Buku ini adalah salah satu buku yang sangat langka di pasaran buku.
Identitas Buku
1. Judul Buku : Membimbing Dengan Hati
Teori dan Teknik Konseling Alkitabiah
2. Penerbit : Media Gracia Jakarta
3. Penulis : Selvester M. Tacoy, M.Div
4. Tahun Terbit : 2011
5. Cetakan : Pertama
6. Tebal Halaman : 234
7. Harga : -
8. No. ISBN : 978-602-96712-1-6
Penulis Buku
Selvester M. Tacoy, M.Div adalah seorang gembala, penulis buku dan konselor. Lulusan S1 (S.Th.) dari STT Jaffray Makassar tahun 1997. Menjadi gembala Pemuda GKII Jemaat Rhema, Makassar tahun 1998-2002. Gembala Jemaat di GKII Calvary, Kampung Melayu, Jakarta Timur dari tahun 2004-sekarang. Pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Pelayanan Pemuda GKII Daerah Sulawesi-Maluku (1999-2001), dan Anggota Badan Pengurus Departemen Pelayanan Pemuda Gereja Kemah Injil Indonesia pada periode 2004-2006. Ketua Departemen Pelayanan Pemuda GKII (2006-2011). Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: Identitas Gereja: Sarang Penyembahan vs Sarang Penyamun (2005), 6 Kunci Sukses Melayani Kaum Muda (2009), dan Kumpulan Khotbah Yang Memberkati (2010).
Pandangan dan Refleksi atas Buku
Buku ini memberikan gambaran utuh tentang bagaimana menjadi seorang konselor Kristen yang sukses dalam pelayanan konseling. Topik-topik terkait dengan hal tersebut yakni:
1. Penahaman tentang konselor.
Konselor adalah orang yang membantu orang lain untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapinya, orang yang membimbing orang lain dalam upaya mengambil keputusan untuk perubahan dan perkembangan dirinya, orang yang memberikan bantuan bagi perubahan perilaku seorang individu, orang yang membantu seorang individu mencapai kesehatan mental yang positif, dan seseorang yang memberikan bantuan kepada individu-individu berdasarkan kebenaran Firman Tuhan demi terjadinya perubahan positif dalam kehidupan orang tersebut.
Seorang konselor harus berpijak pada nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan dalam melaksanakan perannya sebagai seorang konseling. Membangun ide, pandangan, dan solusi atas pemecahan masalah konseli harus didasarkan pada Firman Tuhan, karena Firman Tuhanlah satu-satunya pondasi yang kuat bagi seorang konselor dalam menjalankan pelayanan konselingnya, seperti kata 1 Korintus 3:10b-11, “... Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”
Kasih adalah landasan sekaligus roda penggerak dan pendorong bagi seorang konselor Kristen dalam melaksanakan pelayanan konselingnya. Kasih Allah yang ada dalam diri seorang konselor Kristen akan memotivasi dirinya untuk menjalankan perannya secara total adan bertanggung jawab. Markus 12:30-31 berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: kasihilah sesamamu manusia sperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”artinya bagaimana mungkin kita memberikan konseling kepada orang lain jika diri kita sendiri tidak kita konseing dan kita sendiri memiliki hubungan yang tidak dengan Allah. Jadi bernarlah bahwa kasih adalah dasar yang utama bagi seorang konselor Kristen untuk menjalankan pelayanan konselingnya. Kasih Allah atas dirinya harus didemonstrasikan dalam layanan konselingnya. Tanpa kasih Allah, seorang konselor bisa terbawa egoismenya untuk memberikan layanan otoriter kepada klien. Sebagai konselor kita harus mampu mengampuni diri sendiri dan orang lain. Kita sebagai konselor Kristen harus yakin bahwa kita telah diubahkan oleh Yesus Kristus dan buah Roh Kudus ada dalam diri kita untuk diberikan kepada orang lain untuk ikut merasakan kasih-Nya.
Konselor adalah panggilan pelayanan sebagai tindak lanjut dari perintah untuk saling mengasihi. Sebagai konselor Kristen, kita harus menyadari bahwa tugas konseling itu adalah pelayanan untuk kemuliaan Allah. Panggilan sebagai konselor adalah karunia dari Allah. Tujuan Allah memberikan potensi dan karunia supaya setiap tubuh Kristus saling melayani dan membangun. Mari mencontoh bimbingan Barnabas kepada Markus, dimana Barnabas menerima kembali Markus sekalipun Markus pernah meninggalkannya.
Konseling Kristen adalah sebuah pelayanan rohani yang harus dilakukan oleh seorang seorang konselor Kristen secara bertanggungjawab. Sehingga seorang konselor harus memiliki kualitas hidup rohani yang baik. Seorang konselor Kristen harus mengalami kelahiran baru, ia telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus, artinya lahir baru karena ia telah mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi, tinakan mengakui, menyesali dan meninggalkan segal perbuatan dosa serta tekad untuk menjalani kehidupan yang baru bersama dengan Yesus setiap hari. Kualitas seorang konselor Kristen harus memiliki dan mengembangkan kehidupan pribadi yang benar-benar berkualitas di atas dasar Yesus Kristus. Hal ini akan menjadikan kita sebagai konselor niscaya menjadi panutan orang yang dilayani.
Sebagai konselor Kristen kita harus senantiasa bersekutu dengan Allah dalam tiap langkah pelayanan konseling yang kita laksanakan. Bersekutu dengan Allah akan memudahkan kita dalam menjalankan tugasa layanan kita karena Allah memberi kita kekuatan dan kesegaran. Sebagai konselor kita harus senantiasa memiliki kehidupan dalam Firman dan doa senantiasa. Tanpa Firman Tuhan dan doa, seorang konselor Kristen akan mengalami kekeringan rohani yang juga akan berdampak negatif pada tiap layanan konselingnya.
Setiap konselor Kristen harus menghidupi suatu kehidupan rohani yang berkualitas tinggi seperti yang telah diteladankan oelh Yesus Kristus. Kerohanian hidup seorang konselor sangat menentukan pelayanan konseling yang kita lakukan. Kerohanian hidup ini harus dibuktikan dalam hidup keseharian kita dalam komunitas rumah tangga, gereja dan masyarakat.
Sebagai konselor Kristen, kita harus menemukan jalan-jalan kita sendiri, artinya kita harus berproses dalam layanan konseling. Kita harus memiliki respek dan penghargaan diri, mampu untuk menjadi kuasa serta menyadari dan menerima kekuasaan atas diri kita sendiri, terbuka terhadapa perubahan yang dinamis, terutama yang berkaitan dengan diri kita, dan bersedia mengambil resiko lebih banyak. Sebagai konselor kita senantiasa berada dalam proses meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Selain itu sebagai konselor, kita bersedia dan mampu toleran terhadap keragaman, memiliki identitas, mmapu memberikan empati yang nonposesif, mampu mengalami dan mengetahui dunia orang lain. Konselor harus bercirikan konselor hidup, berorientasi pada kehidupan; otentik, nyata, selaras, tulus, dan jujur; mampu memberi dan menerima cinta, hidup pada saat sekarang; mampu mengubah tiap kesalahan yang dibuat untuk diakui, mampu terlibat secara mendalam dalam pekerjaan dan proyek kreatifnya; dan mampu menemukan dirinya kembali.
2. Karakter konselor Kristen
Pelayanan konseling sangat dipengaruhi oleh karakter seorang konselor Kristen. Kita harus membangun kehidupan rohani setiap saat dengan memohon agar Roh Kudus selalu menguasai hidup kita dan memrosesnya hari demi hari untuk menyerupai karakter kristus. Sebagai konselor kristen kita harus dewasa secara rohani, memiliki sikap dapat dipercaya (kredibilitas), bertanggungjawab (akuntabilitas), sikap rela berkorban, dan memiliki daya tahan (durabilitas).
3. Kompetensi dasar konselor
Untuk mencapai keberhasilan dalam pelayanan konseling, kita harus didukung oleh oleh faktor yakni seorang konselor memiliki kompetensi berhubungan dengan aktifitas konseling yang dilaksanakannya. Kompetensi yang wajib kita miliki sebagai konselor adalah 1) Kompetensi akademik (terdidik dalam kebenaran Firman Tuhan dan memahami teori konseling); 2) Kecerdasan emosi /emotional quotient; 3) Keahlian berkomunikasi. Komunikasi bertujuan untuk memberi dan menyerap informasi, menetapkan sikap, mengubah pola pikir, mengubah perilaku, memberikan edukasi, memberikan motivasi, dan menciptakan komunikasi yang efektif. Dalam konseling, kita bisa menerapkan beberapa tipe komunikasi yakni, komunikasi proaktif, komunikasi reaktif, dan komunikasi interaktif. Selain itu kita bisa menerapkan gaya berkomunikasi seperti: berbicara yang menarik, menggunakan gerakan yang menarik perhatian klien, an menggunakan humor secara proporsional untuk membuat suasana rileks; 4) Kemampuan membangun hubungan; 5) Hubungan Interpesonal (pertukaran sosial, peranan, permainan, dan model interaksional).
4. Kerangka berpikir tentang konseling
Kita sadar bahwa kebutuhan akan adanya konseling semakin hari semakin meningkat seiring perkembangan yang dinamis dan hadirnya berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Permasalahan yang dialami orang-orang di sekitar kita seringkali disikapi dengan cara yang tidak tepat (perilaku menyimpang) sebagai ekspresi dari ketidakberdayaan terhadap tekanan-tekanan atau masalah yang dihadapi. Beberapa masalah pelik kehidupan kita antara lain prostitusi, kemiskinan, kejahatan-kejahatan, masalah rumah tangga, dan masalah remaja / pemuda. Konseling pun bahkan perlu kita terapkan pada kompleksitas kehidupan kota yang mencerminkan sikap individualisme, materialisme, konsumerisme, dan hedonisme. Dari serangkaian tantangan yang ada inilah kemampuan konseling kita akan diuji. Dan perlu diingat bahwa konseling adalah usaha membantu individu-individu mengatasi berbagai masalah yang sedang dihadapi. Kita sebagai konselor Kristen memiliki keunikan dalam konseling yang ditandai oleh menerima Alkitab sebagai standar otoritas tertinggi, tidak hanya tergantung pada kehendak manusia untuk bertanggung jawab namun juga pada Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita yang memampukan kita menaklukkan masalah manusia, menerima Roh Kudus yang memberi kemenangan untuk mengatasi sifat dosa mereka, mampu mengatasi masa lalu klien dengan efektif, didasarkan pada kasih Allah, dan mengangani orang seutuhnya. Jadi, alangkah mulianya tugas seorang konselor Kristen bagi sesama kita.
Kita tidak boleh melupakan visi pelayanan kita dalam konseling agar layanan kita berjalan terarah, terencana, efektif, efisien dan sehat. Visi konselor Kristen ditandai oleh: a) menolong konseli bertemu dengan Yesus sang konselor Agung kita, b) membantu tiap orang mengalami kehidupan baru dengan bertobat dari dosa-dosa, menerima pengampunan dan kehidupan kekal dari Tuhan Yesus, c) membantu klien menjadi pribadi yang dewasa dalam Kristus, d) menolong klien mengambil keputusan yang benar berdasarkan nilai Firman Allah dalam mengatasi segala permasalahan yang sedang dihadapinya, e) membantu klien menjadi pribadi yang kuat dan tangguh sehingga akhirnya dapat menolong orang lain, f) membantu terjadinya transformasi positif pada klien, g) membangkitkan kepercayaan diri klien, h) menolong klien menjalankan kehidupannya secara normal, i) menolong klien mengaktualisasikan dirinya, dan i) memperkenalkan kedewasaan Kristen untuk menolong orang-orang memasuki suatu pengalaman yang lebih dalam tentang penyembahan dan suatu kehidupan pelayanan yang lebih efektif.
Harus pula kita ingat bahwa konseling memiliki karakter sebagai ilmu dan seni; proses kegiatan; dan profesi. Karakter-karakter ini telah dibuktikan dan terbentuk melalui sejarah panjang perjalanan konseling di dunia barat.
Selain itu sebagai konselor Kristen, kita harus mengetahui teori-teori konseling seperti 1) client centered councelling, 2) trait-factor councelling, 3) psikodinamik / psikoanalisis, 4) konseling eklektik, dan 5) konseling gestalt. Disamping itu perlu juga kita ketahui tentang ragam mode konseling (konseling pertobatan, konseling krisis, konseling pencegahan, konseling pengembangan diri, dan konseling persiapan).
5. Ragam peran konselor
Peran kita sebagai konselor beragam, yakni a) konselor sebagai pembimbing: bertindak selaku mercusuar, kompas, dan pintu; b) konselor sebagai sahabat; c) konselor sebagai motivator; d) konselor sebagai idola; e) konselor sebagai mobilisator; f) konselor sebagai pemimpin; g) konselor sebagai mediator; dan h) konselor sebagai agen kontrol sosial.
6. Hukum dasar konseling
Peran kita selaku konselor membutuhkan dasar hukum pelaksanaan layanan konseling, yaitu 1) hukum kerahasiaan, 2) hukum objektivitas, 3) hukum keseimbangan, 4) dan hukum kehati-hatian.
7. Teknik pengambilan keputusan
Konselor Kristen yang abaik harus mengetahui teknik pengambilan keputusan dalam layanannya, yaitu 1) teknik pengungkapan pendapat, 2) teknik mengindoktrinasi, 3) teknik membujuk, 4) teknik sebab akibat, dan 5) teknik memerintahkan.
8. Pemahaman yang utuh terhadap konseling
Dalam pelaksanaan layanan konseling, kita harus memahami secara utuh klien kita. Aspek-aspek yang sangat penting untuk dipahami antara lain 1) aspek rohani, 2) aspek psikologi (emosi dan kepribadian) , dan 3) aspek budaya konseli.
9. Konseling dan luka-luka bathin
Kesembuhan dari luka-luka bathin merupakan salah satu topik penting yang berhubungan erat dengan konseling Kristen. Setiap konselor Kristen selalu berupaya agar konseli mengalamai pemulihan hidup yang total sehingga ia dapat menjalani hidupnya secara normal dan menang atas setiap masalah dalam hidupnya.
Sebagai konselor, kita harus memahami luka bathindari sudut pandang Alkitab. Luka bathin adalah keadaan hati yang sangat terluka akibat dari perbuatan diri sendiri, orang lain atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, yang mengganggu, merusak pikiran, perasaan serta aktivitas sehari-hari dalam hubungannya dengan diri, sesama dan Tuhan. Luka bathin disebabkan oleh harapan yang tertunda, harga diri, kejadian masa lalu, adanya pengkhianatan, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan, rasa tertolak, pelecehan, perkataan pedas, dan dosa.
Dalam buku ini, lewat Alkitab, Tuhan yesus menekankan pentingnya kesembuhan hati seperti yang ia sampaikan kepada murid-muridNya bahwa hati manusia harus dibersihkan dari segala hal yang jahat. Peringatan Yesus mengenai pentingnya penyembuhan batin juga disampaikanNya kepada orang Farisi dan ahli Taurat. (Lukas 23:25-28). Kesembuhan bathin (inner healing), penyembuhan dari memori/kenangan maupun kesembuhan hati. Penyelesaian luka bathin atau akar pahit (kepahitan) yang telah tersimpan lama dalam hati. Dampak luka bathin 1) aspek psikologi: cepat tersinggung, mengisolasi diri, menganggap diri selalu benar, mudah mengambil jalan pintas, produktivitas menurun, rusaknya hubungan, emosi labil, berkepribadian ganda, balas dendam, dan stress; 2) aspek fisik: daya tahan tubuh menurun dan rentan terserang penyakit.; 3) aspek rohani, hidup rohani sangat rapuh: persekutuan pribadi dengan Tuhan terkoyak, menjauhkan diri dari komunitas rohani, luka bathin adalah jalan masuk setan, pandangan orang yang luka bathin tentang Allah: mempersalahkan Allah dalam segala hal.
Adapun cara menyembuhkan klien dari luka bathin: mendorong klien untuk membuka diri, membantu konseli mengakui perbuatannya, meninggalkan dosa, bergantung pada Roh Kudus, dan belajar mengampuni.
10. Etika dalam konseling
Pola perilaku konselor akan sangat menentukan berhasil tidaknya sebauah layanan konseling. Unutk itu seorang konselor harus memiliki landasan etika yang kuat yang olehnya menjadi landasan dan pedoman untuk berkata-kata dan bertingkah laku.
Firman Allah adlah panduan bagi pelaksanaan konseling Kristen yang mengatur individu-individu yang terlibat dalam konseling baik itu dalam hal berpikir, berkata-kata maupun dalam berperilaku. Dalam konseling kita harus menjaga kerahasiaan konseli, membuat keputusan etis, menghindari kontak fisik dalam konseling, tidak memanipulasi konseli dan menghindari topik pembicaraan yang cenderung membangkitkan rangsangan seksual.
11. Tahapan dalam konseling
Dalam menjalankan tugas konselingm kita perlu melalui tahapan: perkenalan, menggali informasi, merumuskan masalah, pemberian dukungan, melakukan konfrontasi, memberikan penilaian, dan memberikan solusi.
Buku ini dapat menjadi panduan untuk memberikan pengajaran, nasehat, dan konseing kepada orang-orang untuk menjadi pemenang dalam kehidupan. Terutama terhadap orang-orang yang yang memiliki masalah pribadi dan beragam.
Buku ini sangat bermanfaat bagi para gembala jemaat, pendeta, penginjil, guru, dosen, mahasiswa, pelajar, atau masyarakat umum yang sedang dan akan terlibat dalam pelayanan konseling karena tulisan-tulisan dalam buku ini akan semakin memperkaya pengetahuan dan menambah skill untuk menjadi konselor profesional.
0 komentar:
Posting Komentar