Sumber: dok. pribadi |
Belajar adalah proses mencari tahu apa yang belum diketahui. Belajar adalah proses membedakan yang baik dan yang buruk. Belajar adalah proses pendewasaan diri yang menghargai budaya sendiri, budaya orang lain dan memadukannya. Belajar adalah proses menuju bahagia yang dilaksanakan secara merdeka dan berbudaya. Belajar adalah proses menuju perubahan yang hakiki yang menghargai diri sendiri dan orang lain. Belajar adalah kegiatan terpola dan berkesinambungan untuk mendapatkan jati diri sebagai manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah, ada perasaan takut dan cemas bertemu dengan guru. Mengapa? Karena jaman saya masuk SD di awal tahun 1990-an dulu, guru dipandang sebagai sosok menakutkan yang semua perintahnya harus diikuti. Selama seminggu pertama dulu di SD, saya selalu menangis di sekolah. Mungkin bukan hanya karena faktor gurunya, bisa saja ada faktor lain seperti diejek teman karena postur saya yang kecil dan pendek dulu.
Perasaan senang muncul ketika sesi jam istirahat. Saya bertemu dengan teman sepermainan saya dan juga bisa berbagi cerita dengan teman sebangku. Hal lain yang membuat bahagia adalah ketika sesi pelajaran olah raga, ibu gurunya tega tapi lucu dan selalu membantu murid yang kewalahan melakukan gerakan olahraga.
Di bangku SD, hal yang membuat saya tidak senang adalah guru yang selalu memegang mistar kayu ketika mengajar. Salah menjawab, kesepuluh jari diletakkan di atas meja dan dipukul dengan mistar. Tak terhitung berapa kali punggung ruas jari tangan saya kena hantaman punggung mistar kayu. Ada pula guru yang senang menarik pelipis ketika saya tertawa atau tidak mematuhi instruksi guru selama pembelajaran di kelas. Di bangku SMP, saya bahkan tidak masuk pelajaran Seni Budaya selama satu CAWU karena materinya adalah membunyikan seruling. Setiap kali jam pelajaran Seni Budaya, saya memilih tidak ke sekolah dan pergi memancing di sungai. Jika saya ke sekolah dan diminta membunyikan seruling, jelas saya tidak bisa, saya akan mendapat sanksi berupa diminta guru berdiri di depan kelas. Dari pada malu jadi bahan tertawaan, saya lebih memilih tidak ke sekolah.
Kejadian paling menyenangkan adalah ketika belajar IPA di kelas 6 SD. Alm guru saya membimbing saya membuat rangkaian seri dan parallel berbahan baterai untuk menyalakan balon. Hal itu sangat berkesan karena di rumah tidak ada listrik. Rangkaian itu sedikit banyak membantu penerangan belajar di rumah.
Kejadian paling menyakitkan adalah di bangku SMP, ketika belajar Kerajinan Rumah Tangga, belakang kepala dan punggung dua kali dipukul oleh guru menggunakan potongan balok kayu karena salah dalam membuat anyaman bambu. Kemudian, selam tiga tahun di SMP, saya selalu berhadapan dengan guru yang sama yang rutin menarik pelipis saya ketika salah merespon pertanyaan. Sakitnya luar biasa. Nilai bahasa Inggris di SMP selalu merah.
Di bangku SMA, mata pelajaran yang paling saya sukai adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Bahasa Indonesia banyak bacaan cerita dan dialog inspiratif. Sampai sekarang, jika berkunjung ke salah satu ruang kelas, atau ketika mengawasi ujian, mata saya akan mencari buku Bahasa Indonesia untuk saya baca.
Lalu, saya juga sangat suka Bahasa Inggris. Buku bacaan memuat banyak foto berwarna tentang dunia. Kemudian gurunya lucu, baik tutur katanya maupun raut mukanya.