Sabtu, 11 Desember 2021

Refleksi Minggu 8 Pendidikan Guru Penggerak

 

CGP menjadi Proktor Utama Tes Seleksi PPPK Guru. Sumber: Dok. Pribadi

11 Desember 2021

Tidak terasa pendidikan guru penggerak angkatan 4 telah berjalan selama 2 bulan. Tepatnya memasuki minggu kedelapan. Tidak terasa ya sudah mencapai ujung tahun 2021. Tapi perjalanan masih panjang, masih tersisa tujuh bulan lagi.

Kegiatan di sekolah saya minggu ini adalah penilaian akhir semester (PAS) ganjil, masih berlangsung dua hari. Namun, fokus saya terbagi karena saya harus berada di lokasi pelaksanaan tes seleksi Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Jabatan Fungsional Guru Tahap II Kabupaten Tana Toraja. Saya mendapat mandat sebagai proktor utama kegiatan. Di pikiran saya tugas sebagai pengawas ruang pelaksanaan PAS dan sebagai proktor utama tes PPPK gur sama-sama penting. Satu hal yang mendasari saya menjalani kedua tugas itu adalah semangat. Saya fokus menjalankan ekdaunya tanpa ada yang dirugikan. Karena waktunya relative bersamaan, maka saya berkoordinasi dengan ketua panitia PAS untuk mencarikan saya pengawas pengganti dalam ruangan agar saya bisa fokus di tes PPPK guru. Puji syukur, ketua panitia PAS memberi jalan, beliau dengan semangat berujar bahwa menajdi proktor juga penting, karena itu terkait dengan pendidikan.

Ternyata, semangat ini adalah modal utama guru penggerak, yakni semangat belajar. Jadi, semangat bekerja yang ada pada diri saya tentunya bisa berbanding lurus dengan semangat guru penggerak. Interaksi dengan siswa di kelas memang sudah tidak ada. Saya masih rutin menjalin komunikasi di WhatsApp dengan siswa saya. Misalnya, saya berujar, “Belajar itu bukan untuk mencari nilai, bukan untuk lolos masuk perguruan tinggi negeri, tapi belajar untuk bertahan hidup di tengah masyarakat nantinya.” Ini adalah salah satu cara saya memelihara motivasi belajar siswa saya agar mereka jangan belajar hanya untuk menghafal teori agar bisa mendapatkan nilai 100 saat ujian.

Di samping itu saya masih rutin mengecek tugas membuat video berita berbahasa Inggris di kelas XII. Ada beberapa kelompok yang meminta contoh video cara melakukan wawancara. Ada pula kelompok yang mengirimkan tautan video tugas mereka. Di sini saya menyadari bahwa sedikit dem isedikit tindakan saya telah mendisiplinkan siswa saya. Tanpa saya perintah, sudah ada yang mengambil inisiatif sendiri.

Pada modul 1.4 ini saya mendapat banyak ilmu baru terkait perubahan paradigma-stimulus respon dan teori kontrol, arti disiplin dan tiga motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, hukuman dan pelanggaran, kebutuhan dasar manusia, posisi kontrol dan segitiga restitusi.

Kesibukan minggu ini selain menguras tenaga juga menguras psikis dan emosi. Putra sulung saya yang selama saya mendampingi tes seleksi PPPK ikut dengan saya ke lokasi tes. Di sekolahnya juga sementara ujian semester, namun masuk siang. Pada satu kesempatan saya memarahinya karena saya sementara memantau antrian peserta dan ia menangis meminta untuk diantar ke sekolahnya, padahal baru pukul 07.30 sementara jam masuknya pukul 10.00. Berulang kali saya memarahinya bahkan satu kali disertai kalimat yang memuat hukuman.

Wah, ternyata tindakan saya ini bertolak belakang dengan teori budaya positif. Sebenarnya saya malu pada diri saya sendiri. Orang-orang di sekitar saya mengenal saya sebagai pribadi yang ramah, penuh keceriaan dan suka bercanda. Sementara di depan anak saya, ada perubahan sikap.

Katakanlah anak saya mewakili siswa saya saat itu. Jujur saya merasa gagal membuat keyakinan lewat anak saya. Sannksi/hukuman tidak akan banyak mengubah. Lambat laun saya coba membangun komunikasi dengan anak saya dalam bentuk cerita, sesekali saya campur dengan motivasi sederhana. Anak saya terima kondisi bahwa jam belajarnya masih lama. Hari berikutnya hingga hari keempat, anak saya tidak membuat sesuatu yang mengganggu pekerjaan saya di lokasi tes PPPK.

Saya sebagai guru perlu memahami kebutuhan dasar murid saya, dan anak saya telah menjadi sarana untuk memahaminya. Anak saya membutuhkan kasih sayang lewat ungkapan yang ramah dan kesediaan saya mengantarnya ke sekolah. Ia juga butuh penguasaan untuk mengetahu sesuatu yang beru lewat interaksi di sekolah. Dalam mengambil tindakan saya perlu menerapkan posisi kontrol yang tepat. Saya harus bisa menjadi teman bagi siswa, menjadi pemantau, dan manajer dan menghindari menjadi penghukum dan pembuat rasa bersalah.

Restitusi juga sangat penting bukan hanya untuk murid tapi juga untuk diri saya. Belajar dari pengalaman dengan anak, saya perlu menstabilkan identitas diri saya, menanyakan keyakinan atas diri saya dan melakukan validasi atas tindakan saya. Dengan demikian saya bisa menerapkannya dengan lebih elegan kepada siswa saya.

Pada minggu kedelapan ini modul 1.4 mengambil topik Budaya Positif. Judul ini tentunya membawa ilmu baru bagi saya, seperti apa dan bagaimana penerapan budaya positif itu? Secara pribadi pelajaran pada modul ini sangat panjang, disertai dengan latihan dan contoh tindak lanjut serta refleksi. Di tengah tugas dan tanggung jawab selaku guru, saya harus pandai mengatur waktu saya agar setiap tahapan pada modul ini bisa saya selesaikan dengan baik dan maksimal.


Catatan:

Refleks ini mengadopsi Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)

Penulis adalah salah satu Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Tana Toraja.

Share:
Lokasi: Jl. Nusantara No.69A, Bombongan, Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan 91811, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Promo Buku

Promo Buku
Bisa pesan langsung ke Penerbit ANDI Offset atau lewat Penulis (Klik Gambar).

Personal Contact Information

E-mail: romapatandean@gmail.com
HP: 081355632823

About Me

Foto saya
Be proud of the imperfection. It is the true guide to the ultimate welfare of the soul.

YouTube Roma Patandean

Followers

Visitors

Free counters!

Update COVID-19 di Indonesia