Contoh pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah. Sumber: Dok. Pribadi. |
Waktu terus berjalan, tanpa terasa
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 telah memasuki minggu ke-20. Sudah
berbulan-bulan, sekiranya induk ayam yang sedang mengerami telur, maka tidak
lama lagi akan menetas. Ada rasa bangga, bahagia, dan haru, bercampur aduk
dengan rasa penasaran seperti apa tahapan akhir dari program ini bagi diri saya
dan sekolah saya.
Pada minggu sebelumnya, melalui
komunitas praktisi di sekolah, saya dan teman-teman CGP telah mendukung sekolah
dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Kegiatan
ini telah selesai dalam tiga pertemuan. Secara umum kendala yang saya alami
dalam kegiatan tersebut adalah ketersediaan waktu, oleh karena kami
melaksanakannya setelah jam pelajaran selesai, atau sore hari. Sejumlah rekan
mengusulkan bagaimana kalau kegiatannya dilakukan sehari penuh, mengingat
pikiran lebih jernih dan konsentrasi di pagi hari. Saya usulkan ke pimpinan
rapat dan kepala sekolah dan diterima. Adapun solusi agar pembelajaran kelas
tidak terganggu, maka disepakati untuk membentuk tim 20. Diberi nama tim 20
sesuai usulan guru Sosiologi agar lebih memiliki makna historis karena titik
awal perumusan visi dan misi sekolah dimulai tanggal 20 April. Tim 20
beranggotakan calon guru penggerak, kepala sekolah, komite sekolah, pengurus
OSIS, wakasek, dan perwakilan dewan guru.
Terbentuknya tim 20 menjadi
solusi keterbatasan waktu yang dihadapi. Satu hari penuh digunakan untuk
menyelesaikan rumusan misi dan tujuan sekolah. Saya sangat bangga dan bahagia dengan kondisi ini. Rekan-rekan
di sekolah begitu antusias dalam merumuskan misi dan tujuan sekolah. Hasil rumusan
ini kemudian akan diplenokan pada pertemuan yang akan datang.
Sambil mengikuti kegiatan
komunitas praktisi, saya juga harus mempersiapkan diri saya mengikuti yudisium
program pascasarjana. Saya bersyukur bisa menyelesaikan pendidikan. Bagi saya
ini adalah bagian kecil dari pengelolaan sumber daya nantinya. Proses
perkuliahan tentunya telah banyak membekali saya untuk mengambil peran sebagai
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.
Sumber daya di sekolah ditandai
dengan adanya sarana dan prasarana
pendukung, ketersediaan SDM yakni guru dan murid, biaya, dll. Semua sumber daya
tersebut harus berada dalam sebuah ekosistem yang dibangun oleh sekolah denga
tujuan bisa memberikan stimulus agar sekolah lebih kreatif dan inovatif untuk
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Satuh hal baru yang saya dapatkan di
sini adalah cara pandang sekolah melihat ekosistemnya ternyata menjadi tolok
ukur keberhasilan proses pembelajaran.
Pada kegiatan belajar di kelas, mengidentifikasi potensi dan dukungan sumber belajar pada murid perlu dilakukan pada setiap jam pelajaran. Kekuatan belajar murid saat itu tergantung pada sejauh mana mereka mengetahui konsep dasar yang akan dibahas dan seperti apa dukungan alat dan sumber belajar yang mereka miliki. Melakukan kegiatan belajar di luar kelas merupakan implementasi pemanfaatan sumber daya di sekolah.
Kegiatan komunitas praktisi
sebelumnya saya pandang sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya di sekolah
dalam sebuah ekosistem. Keterlibatan guru-guru, komite dan siswa di dalamnya
menandai pemanfaatan ekosistem di sekolah dengan optimal. Saya sangat berharap
kondisi ini akan terus terjaga di sekolah di masa mendatang sehingga setiap
potensi dan sumber daya yang ada dapat menjadi satu kesatuan yang saling
mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar