Refleksi Minggu Kedua Pendidikan Guru Penggerak |
Minggu ini terdapat sejumlah hal yang bisa saya katakan sebagai hal baru dalam pembelajaran saya. Hal ini terkait dengan buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang telah saya elaborasi, baik secara pribadi maupun secara kolaboratif dengan Kelompok 1 Kelas B.
Peristiwa
Sepanjang Minggu ini saya lebih dominan mengajar di kelas XII. Materi yang saya ajarkan adalah News Item. Saya mengajak siswa saya untuk membuat sebuah naskah berita singkat berdasarkan gambar. Saya menuntun siswa untuk menghasilkan naskah berita dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan gambar menggunakan 5Wh- + H (what, where, when, why, who dan how. Kemudian, saya membagi siswa dalam 5 kelompok kecil. Hal ini berlaku untuk semua kelas XII yang saya ajar.
Selama siswa belajar kelompok kurang lebih 60 menit, saya memantau perkembangan mereka dari kelompok ke kelompok. Tak lupa saya mengoreksi, meluruskan dan mengingatkan jika terdapat kesalahan penggunaan kata. Setiap kelompok saya beri kebebasan menentukan judul berita mereka terkait gambar yang saya tampilkan lewat LCD.
Belajar Kolaboratif sebagai wujud Merdeka Belajar
Saya bebaskan siswa saya untuk memasukkan informasi yang mereka dapatkan dari gambar. Pengumpunan hasil karya juga tidak saya batasi pada hari tersebut. Namun, saya menyampaikan bahwa apa yang dilakukan hari ini dan bisa diselesaikan, usahakan untuk tidak menundanya hingga hari esok.
Pada beberapa kesempatan, siswa bertanya kepada saya, “Adakah challenge hari ini, pak?” Oleh karena minggu ini banyak kegiatan, saya tidak menyisipkan challenge dan teka-teki ke dalam pembelajaran saya. Saya bisa mengatakan bahwa challenge yang saya gunakan sebelum kegiatan inti pembelajaran ternyata sangat membantu. Siswa sepertinya merasa senang sekaligus tertantang.
Pada gambaran kegiatan saya di kelas, saya berani mengatakan bahwa filosofi pemikiran KHD sedikit demi sedikit terlaksana di kelas. Siswa bekerja kelompok dengan gaya mereka sendiri merupakan implementasi dari kolaborasi, kerjasaman dan kebebasan. Sementara ketika siswa saya beri challenge, siswa merasa bahagia. Hal ini adalah implementasi konsep belajar sambil bermain.
Pada ruang kolaborasi minggu ini, diskusi yang santai dan memberi kesempatan kepada semua peserta untuk berbicara menjadi contoh nyata penerapan kolaborasi dalam kelas saya. Walaupun saya mengajar Bahasa Inggris, saya tidak terlalu memaksakan siswa untuk menggunakan bahasa Inggris ketika bekerja kelompok. Hal ini saya maksudkan agar di kelompoknya mereka merasa bebas untuk berbicara. Di samping itu, kekuatan budaya Toraja dalam diri mereka masih sangat kuat, sehingga bahasa Toraja pun masioh sangat dominan.
Kesulitan yang sempat saya alami adalah memaksimalkan waktu. Pada minggu ini saya terlibat dalam tiga agenda penting, yakni PRAYA II PKBGT di mana saya mengikuti satu cabang lomba, Seminar Nasional Revolusi Mental dari PGRI dan menjadi Narasumber pada In House Training di sekolah. Ketiga kegiatan ini berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan semua. Di samping mempengaruhi kondisi fisik oleh karena harus pindah tempat dan pindah ruang Zoom Meeting, kegiatan yang saya jalani ini juga turut mempengaruhi ketepatan waktu saya dalam mengirimkan tugas di LMS. Pada tugas 1.1.a.7 saya terlambat sehari melakukan upload. Saya simpulkan bahwa di sini saya mengalami kesulitan membagi waktu. Namun, saya berhasil melaluinya lewat manajemen waktu yang ketat, sehingga semua kegiatan bisa saya laksanakan dengan baik dan tugas-tugas serta webinar dari Pendidikan Guru Penggerak 4 ini saya bisa selesaikan dengan baik pula.
Perasaan
Termotivasi, senang dan santai adalah tiga perasaaun utama selama mengikuti Kolaborasi Mendesain Kerangka Pembelajaran dan Kolaborasi Presentasi Kerangka Pembelajaran sesuai dengan Pemikiran KHD. Suasana santai dalam berbagi informasi dan pengalaman bersama rekan-rekan CGP sangat memotivasi saya untuk berbuat seperti yang mereka bagikan. Terlebih instruktur, fasilitator, dan pengajar praktik sangat luwes dalam membagikan materi yang memperkuat personal saya sebagai Calon Guru Penggerak.
Ketika menghadapi siswa saya dalam kelas, saya tidak ada beban sama sekali. Saya menyaksikan wajah siswa saya antusias mengikuti kelas seperti antusiasnya saya mengajar mereka. Belajar dalam kelompok kecil tanpa aturan ketat sangat menolong siswa dalam menghasilkan karya. Ketika saya meminta mereka untuk mengirimkan hasil diskusi mereka terlepas dari apapun hasilnya, mereka antusias menyelesaikannya dalam satu jam. Ada beberapa yang meminta mengirimkan tugas di sore hari dengan alasan masih akan memperbaiki, saya mengiyakan. Hasilnya luar biasa, semua siswa bisa menyelesaikan tanggung jawab mereka dengan maksimal.
Pembelajaran
Proses kolaborasi menjadi perwujudan akan pentingnya kemerdekaan dalam belajar. Kolaborasi menjadi wadah penyampaian ide dengan bebas. Dalam proses ini kita saling menghargai pendapat satu sama lain, saling mendukung untuk menghadirkan ide dan saling mendorong untuk melakukan sesuatu yang baru. Kolaborasi menjadi sarana siswa sebagai pusat pembelajaran. Saya mendapat banyak kesempatan berbicara di ruang kolaborasi, artinya pada konteks yang sama, siswa akan mendapat tempat yang luas untuk berkreasi ketika terlibat dalam kegiatan belajar kolaboratif. Kolaborasi adalah tempat unjuk diri sesuai dengan keunikan saya, tanpa harus mengikuti apa yang orang lain lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar