Sore ini tersiar kabar di media sosial bahwa beliau telah kembali ke pangkuan Bapa di sorga.
Selamat jalan pak guruku. Jika tanpa motivasi dari beliau dulu, mungkin saya tidak akan ada sampai saat ini. Masih saya simpan buku Sosiologi pemberian darinya kepada saya waktu duduk di bangku kelas II SMA di SMA PGRI Ge'tengan.
Mengingat beliau, maka seperti mendecap permen nano-nano; manis, asem, asin=rame rasanya. Manis kala mendengar motivasi dibarengi gurauan khas nan serius darinya. Asem ketika mendengar bunyi motornya di tikungan sebelum sekolah, maka berhamburanlah kami, berlarian masuk kelas. Duduk, diam dan sesekali disertai perasaan was-was saat menunggu beliau masuk kelas. Asin kala beliau memanggil nama siswa untuk presentasi singkat materi yang diajarkannya minggu lalu. Dan rame rasanya saat di tengah ketegangan dalam kelas, beliau tertawa dengan gurauannya. Gurauannya itu to the point.
Hmmm...banyak hal tentang beliau dalam ingatan saya. Masih saya ingat ketika kelas I SMA dulu, saya memutuskan putus sekolah gara-gara takut masuk sekolah. Ceritanya hari itu, hari Senin, ada upacara penaikan bendera, beliau akan bertindak selaku pembina upacara. Namun, saya dan seorang teman saya yang terlambat sampai di sekolah, memilih untuk tidak ikut upacara karena takut pada beliau. Akhirnya kami menyusuri sungai di belakang sekolah, memilih pulang. Sejak hari itu pula saya putus sekolah selama setahun.
Tahun berikutnya, 2001, saya mendaftar kembali menjadi siswa baru, dan pertemuan pertama di kelas kembali bertemu beliau. Pertanyaan pertama beliau ke saya sambil berseloroh, "Piramo anakmu, mane?" Jujur, awalnya saya takut, tapi pertanyaan itu justru membuat suasana kelas riuh. Setelahnya, beliau memberi banyak nasehat ke saya. Karena niat mulianya dalam mendidik, maka saya pun bisa menjalani pendidikan saya tanpa putus sekolah lagi, sejak hari itu hingga saya bekerja. Tak lupa beliau memberi saya sebuah buku Sosiologi yang selalu dibawanya masuk kelas ketika mengajar kami.
0 komentar:
Posting Komentar