebut, dukungan yang saya perlukan adalah adanya komunitas
praktisi sebagai tempat berbagi pengalaman mengajar di kelas. Untuk dapat mengakses dukungan tersebut, saya
perlu membentuk komunitas praktisi di sekolah dan menggalang teman-teman guru
untuk bergabung dan kita sama-sama berbagi pengalaman mengajar di kelas.
Termasuk mencari masalah dan memetakan solusinya.
Pembelajaran berdiferensiasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Sumber: Dok. Pribadi.
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait
dengan:
Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga
muridnya.
Bagaimana guru menanggapi ataumerespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan
sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang
berbeda.
Bagaimana
mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid
untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar
yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari
proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan
murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah
lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Berikut ini satu contoh RPP Berdiferensiasi:
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
MATA
PELAJARAN: EKONOMI
KELAS
: 12
I.Kompetensi
Dasar
3.6. Menganalisis titik
siklus akuntansi pada perusahaan dagang tahap pencatatan buku besar
4.6. Menyajikan hasil
analisis siklus akuntansi pada perusahaan dagang tahap pencatatan buku besar
II.Tujuan
Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran siswa dapat: Mengidentifikasi,
menjelaskan, menentukan dan menganalisis serra menyajikan hasil analisis siklus
akuntansi perusahaan dagang pada tahap posting ke buku besar dalam pembangunan
ekonomi melalui pengamatan, tanya jawab, kajian pustaka serta dapat berpikir
kritis, kreatif, dan mengkolaborasi memahami ide dengan sikap teliti, bertanggungjawab, mandiri, jujur, dan disiplin serta
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
III.Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Awal
Kegiatan Apersepsi
Membuat kesepakatan kelas
Melakukan pretest menggunakan
aplikasi quizziz
Melakukan pemetaan siswa berdasarkan
kesiapan belajar
Berdasarkan pemetaan tersebut, siswa
sikelompokkan berdiferennsiasi, agar siswa dengan kelebihan dapat menjadi tutor
sebaya dengan siswa lainnya.
K Kegiatan Inti
Guru memberikan stimulus berupa
tayangan video lewat LCD terkait dengan materi yang akan dipelajari (tayangan video
terkait buku besar.)
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menanggapi video tersebut (secara lisan/berbicara langsung,
tertulis, karikatur, pengalaman, atau bentuk deskripsi lainnya) dan
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan konten pelajaran
yang bisa mereka kaitkan dengan pengalaman sehari-hari. Salah satunya kemudian dipilih
dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
Membuat break time untuk
forum diskusi kelompok sesuai dengan tema yang sudah dibagikan oleh guru
sebagai perwujudan kompetensi sosial dan emosional pengendalian sosial agar
setiap siswa saling menghargai satu sama lain.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dari berbagai sumber untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Guru memberikan bimbingan pada saat
siswa melakukan pengolahan data sebagai kompetensi sosial dan emosional
pengendalian diri membimbing siswa dengan penuh kesabaran dan penuh perhatian.
Siswa melakukan presentasi singkat cara
melakukan pengolahan data berdasarkan apa yang telah mereka diskusikan.
Guru memberikan apresiasi atas
presentasi siswa.
Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran berdasarkan hasil verifikasi.
Siswa mengerjakan evaluasi lewat Google
Form/Google Classroom
Kegiatan Penutup
Siswa melakukan refleksi
Guru memberikan apresiasi
Penilaian
Penilaian akan dilakukan secara berkelanjutan dengan
menggunakan strategi observasi dan penilaian yang meminta siswa memberikan
respon tertentu (selected response assessment).
Alat penilaian untuk observasi adalah checklist
dan alat penilaian untuk selected
response assessment adalah tes tertulis dalam lembar kerja.
Lampiran
Penilaian
1Jurnal Penilaian Sikap
Nama Satuan
pendidikan : SMA NEGERI 5 TANA TORAJA
Tahun pelajaran
: 2021/2022
Kelas/Semester
: XII / Genap
Mata Pelajaran
: Ekonomi
No
Waktu
Nama
Kejadian/Perilaku
Butir Sikap
Pos/Neg
Tindak Lanjut
1
2
3
dst
Penilaian Ketrampilan
Teknik dan Instrumen: Unjuk Kerja dan
Penilaian Presentasi Hasil Diskusi Kelompok
Penulis pada Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak. Sumber: Dok. Pribadi
Memasuki bulan kedua di tahun 2022, Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
kembali dilanjutkan. Modul kali ini adalah modul 2, tepatnya pada modul 2.1.
Topik utama minggu ini adalah pembelajaran berdiferensiasi. Ini adalah
konsep pembelajaran yang menyesuaikan kegiatan
belajar dengan kondisi dan kebutuhan setiap siswa. Dengan kata lain, konsep ini
berbicara tentang strategi pendekatan untuk memaksimalkan belajar siswa dengan
memahami dan melayani apa yang dibutuhkan setiap siswa.
Seperti yang saya alami dengan hampir semua guru-guru hebat di seluruh
tanah air, bahwa tak ada kelas yang homogen. Kelas yang dihadapi di sekolah
selalu dengan siswa yang heterogen. Hal ini tentunya memberikan tantangan
kepada guru bagaimana memaksimalkan layanan belajar kepada mereka.
Mendengar
kata berdiferensiasi, awalnya saya hanya bisa menerjemahkannya secara biasa
menurut pengertian saya selaku guru bahasa Inggris, yakni different:berbeda.
Di sini pemikiran yang muncul adalah, setiap siswa memiliki keunikan dan
kebutuhan belajarnya sendiri. Jadi, jika dalam kelas terdapat 32 siswa, maka
ada 32 macam kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan mungkin sebanyak itu
strategi pelayanan belajar mereka. Saya, sempat berpikir, “alangkah capeknya
nanti melayani kebutuhan belajar ratusan siswa saya.” Namun, setelah mendalami
materi pada modul 2.1 ini ternyata pemikiran saya salah. Seorang guru bukanlah
manusia super atau superman yang bisa memberikan layanan super
kepada setiap anak didik. Akan teapi, kondisi setiap kelas yang berbeda-beda
tetap menuntut guru untuk menyesuaikan diri.
Praktek
pembelajaran berdiferensiasi lebih mengacu pada memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk mempelajari berbagai nilai-nilai kehidupan
yang pentinga, tidak semata memaksimalkan potensi yang ada pada siswa. Beberapa
di antara nilai-nilai tersebut antara lain: mengenal akan indahnya perbedaan,
saling menghargai sebagai makna baru dari sebuah kesuksesan, menemukan kekuatan
diri, mendapatkan kesempatan yang setara, memperoleh kemerdekaan belajar, dll.
Nilai-nilai ini kemudian akan berkontribusi terhadap perkembangan diri siswa
secara lebih holistik.
Tantangan
saya selaku guru adalah saya perlu memahami bagaimana melakukan praktek
pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana saya harus mengelolanya secara
efektif. Untuk bisa mencapai hal ini, saya perlu mengaitkan teori yang saya
dapatkan dengan kegiatan saya di kelas.
Praktik Baik Berdiferensiasi
Pada
hari Senin, 7 Februari 2022, saya mengajar di kelas X IBB pada jam ketiga.
Sekolah saya masih menerapkan pembelajaran dalam mode tatap muka terbatas oleh
karena pandemi Covid-19. Pada sesi 1 saya mengajar pada jam 9 pagi, dan pada
sesi 2 mengajar pada jam 12.50. Materi pembahasan adalah teks fungsional
pendek, advertisement. Seperti yang telah saya lakukan pada
materi-materi sebelumnya, kegiatan pembelajaran saya masih menggunakan model
pembelajaran flipped classroom. Ini saya lakukan untuk
memaksimalkan waktu mengajar yang hanya satu jam per mata pelajaran tiap
minggunya.
Ketika
saya masuk di kelas, setelah memberikan salam, beberapa siswa langsung bertanya
kepada saya, “Ada kuis, pak?” “Well, baiklah, bapak ada kuis untuk kalian.”
Sebenarnya
ini bukan kuis, tapi saya menyimpulkan bahwa siswa mulai menyukai model yang
saya tawarkan selama ini. Dengan flipped classroom, siswa telah
belajar materi yang saya kirimkan ke mereka sehari sebelumnya di channel
YouTube. Untuk memastikan mereka belajar, setiap akan memulai kegiatan
inti, saya menyempatkan untuk melakukan kuis sederhana dalam bentuk listening
checking vocabulary. Dalam kegiatan ini saya membacakan 10 kosakata kepada
siswa, kemudian mereka mencatatnya. Kesepuluh kosakata tersebut berasal dari
materi yang telah saya kirimkan. Saya akhirnya menyimpulkan bahwa, kuis
sederhana ini telah membuat mereka aktif belajar yang sekaligus mengajak saya
untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah mereka lakukan.
Fakta
ini bukan hanya terjadi di kelas X IBB, namun juga terjadi pada kelas XI
IBB dan kelas XII lainnya dengan reaksi yang hampir sama dalam ekspresi
yang beragam. Dapat saya simpulkan bahwa, flipped classroom dengan
tindak lanjut kuis sederhana dalam kelas tatap muka telah membantu menyesuaikan
kebutuhan belajar siswa saya yang beragam. Apalagi, flipped classroom memberi
siswa kesempatan belajar lebih banyak akan konten dan teori pelajaran di rumah.
Kegiatan Online
Selain,
telah ada best practice sederahana akan pembelajaran
berdiferensiasi ini di kelas, minggu ini juga menjadi waktu yang baik bagi saya
untuk belajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi.
Kegiatan ini berlangsung dalam diskusi online menggunakan Google Meet dengan
seorang anggota kelompok saya didampingi fasilitator. Hasilnya kami berhasil
menyusun sebuah RPP sederhana yang memuat pembelajaran berdiferensiasi dan
mengarah pada siswa sebagai pusat belajarnya.
Diskusi virtual dengan rekan CGP dan Fasilitator. Sumber: Dok. Pribadi.
Saya
sangat berharap bahwa apa yang telah saya dapatkan minggu ini dapat saya
terapkan dengan maksimal di kelas saya, terutama dalam kaitannya dengan
pembelajaran berdiferensiasi.