Pendidikan Guru Penggerak. Ilustrasi Mengenal Siswa Lebih Mendalam. |
Jurnal Refleksi Minggu 7
Visi guru penggerak menjadi topik pada minggu ini. Visi adalah arah yang akan dituju oleh guru. Guru seperti apa? Guru penggerak, seperti yang sementara berproses dalam diri saya saat ini. Sebagai calon guru penggerak, saya wajib memiliki visi untuk menjadi pedoman bagi diri saya dalam bergerak melakukan perubahan. Perubahan ini terkait dengan siswa dan lingkungan sekolah saya. Ini adalah 2 sasaran perubahan dasar yang saya akan upayakan terpenuhi setelah menyelesaikan pendidikan guru penggerak ini.
Informasi baru yang saya dapatkan adalah pentingnya seorang guru penggerak memiliki visi. Visi di sini terkait dengan siswa/murid. Dalam hal ini saya sebagai CGP dituntut untuk memiliki visi terhadap siswa saya. Visi yang saya rumuskan tidak terpisahkan dengan materi-materi di modul sebelumnya. Hasil rumusan visi saya adalah “Mewujudkan murid yang bahagia dan terpenuhi semua kebutuhan belajarnya untuk membuat perubahan dalam bingkai Profil Pelajar Pancasila”
Saya mengangkat visi ini dengan dasar pemikiran bahwa dalam rangka mewujudkan siswa yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, maka guru perlu membuat siswanya bahagia terlebih dahulu. Bahagianya siswa ditandai dengan terpenuhinya ragam kebutuhan belajar mereka. Siswa yang bahagia akan mudah untuk melakukan kreasi, inovasi, kolaborasi, kemandirian, berpikir kritis, sebagai wujud iman dan takwanya kepada Tuhan yang Maha Esa yang disertai akhlak yang mulia.
Dalam mewujudkan visi ini, saya mendapatkan filosofi baru untuk mendukung saya. Filosofi ini adalah Appreciative Inquiry. AI adalah filosofi dan proses untuk memanfaatkan kekuatan dan pengalaman semua orang yang berada dalam suatu lingkungan sekolah untuk mewujudkan visi diinginkan. Filosofi ini dipercaya dapat memberikan stimulus berupa energi, harapan dan optimisme kepada guru ketika kebutuhan untuk melakukan perubahan telah teridentifikasi. Kebutuhan tersebut saya jalani dalam bentuk studi kasus sebagai tempat praktek. Untuk menerapkan AI, dapat dilakukan dalam 4 cara sederhana yakni: mengidentifikasi masalah, menganalisis kemungkinan penyebab masalah, menentukan solusi dan memberlakukan solusi terbaik.
Adapun metode yang digunakan dalam menerapkan Appreciative Inquiry ini adalah menggunakan tabel BAGJA. Saya mencoba membuat rancangan tindakan perubahan berdasarkan tahapan BAGJA untuk mulai mengubah arah pendidikan saya dengan lebih adil dan berpihak pada siswa. BAGJA ini lebih ditekankan pada murid yang selama ini jarang diperhatikan. Dengan tahapan ini saya dituntun untuk menemukan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa saya serta menemukan juga hal baru apa yang dapat saya lakukan untuk menggali potensi mereka.
Tidak mudah untuk bisa langsung mempraktekkan AI dan BAGJA di lingkungan sekolah saya yang majemuk. Namun saya tertolong oleh masukan dari instruktur, bahwa kemajemukan bisa menjadi kekuatan untuk mewujudkan visi di sekolah. Tugas saya adalah mengenali setiap keunikan dalam kemajemukan itu yang kemudian diramu menjadi sebuah kekuatan.
Perasaan saya terhadap informasi sekaligus kompetensi baru yang saya peroleh minggu ini adalah saya sangat termotivasi, saya mendapatkan emosi positif untuk melakukan perubahan di lingkungan sekolah saya. Secara khusus saya termotivasi melakukan perubahan pada siswa saya. Ada harapan besar dalam benak saya di masa datang yang akan saya coba wujudkan dalam kegiatan pembelajaran saya.
Saya mendapati bahwa filosofi AI dan tahapan BAGJA sangat terkait erat dengan filosofi belajar Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila. Kaitan itu adalah semua bentuk pengajaran harus berpihak pada murid. Ketika saya mencari kekuatan setiap siswa saya lewat menggali informasi sedalam-dalamnya di tahapan BAGJA sebenarnya saya dituntun untuk memperkuat proses pengajaran saya untuk berpihak pada siswa.
0 komentar:
Posting Komentar